"Kenapa Ret?" tanya Jia kepada Garret yang baru saja berbicara dengan Tuan Bram.
"Bang Galih udah sadar, dan dia katanya bilang kalau nama dia Gao, bukan Galih," jawab Garret yang membuat Jia terdiam sejenak.
Cukup lama mereka berdua saling diam, sampai akhirnya mereka berdua langsung berlari menuju ruangan rawat Galih yang ada di rumah sakit itu, sesampainya mereka disana, sudah ada Tuan Bram yang menunggu mereka di pintu.
"Om, Bang Galih mana?"
"Ada, di dalam, tapi dia kayak orang bingung gitu, kayaknya dia ada ingat sesuatu tentang masa lalunya," jawab Tuan Bram yang membuat Garret langsung menengok ke dalam.
Garret segera berlari ke arah Galih, sementara Jia berhenti sejenak mengenggam lengan dari Tuan Bram. "Tuan tahu kan apa yang akan terjadi, saat suami saya mengingat semuanya, saya hampir mati hari ini, dan Tuan harusnya sudah bisa jujur sekarang."
Tuan Bram terdiam, dia hanya menghela napas panjang kemudian menundukkan kepalanya sedangkan Jia melepaskan lengan Tuan Bram dan berjalan ke arah ranjang Galih.
"Kak Galih?"
"Jia? Galih, siapa Galih, kenapa daritadi orang memanggil saya dengan nama Galih, saya Gao," jawab Galih yang membuat Jia mendelik sejenak.
"Kak Gao sudah ingat semuanya?" tanya Jia menatap dalam wajah sang suami.
Galih membalas tatapan itu, sampai tak lama kemudian dia merasakan bahwa nyeri menyerang kepalanya, sehingga membuat Galih memegangi kepalanya.
"Dokter!"
Garret sudah berteriak memanggil Dokter, Tapi Galih mengangkat tangan yang membuat Garret mengurungkan niatnya.
"Tidak usah, Garret, sepertinya saya mengingat sesuatu, iya saya ingat, keluarga kecil saya!" ujar Galih bangkit dari tidurnya dan mengambil posisi duduk. "Jia, saya ingat sekarang, saya Gao, suami kamu, anak kita mana?"
Jia diam, dia tidak bisa mengungkap kata-kata apa yang ingin keluar dari bibirnya, dibalik kejadian yang hampir merenggut nyawa mereka ini, ternyata Tuhan membawakan satu hal yang membuat kehidupan keluarga kecil mereka akan jadi lebih hangat.
"Kakak beneran udah inget? Kakak ksmana aja, aku udah Tujuh Tahun nungguin kak Gao, dan ingat aku sebagai istrinya," Jia mengusap air mata yang ada di ujung matanya.
Garret yang melihat suasana itu, beranjak mundur dari sana meninggalkan Jia dan Galih untuk berduaan saja.
Galih meraih wajah Jia dengan kedua tangannya, dia menyangkut wajah istrinya itu dan tersenyum perlahan. "Kamu masih nungguin saya, bahkan saat detik-detik perpisahan kita saya meminta cerai?"
Jia menggeleng. "Itu bukan salah Kak Gao, Gilbert yang sudah menjebak Kak Gao dengan Dokter pribadi kakak, mereka memalsukan laporan kesehatan Kakak, aku tahu kakak gamau ngerepotin aku, tapi aku bakal selalu Nerima keadaan kakak apa adanya, jangan bilang akan ada perpisahan lagi yah diantara kita."
Galih terdiam, dia mendekatkan wajahnya dan wajah Jia, perlahan dan pasti kedua bibir itu saling bersentuhan, sebuah rasa yang sudah Tujuh Tahun menghilang kembali berpacu.
Galih melepaskan ciuman itu kemudian membenamkan wajah istrinya di dada bidang miliknya. "I love you, My Dear!"
"I Love You Too, Kak Biru," jawab Jia yang membuat Galih tersenyum.
"Kamu masih ingat dengan panggilan romantis itu?"
"Setelah Tujuh Belas Tahun bersama, tidak akan mudah untukku lupa kak, Sepuluh Tahun menjalin asmara dan Tujuh Tahun dipisahkan keadaan, maka dari itu Takdir hidupku selalu kutulis dengan judul, Dua Garis Untuk Biru."
"Dua Garis?"
Jia mengangguk.
"Aston, dia adalah Putra yang saya tinggalkan," bisik Galih yang membuat Jia semakin memeluk suaminya. "Dan saya janji, apapun yang terjadi tidak akan ada yang memisahkan kita!"
