Bab 5. Dijadikan Pembantu di Rumah Suami

Kaira menatap tak percaya apa yang penglihatannya sekarang tangkap. Begitupun telinganya. Lelaki yang biasanya getol menolaknya tiba-tiba menyeretnya ke kamar lalu berkata frontal padanya. Beberapa menit lalu pun Arkana masih ketus bahkan melempar ancaman padanya, dan sekarang, apa yang sedang terjadi?

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas, Kaira langsung menyerang Arkana seperti binatang buas yang tak ingin mangsanya lepas. Punggung Arkana terbentur pintu saking brutalnya penyerangan Kaira.

Disambarnya bibir Arkana dengan rakus dan lelaki itu membalasnya tak kalah rakus. Dalam benak Arkana sekarang ingin menyalurkan amarah karena perasaannya yang bertepuk sebelah tangan. Dia teramat marah ketika tahu istrinya--Mazaya tak memiliki cemburu untuknya. Jujur saja, itu sangat menyakitkan.

Napas mereka tersengal. Tangan Kaira bergerak meloloskan kaus yang membungkus tubuh Arkana. "Sayang, pindah ke kasur," ucap Kaira setelah perang lidahnya berhenti dan kini napasnya tampak tak beraturan.

Dengan tatapan datar Arkana menyeret tubuh Kaira dan menghempaskannya ke ranjang. Dirobeknya dress Kaira hingga wanita itu kini sudah polosan. Dalam hati Kaira bersorak senang--lelaki ini sudah bertekuk lutut padanya sekarang, pikirnya.

Ketika Kaira berinisiatif mencium Arkana terlebih dulu, lelaki itu memperingatkan, "Jangan sentuh tubuhku seinci pun tanpa perintah dariku."

Kaira terpaku, namun kemudian mengangguk patuh. Arkana kemudian menyentuh tiap jengkal tubuh Kaira dengan bibirnya--sambil memberi gigitan kuat dan panas. "Mengerang yang keras, Kaira!" perintahnya di sela-sela aktivitasnya. Detik setelah itu Kaira menuruti perintahnya.

Sementara di luar, tahu sang putra sedang menghabiskan waktu dengan menantu kesayangannya, Nyonya Abraham tak ingin melewatkan kebahagiaan ini begitu saja tanpa meracik bumbu-bumbu penyedap kegembiraannya. Dipanggilnya Mazaya ke ruangan santai yang berdekatan dengan kamar Kaira--ruangan di mana sedang terjadi aktivitas intim sekarang.

Bertujuan memercikkan api cemburu di hati Mazaya, wanita bersanggul itu bertanya, "Bagaimana malam pengantinmu semalam?"

Mazaya yang duduk bersimpuh di bawahnya sudah menggerakkan bibir untuk menjawab, tetapi Nyonya Abraham menyelanya. "Kutebak kau tidak dapat memuaskan putraku. Buktinya, sekarang dia seperti orang yang sangat dahaga dan kelaparan. Tidakkah kau dengar suara mereka?"

Mencoba tak memedulikan erangan Kaira yang terdengar erotis, Mazaya menunduk. Memang benar apa tebakan sang mertua. Bahkan di malam pengantinnya dia hanya memberi Arkana kegelisahan dan kekhawatiran. Terpercik rasa bersalah di hatinya dan setelah ini dia ingin menebusnya--memberi pelayanan sangat memuaskan yang merupakan keahliannya. Akan dibuatnya Arkana mabuk oleh tiap sentuhan jemari dan bibirnya hingga saraf-saraf prianya itu lumpuh karena merasakan sensasi kenikmatan teramat dahsyat.

"Heh pelayan rendahan!" Nyonya Abraham menyentak paha Mazaya dengan kakinya.

Kebencian Nyonya Abraham dengan menantu tak diinginkannya ini tak pernah pudar bahkan semakin pekat. Mazaya adalah penyebab dirinya menjadi menu hidangan utama pada tiap kegiatan arisan setelah kejadian di ballroom hotel waktu itu ditambah pernikahannya dengan Arkana yang tentu saja kian membuat hidangan itu menguarkan aroma menggiurkan untuk dinikmati. Mazaya benar-benar mimpi buruknya!

"Putraku hanya tergila-gila sesaat denganmu seperti anak kecil yang memperoleh mainan baru. Setelah bosan dengan mainan itu, tanpa berpikir panjang dan sayang dibuangnya mainan itu dan mencari mainan baru lagi yang lebih menarik perhatiannya. Oleh sebab itu, hei pelayan rendahan! Jangan kau berbangga diri dan merasa di atas awan sekarang!"

Mazaya tetap menunduk. Inilah yang paling dibencinya ketika menjadi seorang Mazaya--wanita lemah dan hina yang selalu tak berkutik ketika direndahkan. Ini bukan pertama kalinya dia diperlakukan hina. Dia yang tumbuh dalam keluarga miskin, acapkali menerima bully dari orang sebaya maupun lebih tua darinya.

