BAB 12. Selalu Ada Ikatan Itu

Jia mulai menceritakan awal mula dia bertemu dengan Tuan Bram dulu yang membuat Garret merasa setuju dengan pendapat Jia bahwa ada yang tidak beres dengan Tuan Bram saat ini dan Jia harus meminta penjelasan kepada dia.

"Masalahnya Ret, saya gak pernah punya kesempatan buat nanya apapun ke Tuan Bram, gimana kalau kamu selidiki tentang mertua saya dulu dan saya akan mencari info dari Tuan Bram," ujar Jia yang membuat Garret mengangguk setuju.

"Bener kak, ini benar-benar gak ada yang beres ada something dan trigger yang membuat kecelakaan itu terjadi, berdasarkan bukti yang kak Jia dapatkan setidaknya kita sudah menemukan titik terang bahwa Bang Galih adalah Gao, masalahnya jika orang-orang di balik layar itu tahu kalau Bang Galih yang ternyata adalah Gao masih hidup, jelas ini akan menjadi ancaman," timpal Garret yang membuat Jia mengangguk.

"Ancaman?"

Garret dan Jia reflek membalikkan badannya kemudian mendapati sosok Galih sudah ada di belakang mereka.

"Kalian ngapain disini, bahas apaan kayaknya seru banget?"

"Kak Galih, kakak udah bangun, ngak ada aku cuma ngobrolin beberapa hal sama Garret," jawab Jia berjalan ke arah Galih.

"Yakin? Kayaknya penting banget nih," ujar Galih yang membuat Garret langsung berjalan ke arahnya.

"Gaada bang, tadi aku cuma mikirin kuliah dan bisnis disini, rencana mau lanjutin kuliah dulu, terus kak Jia kasih semangat," jelas Garret yang membuat Galih mengangguk.

"Bagus dong, kalau kamu mau lanjutin kuliah, biar kamu bisa dapat gelar yang lebih bagus lagi," jawab Galih. "Kalau gitu kakak mau masuk ke kamar dulu yah, habis sholat subuh mau tidur bentar soalnya besok pagi mau ke Resto cek karyawan."

"Iya Kak, duluan aja, nanti aku nyusul," jawab Jia yang membuat Galih mengangguk.

Galih melangkahkan kakinya pergi dari sana meninggalkan mereka berdua yang membuat Garret dan Jia menghela napas lega karena Galih tidak mendengar percakapan mereka tadi.

"Garret, aku nyusul Kak Galih dulu yah, nanti siang aku ke kantor kamu buat jelasin rencana yang bakal kita lakukan," ujar Jia berjalan pergi menyusul suaminya sementara Garret hanya menganggukkan kepalanya.

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, setelah sarapan tadi pagi, tidak ada interaksi lebih lanjut antara keluarga yang kini tinggal di mansion itu kecuali interaksi antara Jia dan Alea.

"Mama kok gak bilang-bilang kalau Mama nikah sama Om Galih, katanya Mama mau nungguin Papa kenapa Mama malah nikah sama Om Galih?" ujar Alea yang membuat Jia mengalihkan pandanganya kepada anak sulungnya itu.

Jia meraih kursi kemudian duduk dan menatap Alea sejenak. "Kamu ngerasa gak kalau Om Galih itu adalah Papa kamu yang hilang?"

Alea terdiam, dia menatap Ibunya kemudian menganggukkan pelan kepalanya. "Aku gatau Ma, tapi perasaan aku bilang kalau Om Galih, Papa aku, tapi kan kita gak punya bukti, bisa aja Om Galih itu adalah pria lain yang kebetulan mirip sama Papa."

Air mata Jia jatuh, dia mengusap kedua matanya kemudian memegang pundak Alea. "Gak sayang, perasaan kamu gak salah."

"Maksud Mama?"

"Papa kamu belum pergi, penantian kita gak sia-sia," ujar Jia menatap dalam Alea. "Om Galih itu Papa kamu yang hilang, dia cuma lupa sama kita, dan kita harus bikin dia ingat kalau dia pernah punya anak."

Hening diantara mereka berdua, tanpa sengaja air mata Alea juga jatuh karena hal ini. "Tapi Ma-"

"Beneran Om Galih, Papa Alea? Tapi kenapa dia lupa sama kita?"

