18.ORANG YANG SAMA

...“Sebuah pernyataan yang terkadang membuat kita tidak yakin bahwa ini semua adalah kenyataan.”...

...†★†...

Dengan perasaan yang tidak karuan Caroline berjalan menjauhi keramaian dan berjalan menuju ke arah taman. Tidak tahu bagaimana perasaan nya sekarang, hanya saja jika disuruh memilih dia sangat ingin pulang ke dunia nya yang sebenarnya.

Dunia dimana ia kembali mendengar suara omelan mama nya setiap pagi.

Ditambah lagi dengan perilaku Lucifer yang membuat merasa bimbang, selama beberapa bulan dekat dengan Lucifer tidak menepis kemungkinan jika caroline merasakan perasaan nyaman, walaupun terkadang si kaisar itu bertingkah menyebalkan.

"Dasar kaisar menyebalkan!! Boleh di sumpahi gak sih? Si Lucifer iblis itu."

Gerutu nya geram.

"Menyebalkan, plin plan, tidak berperasaan, tapi dia ganteng." Seru nya pelan.

Sambil menahan rasa kesal, Caroline melihat sekitar nya hingga tanpa sengaja netra nya menangkap sebuah pintu disekitar taman yang tertutup oleh daun daun menjalar.

"Pintu? Semenjak kapan di taman ini ada pintu?" Gumam nya.

"Atau..mungkin aku yang tidak terlalu memperhatikan kali ya." Untuk menuntaskan rasa penasaran nya caroline pun berjalan mendekati pintu itu.

"Pintu ini terlihat tua, sudah berapa lama ada disini..?"

Namun belum sempat ia sampai menyentuh pintu itu seseorang datang dan mengejutkannya.

"Apa yang kau lakukan disini?" Ucap Nathan.

Caroline berbalik dan mendapati Nathan yang menatap nya dengan tatapan intimidasi yang kuat, seakan apa yang di perbuat caroline kali ini sangat keterlaluan.

"E-eh ma-maaf prince, saya gak sengaja aja kok liat pintu ini." Gugup Caroline melihat tatapan baru milik Nathan yang tidak kalah mengerikan nya dengan Lucifer.

Keadaan hening, hingga tawa Nathan menggelegar dengan sangat nyaring.

"Hei apa apaan wajah ketakutan mu itu, ayolah aku hanya bercanda." Ucap Nathan santai. Caroline mendelik kesal ingin rasanya dia menampar bokong Nathan tapi hei dia masih sayang nyawa okey, tidak mungkin dia melakukan hal yang merugikan nya.

Melihat wajah kesal Caroline Nathan dengan natural mengehentikan tawa nya, dan berdehem pelan.

"Apa kau ingin masuk ke pintu itu Carol?" Tanya Nathan serius. Caroline yang awal nya kesal langsung menatap binar ke arah Nathan, em seperti anjing kecil yang ingin diberi makan adalah gambaran yang cocok untuk ekspresi caroline saat ini.

"Bolehkah?" Seru Caroline dengan semangat. Nathan menyeringai tipis melihat respon Caroline.

"Tentu, ayo masuk!" Ucap nya santai dan berjalan membuka pintu yang menjadi tujuan mereka.

Gelap, hanya satu kata yang menggambarkan keadaan di dalam sana ketika mereka masuk. Caroline menatap sekitar nya yang pengap karna tidak ada sama sekali cahaya matahari yang masuk.

Nathan berjalan di samping Caroline dengan tangan yang ia lipat ke belakang dan wajah tegas yang tetap tidak pudar.

"Disini gelap, apa engga ada pencahayaan?" Seru Caroline pelan yang dapat di dengar Nathan.

"Kita tidak butuh cahaya Carol." Balas Nathan yang mengejutkan Carol.

Nathan hanya tersenyum tipis, dengan pelan ia ayunkan tangan nya kedepan dengan posisi telapak tangan yang sudah terbuka.

Terlihat api berwarna biru muncul dari telapak tangan Nathan, ruangan yang gelap seketika mulai terlihat wujudnya. Caroline yang menyaksikan hal itu hanya menganga tidak percaya.

"A-api? Bagaimana bisa?" Ucap nya heran.

"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia yang ajaib ini Carol." Balas Nathan dengan nada misterius nya.

"Maksud mu?" Ya katakan saja Caroline tidak sopan sekarang, dia benar benar sudah melupakan hadap sopan santun jika perasaan kepo nya keluar dengan menggebu gebu.

Nathan hanya tersenyum dan melirik ke arah rak yang berada di dalam ruangan tersebut. Caroline mengalihkan perhatian nya ke arah mata Nathan memandang.