•
•
•
Karena perawatan yang cukup singkat dan juga kondisi kesehatan yang lumayan membaik, akhirnya Galih di perbolehkan pulang hari itu juga, tapi ada sebuah perjanjian diantara mereka bertiga yang akan mereka jalankan.
"Tunggu, jadi selama ini dibelakang saya, kalian berdua diam-diam menyelidiki penyebab kecelakaan saya dan kenapa saya bisa di rawat oleh Keluarga Bram Astrup? Saya tidak ingat apa-apa tentang itu, yang saya ingat hanya saya punya keluarga kecil dan seorang istri," jelas Galih menyandarkan kepalanya di bahu sang istri.
Garret menatap spion mobilnya kemudian menjalankan mobil untuk pulang ke rumah.
"Abang bakal ingat itu semua nanti, intinya untuk sekarang, orang-orang seperti Farhan dan Gilbert gaboleh tahu kalau Bang Galih udah ingat, karena kalau mereka tahu, Bang Galih akan jadi incaran Gilbert dan juga ibu tiri Bang Galih," jelas Garret yang membuat Galih mendelik.
"Ibu tiri? Tunggu, sebenarnya ada konspirasi apa dibalik kecelakaan saya dulu? Saya hanya ingat Gilbert tapi saya tidak ingat saya punya Ibu tiri apalagi itu Ibunya Gilbert," jawab Galih yang kini kepalanya tengah di elus pelan oleh Jia.
Jia mengusap wajah sang suami yang kini tengah mengambil posisi tidur di pahanya. "Kak Gao, gak perlu memaksakan ingatan Kakak, intinya kami butuh bantuan Kakak buat ngungkap semua ini, kita butuh pancingan, dan itu adalah-"
"Saya?" tanya Galih yang membuat Jia dan Garret mengangguk serempak. "Saya hampir mati loh hari ini."
"Hampir mati dikit, Gak ngaruh," gurau Garret yang membuat Galih memiringkan wajahnya ke perut sang istri.
"Tenang kak, Kami gak bakal biarin kakak dalam bahaya yang penting sekarang kita harus hati-hati juga dengan Farhan, dia sudah jadi kaki tangan Gilbert, dia adalah orang dalam yang akan mudah menjatuhkan kita, dia hampir membunuh kita hari ini, dan jika dia kerjasama dengan Gilbert, entah apa yang akan dia lakukan selanjutnya." ujar Jia.
"Nanti kita obrolin ini, kita sudah sampai di mansion, intinya Bang Galih bersikap seolah gak mengingat apa-apa," tambah Garret memarkirkan mobil di halaman mansion tersebut.
Jia, Galih dan Garret keluar dari mobil, mereka beranjak masuk ke dalam Mansion, tapi baru mereka melangkah sudah terdengar suara tangisan dari Alea dan Aston.
Sontak Jia dan Galih langsung berlari ke arah suara itu dimana Alea dan Aston tengah di marahi oleh Farhan.
"Farhan! Ada apa ini!" ujar Galih yang membuat mereka semua menatap ke arah Galih dan Jia.
"Ayah!" Alea dan Aston langsung berlari ke arah Galih dan memeluk Galih.
"Oh, Pahlawannya sudah datang, harusnya kamu nanya sama anak kamu, apa kesalahannya."
Galih menatap Alea dan Aston, kemudian bertanya kepada mereka. "Kalian ngelakuin apa, Nak?"
Alea menggeleng. "Gak ada Ayah, tadi Aston main bola ga sengaja kena mobil Om Farhan, kami udah minta maaf tapi Om Farhan paksa kami sujud sama dia."
Galih berdiri, dia mengusap kepala kedua anaknya kemudian menghela napas panjang. "Kamu dengarkan Farhan! Anak-anak saya sudah meminta maaf, apalagi yang kamu permasalahkan!"
"Saya tengah mengajarkan anak kamu tentang sopan santun, apa salahnya dia bersujud untuk meminta maaf!"
"Anak-anak saya tidak akan bersujud kepada siapapun! Kecuali pada Tuhan dan Kedua Orang Tuanya! Sudah cukup kamu membuat masalah hari ini Farhan, jika kamu tidak bisa diperingati, saya sendiri yang akan memastikan kamu keluar dari rumah ini!" ujar Galih menunjuk Farhan.
•
•
•
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Teh Yen
gt dong Galih kali" tegasin tuh c Farhan biar engg ngelunjak biar tau diri seenak.aj.nyuruh ank" buat minta maaf pake acara sujud segala Ng ku siapa Farhan 😠😠😠
2023-08-19
0
Siti Zuriah
good gao ancam dan ksh ketegasan bwt farhan agar dia ga semena" jd org
2023-08-18
0
Sri Rahayu
pites aja itu si Farhan 😡😡😡
2023-08-17
0