"Dia gak lupa," jawab Jia, dia meraih sebuah kertas yang biasa ada di dalam dompet Galih. "Bahkan dia selalu menjaga hadiah dari anak gadisnya."

Jia memberikan kertas gambaran buatan Alea sewaktu kecil dulu yang dijadikan hadiah untuk Galih pada hari ayah dan yang Galih pegang saat dia kecelakaan sampai membuat dia lupa ingatan.

"Dia gak pernah lupa sama kita, ikatan akan selalu ada," jawab Jia pelan.

Disaat mereka berdua sedang larut dalam kesedihan fakta yang mereka dapatkan, tiba-tiba saja Aston datang ke arah mereka dengan keadaan menangis.

"Loh Aston, kamu kenapa sayang, kok nangis?" tanya Jia yang membuat Aston menggeleng. "Bilang aja, sayang, siapa yang ganggu kamu?"

"Om Farhan bilang, Aston itu cuma anak tanpa Papa, walaupun Papa Galih tinggal dirumah ini, tapi Aston bukan anak kandung Papa Galih, makanya Aston gaboleh main-main di teras karena ini bukan rumah Papa kandung Aston."

Jia melempar tatapan kepada Alea, dia menahan airmatanya kemudian memeluk Aston. "Siapa bilang, Papa Galih itu kan udah jadi Papa kamu."

"Tapi Ma, Papa kandung Aston mana, kok Aston gak pernah dibawa kesana katanya di Surga, ayok kita datengin," jawab Aston yang membuat Jia menggeleng.

"Gak sayang, Papa kamu akan selalu ada di hati kamu," bisik Jia pelan. "Di hati Mama dan di hati Kak Alea, jadi Papa kamu gak akan kemana-mana."

"Kira-kira, Kalau Aston nganggap Papa Galih itu Papa Aston, Papa kandung Aston marah gak yah, atau dia gamau ketemu sama Aston selamanya."

Deg.

Jia melempar kembali tatapan kepada Alea yang membuat mereka berdua hanya bisa diam, sampai sebuah suara membuyarkan mereka.

"Gak akan ada yang marah," ujar Galih berjalan ke arah mereka yang membuat ibu dan dua orang anak itu menatap Galih. "Gak akan ada yang marahin kamu, kamu bisa anggap saya Papa kamu."

Aston melepaskan pelukannya kemudian berjalan ke arah Aston. "Tapi kata Om Farhan-"

"Gak Aston, Om Farhan bohong, siapa bilang ini bukan rumah kamu," jawab Galih memotong Aston, dia mengambil posisi bersimpuh dan mengsejajarkan kepalanya dengan tinggi badan Aston. "Dimana Papa Galih tinggal, disitulah rumah kamu, soal Papa kandung kamu, benar kata Mama kamu, dia akan selalu ada di hati kamu, tapi kamu tahu apa yang ada di hati Papa Galih sekarang?"

"Apa, Pa?"

"Kamu, Alea dan Ibu Kamu, kalian adalah keluarga Papa, dan kalian akan selalu ada di hati Papa," jelas Galih yang membuat Aston langsung memeluknya.

Alea menundukkan kepalanya, sudah lama dia tidak melihat sebuah ikatan seperti ini, dia berjalan ke arah Galih kemudian menatap dalam Galih.

"Om, makasih yah, sudah mau anggap, aku, Aston dan Ibu keluarga," ujar Alea saat berada di depan Galih. "Aku boleh peluk, Om Galih, gak?"

Hening.

Galih menatap Alea kemudian tersenyum. "Seperti yang saya bilang, anggap saya Papa kamu dan seorang Papa tidak akan menolak permintaan dari anak-anaknya."

Alea langsung memeluk Galih yang membuat Jia hanya bisa diam dan menahan tangisnya, dia benar-benar harus menyelesaikan semua masalah ini agar keluarganya bisa utuh kembali.

TBC

Terpopuler

Comments

Sri Puryani

Sri Puryani

😭😭

2025-02-01

0

¢αнαуα мєηтαяι

¢αнαуα мєηтαяι

gausah dengerin apa kata orang lain Aston dengerin aja apa kata mama dan papamu

2023-08-14

0

Yunia Afida

Yunia Afida

dasar farhan pasti dia iri galih bisa sukses sedangkan dia belum

2023-08-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!