Dengan pelan Caroline berjalan mendekati rak tersebut dan melihat banyak buku berjejer rapi disana. Netra nya menangkap satu buku yang mirip dengan buku yang menjadi penyebab ia berada di dunia ini. Buku yang sangat mirip dengan buku yang ia temukan di perpustakaan rumah nya.

Dengan tergesa ia mengambil buku itu dan membuka nya, namun nihil hanya kertas kosong yang ia dapati.

"Bagaimana buku ini bisa ada disini?" Ucap Caroline heran. Caroline beralih menatap ke arah Nathan dengan tatapan penuh selidik.

"Siapa kau sebenarnya?" Tanya Caroline to the point.

Nathan tersenyum dan dengan sekejap mata penampilan nya berubah menjadi pria yang lebih tua.

Caroline terkejut dan menjatuhkan bukunya tanpa sadar.

"Kau pria tua pemilik toko itu?" Seru Caroline terkejut.

"Ya, seperti yang kau lihat." Balas Nathan dengan wujud pria tua yang Caroline tahu namanya ialah Edward.

Caroline masik tidak percaya dengan apa yang terjadi, dia dengan segala keterkejutan nya dan Nathan yang menatap nya dengan pandangan rumit.

Dalam sekejap mata Nathan kembali merubah penampilan nya menjadi dia yang sebenarnya.

"Carol, dunia itu luas dan kau harus tau itu! Dunia tidak hanya kau temukan di peta, tanpa kau sadari karna minim nya pengetahuan mu kau terjebak disini. Dunia itu luas, apa lagi dunia yang kau sebut buku itu." Ucap Nathan. Caroline menatap ke arah Nathan mencoba mencerna perkataan nya dengan perlahan.

Sulit untuk dipercaya, dunia yang seperti ini sangat lah tidak pernah ada di benak milik caroline.

***

Malam pun datang, Caroline dengan santainya berjalan melewati tiap pintu di kastil itu tanpa merasa takut apa pun.

Setelah tau fakta mengejutkan nathan yang ia terima tadi mereka berpisah dan belum ada bertemu hingga sang surya mulai tertidur lelap digantikan oleh sang rembulan yang indah.

Caroline berhenti di salah satu jendela besar yang membuat nya dapat melihat bulan dengan jelas.

"Dunia buku ya?" Gumamnya pelan dengan netra yang masih menatap bulan dengan pandangan rumit.

Dalam lamunannya tanpa sengaja ia mendengar suara cecapan yang sangat jelas di telinga nya. Ya kembali dengan carol dengan segala sikap keingintahuan nya.

Ia berjalan pelan mencari sumber suara hingga langkah nya terpaku melihat dua orang manusia berbeda jenis kelamin dengan santainya saling melumat panas tanpa perduli dengan keadaan di sekitar nya.

Keingintahuan yang membawa nya ke rasa sakit, jujur saja baru kali ini carol menyesal mengikutkan rasa penasaran nya.

Di sana, tepat nya di depan kamar Lucifer, Caroline menatap Lucifer dengan tunangannya lady carlis tengah saling melumat panas. Lucifer yang dengan kasar nya memegang Tengku leher lady carlis untuk memperdalam ciuman liar mereka dan kerelaan lady carlis yang diperlukan seperti itu oleh Lucifer.

"Sekali nya iblis tetap iblis kan? Apa yang kau harapkan caroline? Mau bagaimana pun mereka memiliki hak, mereka memiliki status yang jelas sedangkan kau?" Ucap nya dalam hati. Dengan perasaan yang sesak Caroline berjalan meninggalkan kedua manusia yang masih asik dengan dunianya itu.

Dalam lumatan yang Lucifer berikan, netra nya menatap ke arah Caroline yang sudah tidak lagi berada di tempatnya. Dengan kasar Lucifer melepaskan ciuman itu dan mengelap bibir miliknya dengan kasar. Lady carlis terkejut dan menatap Lucifer heran.

"Ada apa yang mulia?" Tanyanya.

"Tidak ada, kembali lah ke kamar mu dan istirahat!" Ucap Lucifer dingin dan meninggalkan lady carlis yang masih terdiam di depan pintu kamar nya.

Suara pintu yang tertutup mengejutkan lady carlis, dan dengan senyum seringai yang mengandung makna lady carlis menatap lama pintu kamar Lucifer lalu perlahan meninggalkan tempat itu.

Di lain tempat, Caroline memukul dadanya yang sesak. Rasanya ingin menangis tapi untuk apa? Untuk apa ia mengeluarkan air mata hanya untuk hal sepele? Apakah ada hal sepele yang membuat dada nya remuk? Apa itu masih di sebut hal sepele?

Caroline menyenderkan badannya ke salah satu tiang yang terdapat disana, dengan mata yang tertutup ia berusaha mengatur nafas nya yang tidak beraturan.

