"Kamu nyari masalah sama saya!" Farhan berjalan ke arah Galih dan menarik kerah kemeja Galih.
Mendapati perlakuan seperti itu, Galih langsung menarik tangan Farhan dan menguncinya dari belakang. "Jangan merasa selalu berkuasa di rumah ini Farhan, awalnya saya tidak tertarik dengan semua harta Ayah kamu, tapi melihat perbuatan kamu, saya berjanji akan merebutnya satu persatu!"
Galih mendorong tubuh Farhan ke lantai yang membuat Farhan hampir tersungkur disana, Farhan mengambil posisi berdiri dan menatap Galih tajam.
"GALIH! JANGAN SOMBONG KAMU!" Farhan mengangkat tangan tersulut emosi yang membuat Galih hanya mendelik.
"Ayo, kita pergi," Galih mengenggam tangan Alea dan Aston untuk pergi dari sana meninggalkan Farhan yang masih emosi disana.
Jia dan Garret berjalan menyusul Galih, mereka menaiki anak tangga menuju lantai dua dimana kamar Alea dan Aston berada.
"Bang, Kak, kayaknya aku harus ke kantor deh, nanti kalau ada apa-apa aku kabarin," ujar Garret yang tengah mengecek ponselnya.
"Iya Ret! Hati-hati yah," jawab Galih yang membuat Garret mengangguk dan melangkahkan kakinya pergi dari sana.
Sementara itu, Jia dan Galih kembali melanjutkan langkah kaki mereka mengantar kedua anak mereka ke kamarnya.
"Alea, Aston, jangan dengerin kata-kata Om Farhan yah, selagi ada Papa semuanya bakal aman, Papa janji," Galih bersimpuh mengsejajarkan tubuhnya dengan kedua anak itu.
"Tapi kan, Papa Galih cuma Papa pura-pura kita," ujar Aston polos yang sontak membuat Alea memegang lengan Aston.
Galih tersenyum, dia mengusap kepala Aston pelan. "Siapa bilang, Papa adalah Papa kandung kamu, Papa yang kamu tunggu selama Tujuh Tahun."
Aston mendelik kemudian menatap Jia sang Ibu. "Bener, Ma?"
Jia tersenyum pelan dan mengangguk, Aston mengulum senyum, dia langsung memeluk Galih, sementara Alea terdiam sejenak mencoba memproses apa yang terjadi.
"Papa, udah ingat?" tanya Alea pelan.
Galih beralih menatap Alea pelan dan menarik tangan putrinya itu ke pelukannya. "Mana mungkin Papa bisa lupa sama Putri Kesayangan Papa ini."
Ekspresi Alea berubah, wajahnya memancarkan tangis bahagia, air matanya jatuh di pelukan sang Ayah. "Akhirnya Papa balik, Alea kangen."
"Papa, akan selalu ada di hati kalian, Karena Apa yang sudah menjadi milik Mama kalian akan tetap sama, yaitu Papa, Alea dan Aston," Galih mengangkat kelingkingnya. "Janji?"
Alea dan Aston tersenyum, mereka menautkan kelingking mereka ke kelingking ayah mereka, setelah mereka kembali berpelukan.
"Sudah, kalian masuk kamar yah, nanti malam Papa dan Mama bakal ngajak kalian jalan-jalan," ujar Galih berdiri.
"Iya Pa," jawab Aston berlari masuk ke dalam kamar sementara Alea terdiam sejenak. "Alea?"
Alea mengulas senyum, dia berlari ke arah Galih dan mencium pipi sang Ayah. "Welcome Back, cinta pertama anak perempuanmu."
Setelah melakukan itu, Alea langsung berlari masuk ke dalam kamar menyusul Aston, menyisakan Jia dan Galih disana.
"Kenapa kamu, senyum gitu?" tanya Galih menatap Jia yang dari tadi senyum-senyum sendiri.
"Gak, Gapapa, seneng aja Kakak udah balik," jawab Jia yang membuat Galih mengangkat alisnya.
Galih berjalan ke arah Jia kemudian menarik Jia ke pelukannya. "Bukannya kita pengantin baru yah?"
"Maksudnya?"
"Banyak, Agenda yang harus dilakukan, mau dilakukan sekarang?" balas Galih mengembangkan senyum kepada Jia.
"Tapi-"
Belum sempat Jia menjawab, Galih sudah mengangkat tubuh istrinya itu dan membawanya masuk ke dalam kamar mereka, sesampainya di dalam kamar, Galih menidurkan tubuh Jia di atas kasur.
"Kak, Gak harus sekarang kan?"
"Tujuh Tahun, dan itu sekarang," jawab Galih menindih tubuh istrinya di kasur yang membuat Jia menelan ludah sejenak. "Kakak dengar, Aston pengen punya adik lagi."
Jia menjauhkan wajah suaminya itu. "Kata siapa?"
"Feeling, seorang Ayah, gimana mau bikinin gak?"
"Itu mah, akal-akalan Kakak aja!"
Galih mengangkat bahu, dia duduk dan mulai melepaskan kemejanya, Jia sudah pasrah sampai akhirnya ponsel Jia berbunyi yang membuat Galih membatalkan aksinya.
