Bab 16. Ketakutan Mazaya

"Sayang!" Kaira menahan Arkana yang akan mengejar Mazaya dengan mencekal lengan lelaki itu. "Jangan menjadi bodoh karena mengejarnya. Apakah perutnya yang buncit dan didampingi seorang pria tetap tak bisa menyadarkanmu? Dia sudah memiliki kehidupan baru, Arkana."

Arkana menghempas cengkeraman Kaira. Tak ada waktu berdebat. Mazaya lebih penting.

Kaira membuang napas kasar menyoroti punggung Arkana yang sudah menjauh mengejar perempuan pengacau itu. Mazaya sialan!

"Mazaya! Jangan tinggalkan aku!" Arkana langsung berlari ke mobilnya terparkir setelah melihat Mazaya memasuki mobil yang membawanya meninggalkan parkiran toko. Masa bodoh dengan Kaira yang dia tinggal begitu saja di sana.

"Brengsek! Jadi inikah alasanmu menarik proposal kerjasama itu, Bajingan?"

Sembari mengejar mobil Gery, Arkana mengumpati lelaki itu. Matanya tidak mungkin salah lihat tadi. Lelaki yang membimbing Mazaya memasuki mobil adalah Gery--calon mitra yang menawarkan kerjasama, namun beberapa minggu kemudian menarik lagi proposal pengajuan kerjasama itu, padahal Arkana akan menyetujuinya setelah mengadakan rapat dengan dewan direksi. Entah apa alasannya.

Dan kini Arkana tahu alasan itu, yaitu Mazaya. "Benar-benar bajingan kau! Pencuri! Seharusnya aku mewaspadaimu sejak awal. Kau menculik Mazayaku!"

Keadaan Arkana sangat kacau. Matanya fokus mengejar dan mulutnya tak berhenti memaki Gery. Hingga mobilnya nyaris berjajar dengan mobil Gery, namun sial dari arah belakang seorang pemotor ceroboh tiba-tiba menyalipnya. Arkana spontan mengerem sebab jarak moncong mobilnya dan motor itu hanya beberapa jengkal.

"Hah! Sialan! Sialan!" Arkana kehilangan jejak Mazaya. Ada dua persimpangan jalan. Mana yang akan mengarahkannya pada Mazayanya? Dia dilema.

Tak kehilangan akal, dia langsung menghubungi seseorang. "Kirim alamat Gery Ivander."

Sementara di dalam mobil yang dikejarnya, Gery tak putus-putus menyalurkan ketenangan pada Mazaya yang gelisah dengan mengelus tangan wanita hamil itu. "Semuanya akan baik-baik saja, kau tenang, ya. Ada aku yang menjamin keamananmu."

Mazaya pasrah ketika Gery membawanya bersandar di dada lelaki blasteran itu. Perasaan terancam Mazaya seakan membisikinya untuk menerima uluran tangan Gery yang menawarkan ketenangan.

Terancam? Apa Arkana menjelma jadi ancaman baginya?

"Dia tidak akan mengambil anakku, 'kan?" Bahkan suara Mazaya terdengar gemetar dan Gery dapat merasakan napasnya memburu. Mazaya tidak baik-baik saja.

"Tidak, Mazaya. Aku menjaminnya."

Semenjak Mazaya tahu pertama kalinya dia berbadan dua, hal pertama yang terbesit di benaknya adalah Arkana. Ucapan Arkana yang berharap membawa oleh-oleh sepulang honeymoon berupa bayi terngiang-ngiang. Aku akan pulang membawa berita bahagia ini untuknya, batin Mazaya waktu itu dengan tersenyum bahagia.

Namun, kilasan adegan dia yang seolah ditelanjangi Mami Karren di hadapan Arkana dan keluarganya beberapa waktu lalu sukses melindas habis senyum itu. Ditambah ingatan atas ekspresi acuh tak acuh Arkana di hari terakhir dia di rumah lelaki itu. Janinnya kemungkinan besar mendapat penolakan karena background-nya. Identitas anak itu akan diragukan.

Mazaya saat itu menangis meratapi nasib janinnya. Beruntung ada Gery yang nyaris 24 jam di sampingnya. Gery selalu menyalurkan ketenangan dan kekuatan padanya.

Kemudian saat usia kehamilan merangkak tiap harinya yang membuat perut Mazaya semakin menyembul hingga membuncit, Mazaya dirambati perasaan khawatir dan takut. Takut akan kehilangan anaknya kelak. Bagaimana jika Arkana tak meragukan anaknya dan Nyonya Abraham yang egois itu mengakui janin dalam kandungan Mazaya adalah cucunya, tapi tak sudi menerima Mazaya. Wanita pemaksa kehendak itu pasti berupaya merebut anak Mazaya.

