Jamal menghela nafasnya manakala mendengar Muna mau menginap di apartemennya itu, bukannya apa Jamal tidak mau disalahkan oleh keluarga Muna karena telah membawa anak gadis orang tanpa ijin.
”Pulanglah,” ucap Jamal pelan.
”Aku tidak mau,” sahut Muna acuh. ”Aku mau menginap di sini saja,” tambahnya.
”Dengarkan aku, jika kau masih membutuhkan bantuanku maka pulanglah aku tidak mau orang berpikiran buruk tentang kita, dan juga demi kebaikanmu,” jelas Jamal.
”Tidak keliru, bukankah kau yang membutuhkan bantuanku! Kau yang melakukan kesalahan ingat!”
Jamal terdiam memang benar yang dikatakan oleh Muna sekarang di sini dirinya yang salah jika saja dia tidak membuat lecet mobil milik kakaknya, tidak akan pernah mungkin Jamal berada di sini saat ini.
”Baiklah aku sadar diri sekarang tapi aku minta tolong padamu, pulanglah.” Muna menatap Jamal entah kenapa dia seakan terbawa oleh tatapan mengiba pria itu, sorot mata mengiba pria itu membuat Muna merasa tidak enak hati menolaknya.
”Oke baiklah aku akan pulang sekarang, sampai jumpa.” Muna bangkit meninggalkan apartemennya.
Jamal bisa bernafas lega dan segera beristirahat karena besok dia harus kembali bekerja menjalani aktivitasnya seperti biasanya.
”Kau sudah tidak lagi tinggal di tempat kost yang dulu?” tanya Arya begitu melihat Jamal masuk ke bengkel.
”Ada apa?” Jamal tampak malas meladeni perkataan temannya itu.
”Aku mencarimu ke sana tapi kata ibu kost kau sudah pindah dengan seorang wanita. Apa itu benar?” selidik Arya.
”Aku pindah ke tempatnya gadis itu,” jawab Jamal.
”Apa? Lalu bagaimana dengan keluarganya?”
”Dia punya tempat tinggal sendiri, jika aku harus satu rumah dengan kedua orang tuanya mana mungkin aku mau, bodoh!” celetuk Jamal.
”Astaga kenapa tidak bilang dari awal, huh!” Arya memberengut kesal.
”Karena kau sudah banyak bicara tanpa menunggu penjelasanku lebih dulu.”
”Maaf.” Jamal pun kembali bekerja bersama dengan Arya. Sesekali Arya menggoda Jamal karena telah berhasil mendapatkan hati seorang gadis cantik meskipun statusnya adalah seorang duda, berbeda dengannya yang hingga saat ini masih berstatus jomlo sejati.
***
”Pulang jam berapa kau semalam?” Rizal melotot karena melihat putrinya baru bangun di jam dua belas siang.
”Jam dua, Pa.” Muna menegak air putih yang tergelatak di meja makan.
Rizal menggelengkan kepalanya kesal melihat sikap putrinya itu. ”Kamu sama sekali tidak berubah, ingat kamu adalah putri satu-satunya harusnya kamu memiliki attitude yang baik.”
”Muna seperti ini karena papa yang buat,” ucap Muna santai.
”Dek ... ” Regan menatap Muna khawatir jika perkataannya akan membuat papanya semakin marah pada adiknya.
”Bang ... kunci mobilnya udah aku balikin di laci.”
”Mm,” jawab Regan singkat.
”Regan mulai sekarang kau harus mengawasi adikmu, kemanapun dia pergi,” titah Rizal.
”Pa, itu sama saja dengan papa mengekang kebebasan Muna!” teriak Muna tidak terima jika setiap kegiatannya diawasi oleh papanya.
”Demi kebaikanmu!” Rizal bangkit dan pergi tanpa berkata apapun lagi.
”Ish, kenapa semua pria yang aku kenal sama saja,” gerutu Muna.
Regan menautkan kedua alisnya mencoba memahami perkataan adiknya. ”Jadi pria itu juga mengatakan hal yang demikian padamu?”
”Iya, semalam dia mengusirku pulang ke rumah. Tidak ... lebih tepatnya memintaku pulang ke rumah tapi dengan bahasa yang baik tidak seperti papa,” kesal Muna.
Regan mengangguk dia sangat yakin jika Jamal pria yang baik untuk adiknya. ”Dimana di tinggal saat ini?”
Muna mendekat dan membisikkan sesuatu pada kakaknya.
”Apa?” Regan membelalak mendengar perkataan Muna.
”Kau masih waras kan?” bisik Regan.
