Desir air sungai Efres terdengar begitu deras. Suara hembusan udara pagi yang menusuk tulang terdengar syahdu ditelinga. Pertempuran Ra dan Suijin ternyata berlangsung lama. Matahari perlahan-lahan merangkak naik. Dengan kepala yang berat, Raziel pun perlahan-lahan membuka matanya. Seluruh tubuhnya terasa sakit sekali. Sebuah luka menganga terlihat terus mengeluarkan darah di bahu kanannya. "Argghhhh...Tadi Ra menyebutnya Magnificent. Pedang yang berbahaya" Ujarnya dalam hati....
Pelan-pelan dia pun mencoba berdiri. Dia menatap Rudra yang sudah terbagi menjadi dua. "Maafkan aku, terimakasih untuk semuanya" ucapnya kepada pedang kesayangannya Rudra. Dia pun lantas memasukkan Rudra dan patahan nya ke dalam ransel nya. Dengan langkah terseok-seok, dia mendekati Rebellion Paradox, mengangkat nya sebentar lalu memandang ke arah langit. "Na... kamu menjaga aku dengan baik. Aku rindu kamu Na" ucapnya sambil menatap kosong ke arah langit pagi. Menyarungkan pedangnya, lalu mengambil ransel miliknya, dengan pincang dia mendekati serpihan Suijin yang berserakan, lalu meletakkan sebuah bunga anggrek merah ditengah tengah nya dan beranjak pulang kembali ke desa Amber.
........
Kuil Klan Hyorin
Seorang kakek tua sedang duduk menghadap kearah Kuil. "Sensei, Unohana sudah...." belum sempat Ninja itu menyelesaikan kalimatnya, sebuah gerakan dari kakek tua itu menghapus tubuh Ninja tersebut tanpa sisa. "Aku sudah tau" ujarnya meninggalkan debu debu sisa dari Ninja tersebut. Dia berjalan ke arah Kuil, diatas Kuil sudah menunggu seorang pria dengan perawakan Tinggi, tubuh yang sempurna dan buah pedang dipinggangnya. Dengan menundukkan kepala "Sensei..."
"Keruangan penyembahan"
"Siap Sensei"
Kakek tua itu berjalan ke dalam Kuil diikuti dengan Pria tersebut.
......
Desa Amber
Ayah Gina melihat Raziel dengan langkah tertatih-tatih berjalan pelan kearah nya. Tanpa pikir panjang, ayah Gina berlari ke arah Raziel. "Dukkkk..." Raziel terjatuh dan beruntung ayah Gina sempat menangkapnya lalu membopong nya kerumah. Sesampainya dirumah, ayah Gina lalu membaringkan nya ditempat tidur. Bergegas dia membersihkan luka luka Raziel lalu membalutnya.
"Beban apa yang kamu bawa Nak, sampai kamu harus menderita seperti ini diusia mu yang masih sangat muda" ujarnya dalam hati. Perlahan dan hati-hati, ayah Gina membalut seluruh luka ditubuh Raziel, lalu meninggalkan nya untuk beristirahat.
"Kasihan dia" ujar ayah Gina kepada istrinya.
"Ya, dia terlalu memaksakan dirinya"
"Aku juga berpikir begitu. Beban apa yang harus dia pikul yah bu"
"Ibu juga tidak tau pak,"
Tok... tok.... tok...
Koran....!!!!
Percakapan mereka terhenti.
Ibu Gina segera mengambil koran tersebut, dan ternyata koran dunia bawah.
Melihat berita utama mata ibu Gina terbelalak tidak percaya. Ayah Gina yang melihat perubahan ekspresi istrinya pun bertanya "Apa bu? kok sampai begitu kagetnya".... " I... I... ini pak"
"Apa bu jangan buat penasaran" "Li.... Lihat I... ini pak"
Segera ayah Gina bangkit dari tempat duduk nya dan melihat koran tersebut. "Aa..... aa...?" Hanya itu yang keluar dari mulut ayah Gina.
"Nomor 2 Dunia, The Lone Wolf" serta foto wujud sempurna Ra mengisi Halaman utama dari koran dunia bawah tersebut.
"Ba.. bapak mau kerumah kepala desa dulu bu" Ayah Gina segera berlari keluar rumah.
......
10 Hari kemudian
Luka luka Raziel sudah mulai pulih, hanya menyisakan beberapa luka kecil yang sudah mengering. Perlahan dia turun dari tempat tidurnya. Ibu Gina yang sedang berada di dapur melihat Raziel berjalan ke ruang tamu. "Eh... Nak Ziel, kamu sudah siuman" "Engg.... berapa lama aku tertidur bu" balas Raziel. "Kurang lebih 10 hari. Sudah duduk dulu, kebetulan ibu lagi masak. Kamu pasti sudah sangat lapar tidur selama itu" ucap Ibu Gina sambil tersenyum....
"Kruukkkkk".....
Raziel tidak dapat menyembunyikan suara keroncongan di perut nya. Dia hanya tersenyum malu. Selang beberapa saat, Ibu Gina datang membawakan makan "Ayo makan dulu. Bapak jangan ditunggu. Pulangnya mau malem"
"Makasih bu, selamat makan" ucap Raziel.
Dia makan dengan lahap sekali....
Selesai makan, Raziel merapikan meja makan, lalu berjalan kekamar nya. "emm.... bu?" sahutnya, dari dalam kamar. "Ya nak, ada apa"..... "ransel aku dimana" "Oh... itu didalam lemari" Raziel bergegas membuka lemari dan mengambil ranselnya lalu membuka nya. "Bu ada lihat...." belum sempat dia menyelesaikan kalimat nya, ibu Gina datang masuk ke kamar. "Ayo ikut ibu" Raziel mengangguk. Mereka keluar rumah, dan berjalan kebelakang rumah. Dibelakang rumah terdapat sebuah meja yang terbuat dari keramik, tempat pembakaran dupa. Dibawahnya terdapat bekas galian. "Dia di sini" ucap Ibu Gina.
"Ibu menguburkan Rudra"?
"Ya. Dia layak mendapatkan penguburan terakhir. Sebuah pedang rela menjadi tumpul hanya demi melindungi tuannya" ucap Ibu Gina.
Raziel memandangi ibu Gina dengan pandangan kosong.... Lalu dia berlutut didepan meja tersebut. "Terimakasih karna telah melindungi ku selama ini" ucap Raziel.
Mereka lalu masuk kedalam rumah yang disusul dengan kedatangan ayah Gina dan kepala desa yang tiba-tiba.
"Eh Bapak kok sudah pulang. Pak kepala desa" ujar Ibu Gina.
"Ziel.... lihat" tanpa basa-basi Kepala desa menyerahkan koran dunia bawah kepada Raziel.
Sebuah senyuman tipis keluar dari sudut bibirnya.
"Pak, Bu, Kepala desa, aku kekamar dulu. Kepala ku masih terasa sedikit pusing" lalu dia berjalan kekamar. Sesampainya dikamar, dia merebahkan dirinya ditempat tidur, memandang kosong ke arah langit-langit. "Na... selangkah lagi. Janji yang pernah kita ucapkan dulu akan terwujud. Aku rindu kamu Na" ucapnya dalam hati...
............
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments