Kehancuran Klan The Mist

Sambil mengusap air matanya, Raziel bangkit berdiri. Dia menyarungkan pedangnya dan berlari ke arah pegunungan The Mist. Morina yang melihat hal ini, segera mengejar Raziel. "Kamu mau ngapain? Jangan berbuat hal bodoh Ziel". "Akan kuhabisi Shin" ucap Raziel dengan mata tajam penuh dendam. "Enough Ziel. Kamu belum cukup kuat melawan dia. Ingat, kamu yang terakhir dari Atar. Kalau kamu mati, Atar akan hilang selamanya. Shin tidak akan ada yang sanggup menghentikan dia. Bahkan The Big Four sekalipun akan tunduk kepadanya". Raziel yang mendengar hal ini pun perlahan memperlambat langkahnya dan berdiri tepat menatap ke arah gapura " THE MIST". "Dimulai disini, akan berakhir disini" gumam Raziel dalam hati. Penjaga gapura yang melihat perbedaan aura Raziel pun mencegah langkah Raziel. "Tuan, ada apa?" Raziel tidak menjawab. Dia tetap berjalan ke arah gapura. Tepat ketika dia hendak melewati gapura, penjaga mencabut pedang nya dan menghalangi Raziel. Raziel yang sadar dengan situasi nya, menutup matanya, lalu membuka kembali kedua matanya. Kedua matanya berubah menjadi merah, dengan pola api ditengah-tengah nya. Seketika penjaga gapura tumbang, tak sadarkan diri. Morina yang melihat hal ini terkejut "Bukankah itu.....?? ya tidak salah lagi. Teknik mata itu. Milik Ra. HIGANBANA...!! Sejak kapan anak ini mendapatkan Teknik mata Higanbana itu? apakah tadi ketika di kuil?" Morina terus mengejar Raziel yang semakin mendekati ruangan Shin, guru mereka. Tepat didepan ruangan Shin, Dion beserta bawahannya datang menghadang Raziel dan Morina. "Minggir. Ini tidak ada urusannya denganmu" ucap Raziel. Dion tersenyum menghina "Tenang aja. Kuselesaikan dengan cepat, seperti 20 tahun yang lalu". Mendengar ini, amarah, Raziel semakin memuncak. "Agni..!! Rudra..!!" Raziel mencabut kedua pedang nya dan bersiap bertarung dengan Dion. "Majulah anak kecil. Kau terlalu cepat 1000 tahun melawanku" ucap Dion. Mendengar provokasi dari Dion, Raziel tanpa pikir panjang berlari ke arah Dion sambil menghunuskan pedangnya. Dion dengan sigap menghindar. Lalu mencabut pedangnya dan menghunuskan nya tepat ke arah perut Raziel. Beruntung, Rudra yang ditangan sebelah kiri Raziel masih bisa menangkis serangan Dion. "Cling..!!" Suara pedang beradu. "Bagus juga responmu" ejek Dion. "Teknik 1 pedang...!! Orbitted Sword...!!" Raziel kembali menyerang. Dion menangkis serangan Raziel "Azzauh Han..!!" lalu dengan cekatan melompat kebelakang dan bersiap menyerang "Teknik Kabut, Lion's Gate...!!!". Darah keluar dari bahu sebelah kanan Raziel. Serangan tadi ternyata mengenai bahu kanannya. Dion tersenyum "Sudah kukatakan, kau terlalu cepat 1000 tahun melawanku". Raziel bingung dengan lukanya, yang dia tahu, lukanya dapat, sembuh dengan cepat. Tapi kali ini, lukanya terbuka. Mengeluarkan darah segar dengan deras. Morina yang melihat hal ini juga terkejut. " Kenapa lukanya tidak pulih seketika seperti waktu itu?" ucap Morina dalam hati. Morina mengeluarkan pedang nya hendak membantu Raziel, "Teknik Kabut, Flying Sword..!!!" Namun serangan Morina dihentikan oleh bawahan Dion. Lalu, tiba-tiba pintu ruangan Shin terbuka. Melihat Morina yang sedang bertarung dengan bawahan Dion, dan Raziel yang terluka, Shin berkata "Hukuman pemberontakan adalah MATI..!!" "Shin.....!!!! Kau akan mati ditanganku." Teriak Raziel. Shin tidak menghiraukan nya dan menatap Dion, "No Mercy". " No Mercy Guru" ucap Dion. Shin kembali ke ruangannya dan menutup pintu. Raziel hanya bisa menatap pintu itu tertutup perlahan. Didepannya ada Dion yang harus dia kalahkan. "a...aa... aku, aku pasti akan menghabisimu" ucap Raziel dengan penuh amarah. "Agni...!! Thousands Sword...!! Rudra...!! Flying Sword...!!! Raziel menyerang kearah Dion....!!! Dion membalas serangan Raziel "Teknik Kabut, Lions Roar...!!!"