"Dari siapa?"
"Garret, Kak," jawab Jia mengangkat telepon itu.
[Halo, Ret?]
[Kak! Kakak harus ke Lokasi yang aku share, Gilbert dan Farhan bakal ketemuan disana dan aku yakin mereka akan bahas hal-hal bagaimana menyingkirkan Bang Galih]
[Sekarang banget nih?]
[Kalau mereka diskusinya di ponsel, aku masih bisa sadap jarak jauh, ini face to face, aku gabisa mantau langsung, ada kerjaan]
[Yaudah deh, kirim aja lokasinya]
Sambungan telepon tersebut terputus, Jia membuka aplikasi chattingnya dan mendapati lokasi yang dikirimkan oleh Garret.
"Mandi Kak, kayaknya kita harus jadi intel."
"Loh, Bikin adek buat Aston gajadi?"
"Berarti belum rejeki, sana mandi," jawab Jia yang membuat Galih berjalan ke arah Jia dan menangkup pipi istrinya.
"Awas kamu yah!" jawab Galih mencium seisi wajah istrinya itu sebelum akhirnya berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar tersebut.
•
Entah kenapa, setelah mengingat dirinya lagi, Galih berubah menjadi sosok yang sangat manja kepada istrinya, setelah mendapatkan lokasi dari Garret dan bersih-bersih karena mereka belum sempat mandi sehabis hampir mati tenggelam di basemant.
Galih dan Jia akhirnya meluncur ke lokasi yang diberikan Garret, sebuah lokasi restoran yang berkonsep outdoor, memudahkan Jia dan Galih untuk mendengar dan memata-matai mereka.
Tapi tampaknya rencana mereka tidak terlalu mulus, karena mereka datang terlalu awal, Galih bolak-balik mengecek Arlojinya dimana mereka di Restoran itu dari Jam Tiga Sore dan sekarang sudah hampir Jam Lima.
"Ini Targetnya siapa sih, udah dua jam disini gak ketemu-ketemu, saya laper," ujar Galih menyandarkan kepalanya ke bahu Jia. "Makan aja yuk, ngapain main Intel-intelan."
Jia menghela napas panjang, sifat Manja suaminya yang baru-baru terlihat ini menjadi PR bagi Jia sekarang.
"Katanya mau cari tahu tentang Konspirasi Keluarga Gaotama sama Keluarga Astrup, masa lapar doang nyerah, lagian nih Tugas Garret cuma tuh anak sibuk sama kerjaannya yah kita kerjain sendirilah," jawab Jia menatap ke kiri dan ke kanan.
"Tapi Sayang, Suami kamu ini lapar."
"Nanti kita makan," jawab Jia memperhatikan keadaan sekitar. "Nah itu dia Dateng."
"Mana!" tanya Galih membuka mata yang tadi di pejamkan.
"Jangan diliat apalagi di tunjuk tapi yah, nanti ketahuan," bisik Jia menunjuk sosok Gilbert dengan bibirnya yang dimajukan, hal itu sontak membuat Galih langsung menunjuk orang tersebut.
"Yang pake kemeja putih, jas biru muda?" Galih menunjuk sosok Gilbert yang membuat Jia langsung meraih wajah suaminya itu dan mengarahkannya kembali ke bahunya. "Masih ganteng saya gak sih daripada dia?"
"ASTAGFIRULLAH!"
"Sekali lagi," sahut Galih.
"ASTAGFIRULLAH SUAMIKU."
Gilbert yang menotice kegaduhan antara Jia dan Galih mengarahkan pandangan ke arah pasangan suami istri itu yang membuat keduanya sontak menunduk.
"Jia? Gao?" ujar Gilbert berjalan ke arah keduanya.
"Mati kita, Kak," bisik Jia menatap suaminya sembari menunduk.
•
•
•
TBC
Manja bangett!
Assalamualaikum, selagi menunggu Novel ini Update, boleh dong Support author di Novel lain.
Novel Baru Author judulnya tuh TAWANAN HATI DADDY BOSS dijamin gak kalah seru dan menghibur.
Nih Sinopsisnya!
Kejadian satu malam yang hampir merenggut kehormatan Nanas dikarenakan Anthony overdosis obat perangsang tiba-tiba menjadi Trending Topik di kantor dan media.
Dinilai sebagai Gadis nakal yang menggoda Bos-nya, Nanas mendapat penghakiman dari masyarakat sekitar dan rekan kerjanya.
Depresi, Frustrasi dan Menyerah, Nanas memutuskan bunuh diri, tapi disaat dia ingin melakukan itu, Anthony hadir menghalanginya dan meminta Nanas menjadi istrinya.
Bagaimanakah Nanas dan Anthony akan melawan strata sosial dari seorang Karyawan Biasa dan Pewaris Konglomerat?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Sri Puryani
hawdeeh di galih jd detektif kok gt
2025-02-02
0
Yunia Afida
gawat ketauan
2023-08-21
0
bunda
aku dah mampir Thor k novel terbarunya
2023-08-20
0