"Ya tuhan, ada apa dengan diriku? Tidak carol jangan memikirkan hal lain, kau harus ingat jangan terlalu menganggap semua perlakuan Lucifer di dunia ini..."

"Jangan pernah ikut campur Carol, ingat jangan pernah ikut campur! Kau hanya perlu mencari cara untuk pulang ke dunia mu yang sebenarnya." Ucap Caroline pada dirinya sendiri.

Masih berusaha mengatur nafas nya yang tersengal tanpa disengaja netra Caroline melihat ke arah lady carlis yang berjalan ke luar kastil dengan jubah tudung di badannya.

"Apa yang dia lakukan malam malam begini?" Seru caroline pelan. Niat nya dia tidak ingin ikut campur, namun gerak gerik lady carlis sangat mencurigakan. Dengan penuh tekad Caroline pun berjalan pelan mengikuti lady carlis.

Lady carlis berjalan tanpa melihat ke arah kanan kiri atau pun belakang, hal itu lah yang sangat menguntungkan bagi Caroline. Langkah lady carlis membawa Caroline ke arah taman belakang yang sangat sangat jarang di datangi oleh pelayan mau pun manusia lain nya.

Caroline beralih bersembunyi di balik pohon dan mengintip ke arah lady carlis yang telah berhenti. Dalam hitungan detik seseorang datang ke arah lady Carlis, dengan penampilan yang sama bentuknya.

Caroline menajamkan mata nya untuk lebih jeli melihat, sosok yang baru datang tadi langsung melepaskan jubah dan tudungnya. Mata tajam dan rambut silver menyapa mata Caroline.

"Seorang pria?" Gumamnya pelan.

"Apa kamu sudah lama menunggu?" Tanya pria itu pada lady carlis dengan tangan yang mengelus pipi milik lady carlis.

"Tidak, aku baru datang! Kau tahu sangat sulit untuk bisa bertemu dengan mu." Ucap lady carlis dengan manja dan memeluk tubuh pria itu.

"Maaf, yang terpenting sekarang kita sudah bertemu bukan?" Ucap pria itu.

"Brain, bagaimana rencana kita selanjutnya? Aku ingin cepat mengakhiri semua ini dan hidup bahagia bersamamu." Ucap lady carlis lirih.

Mata Caroline mendelik kaget, dan berusaha lebih jelas mendengar pembicaraan kedua manusia itu.

"Secepatnya sayang, secepatnya akan kita jalankan.!"

"Kau hanya perlu membuat raja bodoh itu tunduk dibawak mu, dan pasti kan tidak ada orang yang menghalangi rencana kita." Lanjut pria yang bernama Brain itu.

"Aku tahu itu. Apa kau tahu, di kastil ada satu pelayan pribadi Lucifer dan dia benar benar membuat ku jengkel.."

"Seperti nya dia adalah hambatan kita brain!" Lanjut lady carlis.

"Singkirkan dia sayang, kau harus membuat pelayan itu pergi agar kita lebih leluasa membunuh Lucifer." Jawab brain. Caroline menutup mulutnya berusaha merendam suara keterkejutan.

Dengan air mata yang perlahan jatuh Caroline menatap tidak percaya dengan apa yang ia lihat dan ia dengar. Satu dibenak nya sekarang ya itu keselamatan Lucifer lah yang terpenting.

"Akan ku lakukan brain, setelahnya kita akan hidup bahagia." Ucap riang lady carlis. Brain tersenyum dan mengecup bibir lady carlis sekilas.

Setelah di rasa kedua manusia itu pergi, Caroline keluar dari tempat persembunyian nya.

"Aku tidak akan pernah membiarkan wanita jahat seperti mu mencelakakan lucy." Ucap Caroline dengan tekad.

Tanpa Caroline sadari, ia benar benar sudah masuk, masuk kedalam perasaan nya yang sesungguhnya. Perasaan yang selalu Caroline berusaha sangkal, namun kali ini dia tidak akan membiarkan wanita ular itu menyakiti Lucifer. Bagaimana pun resiko kedepannya Caroline sudah siap!

Pernah kan kalian mendengar kalimat, cinta yang tulus adalah cinta yang mana kau tidak ingin dia terluka dan sengsara? Mungkin itu yang sekarang Caroline rasakan. Tidak mengelak lagi Caroline tak sanggup, dia cukup sadar dengan perasaan nya ini namun berusaha ia sangkal, hingga kedatangan lady carlis dan kerenggangan jarak ia dengan Lucifer semakin menambah keyakinan dengan perasaan yang ia punya.

Dan dengan tekad, suka atau tidak Lucifer padanya ia akan berusaha untuk melindungi dan menjaga Lucifer dari jarak yang bahkan pria itu tidak akan tahu. Persetan dengan apa pun, Caroline ingin cinta nya tetap aman walaupun kelak tidak bersama dengan nya.

...Bersambung......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!