Dan saat ini ketakutan itu seolah akan menjadi nyata ketika Mazaya bertemu Arkana.

"Kupastikan anakmu selalu menjadi milikmu, Mazaya. Aku akan melempar siapa pun yang berani memisahkan kalian ke kandang singa." Gery berbicara lagi, meyakinkan Mazaya.

Lalu Gery berkata pada sopir, "Jalan ke rumah putih."

***

Arkana memasuki rumah Gery dengan langkah lebar dan kasar setelah melumpuhkan security penjaga gerbang.

"Gery Ivander! Keluar, Bajingan!"

Teriakan Arkana menarik perhatian dan keingintahuan para pelayan. Mereka berhamburan ke lantai dasar, tempat sumber suara.

"Di mana majikan bajingan kalian!"

Para pelayan itu berjengit meringis mendapati tatapan menusuk Arkana. Bukankah dia Tuan Arkana, pengusaha properti tersohor sekaligus suami Nona Mazaya? Dalam waktu singkat mereka seperti mendengar alarm berbahaya yang membuat mereka serempak bungkam. Majikan mereka, Gery, selalu menanamkan ajaran bagaimana kelak menghadapi Arkana. Jika lelaki itu benar datang mencari Mazaya.

Arkana tampak tak sabaran melihat kebungkaman itu. Dia pergi ke lantai dua, menelusuri tiap kamar sambil meneriakkan nama Mazaya. Hingga beberapa jam kemudian keluar dengan tangan hampa--tak menemukan seseorang yang dicarinya, seseorang yang sangat dirindukannya.

Sementara di tempat lain, Kaira melempar tasnya kasar ke sofa disusul mendaratkan pantatnya dengan tak kalah kasar, yang memantik kekhawatiran seseorang. Kekesalan karena ditinggal Arkana begitu saja membuat Kaira tak dapat meredam amarahnya. Hatinya teramat dongkol. Semua ini gara-gara Mazaya!

"Sayang, kau mau mencelakai anak kita?"

Kaira menepis tangan Rayyan yang mendarat di perutnya. "Jangan sentuh! Dia anak Arkana, bukan kau."

"Lihat, di sini cuma ada kita berdua. Tak ada Arkana dan ibunya yang sok kuasa itu. Jadi kita tak memerlukan sandiwara."

Rayyan membawa Kaira ke dalam pelukannya. Meski awalnya Kaira menolak, tapi pada akhirnya dia pasrah dalam pelukan Rayyan. Nyatanya dari sosok Rayyan, Kaira mendapatkan apa yang tidak didapatkannya dari Arkana. Tak terkecuali janin dalam kandungannya itu.

Selama ini Kaira dan Rayyan melakukan affair. Hubungan itu sama-sama menguntungkan. Kaira diuntungkan dengan mendapatkan benih Rayyan, dan Rayyan untung sebab mendapat kehangatan. Meski Rayyan melakukannya tulus, benar-benar mencintai Kaira. Namun, begitulah kesepakatan awal mereka.

Dan dengan trik licik, Kaira mampu meyakinkan Arkana bahwa janin itu adalah milik Arkana. Saat itu, Kaira memanfaatkan kondisi Arkana yang sangat kacau karena kehilangan Mazaya. Dia membuat seolah-olah tidur dengan Arkana.

"Tenangkan dirimu, jika kau tak ingin bayi kita kenapa-napa." Rayyan mengusap punggung Kaira.

"Perempuan pengacau itu muncul lagi. Belum apa-apa dia sudah membuat Arkana meninggalkanku hari ini. Lakukan sesuatu untukku, Rayyan."

Rayyan menggamit dagu Kaira, mempertemukan pandang mereka. "Aku akan melakukan apa pun untukmu, Sayang. Tapi sebelum itu ..."

Rayyan menempelkan bibirnya di bibir Kaira. "Show me your skillful kiss."

Kalimat Rayyan menuntun Kaira menyelipkan bibirnya di antara bibir Rayyan lalu menggerakkan bibirnya dengan piawai.

Di tengah-tengah meresapi sentuhan bibir Kaira, Rayyan mulai merebahkan Kaira dan mengangkat rok perempuan yang sedang hamil empat bulan itu.

Namun, ketika Rayyan akan bergerak jauh, tiba-tiba gerakan tangannya terhenti oleh suara keras pintu yang menyentuh dinding.

"Kalian ... kalian sepasang binatang menjijikkan yang kupelihara selama ini?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!