Bagi Mazaya, kemiskinan adalah sebuah kutukan. Tak ada kebahagiaan yang mendekat, bahkan karena kemiskinan--penyakit sang ibu bertambah parah karena terlambatnya penanganan. Karena kemiskinan juga dia terperosok dalam lembah hitam.

Berbeda ketika dia menjadi Ratu--sang kupu-kupu malam paling diminati pelanggan, kehadirannya menjadikan ancaman bagi rekan sejawatnya. Siapa yang tak terpesona dengan daya pikatnya yang pekat? Tidak ada!

Ketika melihat Mazaya, tiap pasang mata kaum adam seperti tersihir untuk terus fokus padanya. Kelenjar ludah mereka memproduksi lebih banyak dari biasanya ketika melihat leher jenjang Mazaya. Karena pesona mematikan itu, dari seorang Mazaya bertransformasi menjadi Ratu Ancaman yang mengangkat dagunya tinggi-tinggi. Tak sekalipun dia menunduk karena hina dan rendah diri sebab merasa sangat diminati dan didambakan semua orang. Di sanalah--di tempat prostitusi--tingkat kepercayaan dirinya meroket menembus langit. Tak seperti ... sekarang.

"Heh! Pelayan rendahan! Rupanya kau beneran tuli, ya. Hobi sekali membuat orang berteriak-teriak!"

"I-iya, maaf, aku melamun, Ma."

"Jangan panggil aku Mama! Mulut rendahanmu itu tak pantas memanggilku dengan sebutan itu!"

"Maaf, Nyonya." Mazaya segera meralatnya. Hatinya pedih menerima bertubi-tubi hinaan pagi ini.

"Dengar apa yang kukatakan tadi? Kau tak lebih dari sebuah mainan putraku. Maka dari itu, bersiap-siaplah kau dibuang. Dan lagi, mendengar betapa ganasnya mereka sekarang, aku yakin akan segera hadir Arkana junior. Tentu itu semakin memperbesar peluangmu dibuang haha!"

Mazaya semakin menunduk dalam. Hatinya seperti diserbu palu godam. Sangat sakit. Sementara Nyonya Abraham tampak menikmati kepedihan Mazaya. Sangat puas dan menyenangkan.

"Mengerti posisimu di rumah ini?" Wanita setengah tua itu berbicara lagi. "Kau hanya pemuas nafsu jika di depan putraku dan jika tak ada dirinya, kau tak ubahnya pembantu rendahan. Maka sekarang gantikan pekerjaan pembantu yang sudah kupecat. Pel seluruh lantai. Jangan menyentuh makanan secuil pun sebelum pekerjaanmu beres. Paham?"

Mazaya mengangguk mengerti lalu berdiri.

"Tahu kan aturan mainnya? Jangan sampai Arkana tahu apa yang kau kerjakan!"

Mazaya mengangguk lagi lalu bergerak untuk melaksanakan tugasnya sebagai pembantu di rumah yang seharusnya memberinya kehormatan sebagai istri seorang Arkana Mahesh.

"Kenapa? Menyesal telah menikah denganku?" Di dalam sana Arkana tersenyum miring melihat kebekuan Kaira ketika mengetahui apa yang dikatakannya berulang kali adalah fakta.

Wanita itu sungguh ingin tak memercayai ini, tetapi fakta telah berbicara padanya. Ternyata, apa yang diucapkan lelaki yang tanpa sehelai benang di depannya ini ketika menolak menikahinya itu benar adanya--inti Arkana tak berfungsi. "Hah sialan! Lalu apa gunanya aku menikahinya!" batinnya meronta.

"Jangan katakan aku tak pernah memberitahumu, Kaira." Arkana kian menikmati kebekuan dan kekecewaan Kaira. Dia tersenyum miring.

"Arkana, masih banyak waktu kita. Aku optimis suatu saat dia akan bereaksi." Kelemahan Arkana ini tak dapat meluluhkan ambisinya menjadi Nyonya Arkana. Dia bertekad berupaya keras dapat membangkitkan inti suami obsesinya ini.

Arkana tersenyum kecut. Jika bukan karena suatu alasan, sudah ditendangnya wanita ini dari kediaman sekaligus kehidupannya. "Terserah. Aku tak peduli apa komentar dan keinginanmu. Jika waktunya tiba, bersiaplah menjadi janda."

"Permisi, Tuan Muda." Ketukan seseorang di pintu menginterupsi percakapan di dalam.

"Ada apa?" Arkana menyahut lantang.

"Seorang tamu ingin menemui Anda."

"Siapa?"

"Dia berkata namanya Gery."

Terpopuler

Comments

Semar Bodronoyo

Semar Bodronoyo

ngk masuk blas tor, ngk sesuai judul

2023-10-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!