”Tentu saja, kenapa?” Keduanya pun saling berbisik.
”Ehem ... sedang apa kalian berdua?” Brian menatap curiga pada kedua adiknya.
”Eh Bang, kami sedang berdiskusi. Kapan kamu pulang?” tanya Regan khawatir jika Brian mendengar pembicaraan keduanya.
”Sejak kalian saling berbisik apa yang sedang kalian sembunyikan dariku?”
”Apa?” Muna menatap ke arah Regan gelisah sedangkan Brian terlihat santai padahal dia tidak tahu apapun dia ingin memancing kedua adiknya untuk bicara.
***
Hampir satu minggu Jamal dan Muna tidak saling bertemu itu karena kesengajaan Muna agar Rizal tidak curiga padanya, dia menurut dengan usulan kakak keduanya Regan untuk menghindari perseteruan dengan papanya.
”Kenapa kau terlihat gelisah begitu?” tanya Brian melihat adiknya sedang melamun di balkon.
”Eh Bang, gak balik ngantor?” sahut Muna mengalihkan pembicaraan.
”Nanti, ada apa melamun?”
Muna menatap ke depan pikirannya tidak menentu. ”Aku lagi merasakan bosan Bang.”
”Bosan?” ulang Brian.
”Ya kau pikir saja sendiri tiap hari aku bagai burung dalam sangkar! Siapa yang tahan diperlakukan seperti ini?”
Brian tergelak mendengar penuturan adiknya. ”Siapa yang melarang kamu pergi, tidak ada?”
Brian terlihat santai dia tidak tahu yang sedang terjadi sekarang karena semua hanya menjadi rahasia antara Muna dengan Regan. Brian tidak terlalu menanggapi kejadian beberapa hari yang lalu, dia acuh dan menganggap hal biasa karena memang papanya sudah sering bersikap begitu.
”Aku mau pergi Bang!” pamit Muna.
”Eh kemana? Kita belum selesai bicara, Dek!” Brian kesal karena adiknya mengabaikannya.
Muna pergi ke bengkel tempat Jamal bekerja dia ingin sekali bertemu dengan pria itu entah kenapa beberapa hari tidak melihatnya justru membuatnya semakin rindu.
Muna memarkirkan mobilnya begitu sampai di sana tapi tidak langsung turun karena dia melihat kedekatan Jamal dengan seorang wanita. Tunggu, apakah Muna sedang merasa cemburu sekarang.
Muna turun dengan langkah angkuh mendatangi Jamal membuat pria itu terkejut karena kedatangannya yang mendadak dan lagi sikap Muna yang terlihat tidak baik-baik saja membuat Jamal memilih diam saja.
”Kamu tidak menyahut panggilan ponselku tapi lihatlah, kamu justru sedang bercanda dengan gadis lain di bengkel. Apa kau bahagia?” Muna melipat tangannya di dada .
”Apa maksudmu? Aku sedang bekerja tidak bisakah kau menungguku di ruang tunggu saja karena jam pekerjaanku masih ada beberapa jam lagi,” keluh Jamal.
”Aku tidak peduli apapun itu sekarang, ayo kita pulang!” Muna mengulurkan tangannya ke arah Jamal yang sedang memegang botol oli.
Jamal membuang nafasnya kasar kenapa gadis yang baru saja dikenalnya begitu menjengkelkan sekali buatnya. ”Aku tidak mau, bagaimanapun aku masih memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaanku sendiri.”
”Ish, menjengkelkan sekali!” Muna terpaksa menunggu di ruang tunggu sesekali mengintip keluar melihat Jamal.
”Oh ini Nona yang kemarin itu kan?” Arya masuk ingin mengambil air minum.
”Eh iya, ada apa?” balas Muna.
”Kenapa duduk di sini bukankah lebih baik bersama dengan mereka. Apa kau yakin. tidak cemburu dengannya?” Arya seakan sengaja memancing emosi Muna.
”Memangnya siapa gadis itu?”
”Jadi Jamal sama sekali tidak mengatakannya padamu?”
Muna semakin tidak mengerti dengan perkataan Arya.
”Dia itu anaknya Pak bos di sini.”
”Apa? Lalu hubungan mereka apa ya?”
”Seperti seorang kekasih.”
Muna bangkit dan langsung mengajak Jamal pulang detik itu juga.
”Ayo kita pulang!” ajak Muna.
”Aku tidak mau, aku masih ada pekerjaan,” tolak Jamal.
Muna segera menarik lengan Jamal dan tidak memberinya kesempatan untuk bicara.
”Rasakan kamu Jamal!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments