"Kamu tahu gak, kamu juga wanita kedua yang saya bonceng naik motor, yang pertama Ibu Angkat saya dan yang kedua adalah kamu," jelas Galih yang membuat Jia tersenyum.
"Bisa aja, Kak, btw pertigaan di depan belok kanan yah kak," jawab Jia yang membuat Galih mengangguk.
"Jia, saya mau nanya boleh gak?" tanya Galih yang membuat Jia mendekatkan kepalanya ke arah kepala Galih.
"Nanya apa kak?"
"Maaf kalau saya gak sopan," Galih memberi jeda. "Suami kamu ninggalin kamu dan anak-anak alasannya apa sih?"
Jia terdiam, dia menghela napas sejenak kemudian terdiam beberapa saat yang membuat Galih merasa tidak enak karena menanyakan hal yang sedikit sensitif.
"Saya salah ngomong yah, maafin yah," ujar Galih yang membuat Jia mengulas senyum sepihak.
"Gapapa kok kak, aku gak kenapa-kenapa, Papanya anak-anak pergi saat aku lagi hamil Aston, Papanya anak-anak gatau kalau waktu itu aku lagi hamil, dan alasannya dia pergi, aku gatau dia pergi gitu aja, tapi aku yakin dia bakal balik kok," jawab Jia yang membuat Galih menatap wajah sedih Jia dari spion motor.
"Kamu yakin dia bakal balik?"
"Harusnya," jawab Jia.
Galih mengangguk, dia meraih tangan Jia dan melingkarkan tangan Jia ke pinggangnya yang membuat Jia tanpa sadar Jia menyandarkan kepala di punggung Galih.
"Pertahankan keyakinan kamu," Galih menatap lurus kedepan sementara Jia masih di posisinya.
"Dia bakal balik, kok," bisik Jia pelan.
•
"Lepasin! Kamu ngapain disini, ini rumah kak Jia kamu mau maling kan, gausah ngeles deh!" ujar Syifa saat berada di hadapan Garret.
"Diem Oneng, aku gamau maling, aku kesini tuh mau ngecek sesuatu," jawab Garret yang membuat Syifa menatap Garret serius.
Garret membalas tatapan Syifa kemudian membuang muka yang membuat Syifa merasa curiga dengan Garret.
"Mau ngecek apaan?"
Garret frustrasi, dia mengeluarkan ponselnya kemudian memperlihatkan foto Galih kepada Syifa. "Kamu kenapa orang ini gak?"
Syifa menatap foto itu kemudian mengangkat alis. "Loh ini Pak Gao, kok bisa mirip banget, bukannya Pak Gao udah meninggal yah kecelakaan dan belum ditemukan."
"Nah itu dia," Garret menjentikkan jarinya. "Foto ini, foto Abang gue, dia Amnesia dan gak ingat masa lalunya, gue curiga nih yah, masih curiga sih, kalau Abang gue ini, si Galih itu adalah si Gao-Gao yang hilang itu."
Syifa menjadi diam sendiri, dia menatap Garret sejenak kemudian menghela napas. "Yakin, udah Tujuh Tahun loh, gak mungkin masih hidup, kemungkinannya kecil, bisa aja dia mirip kan dan kronologinya sama."
"Hipotesa kamu terlalu cepat," jawab Garret mengambil sebuah kertas dari dalam Jaketnya. "Aku harus cari info terkait lebih dalam, dan aku yakin kalau dirumah ini masih banyak info-info mengenai mereka."
Syifa ragu, dia menatap Garret sejenak. "Kamu salah rumah, kalau kamu mau nyari info tentang Pak Gao, kamu datang ke rumah lama dan bekas ruangan di kantornya, setelah menghilangnya Pak Gao, rumah lama mereka kosong karena Kak Jia tidak ingin sedih terus, sedangkan ruangan kerja Pak Gao di kantor sengaja dibiarkan kosong walaupun Ayahnya Pak Gao sudah nemuin gantinya dijabatan yang sama."
Garret yang mendengarkan itu, berusaha mencerna semuanya, ucapan Syifa ada benarnya juga, dan satu lagi yang membuat Garret bingung adalah kenapa pihak keluarga dari Gao menghapus info-info kecelakaan Gao seolah tidak ingin kasus ini dibahas lagi.
"Aku mau nanya sesuatu sama kamu, kamu kan dekat dengan mereka, kamu tahu gak info kenapa media dipaksa menghapus pemberitaan tentang kecelakaan Gao, padahal kan pada saat itu Gao adalah tokoh pekerjaan yang lumayan naik daun," tanya Garret pada Syifa.
"Alasan lebih jelasnya aku gatau sih yah, tapi setahuku kalau gak salah dulu Kak Jia sempat berantem dengan keluarga mertuanya karena kasus kecelakaan Pak Gao ditutup seminggu padahal Tim pencari masih akan melakukan pencarian sampai dua puluh empat hari."
Garret mencoba mencerna semua ini baik-baik, dia berjalan mondar-mandir di hadapan Syifa kemudian menatap Syifa kembali.
"Kamu mikirin apa yang aku pikirin gak?"
"Kecelakaan Pak Gao itu faktor disengaja?" jawab Syifa yang membuat Garret mengangguk.
Garret kembali menjentikkan jarinya kembali. "Tepat! Seolah-olah semuanya udah ditata dengan rapih, kamu mau bantuin aku gak?"
"Bantuin?"
"Bantuin buktiin kalau Abang aku tuh suami Jia yang hilang dan bantu ngunhkap kasus Tujuh Tahun lalu, banyak kejanggalan disana."
"Tapi-" Syifa ragu. "Kita gak punya kapasitas untuk itu, itu bukan urusan kita."
"Kita gak bicara soal kapasitas, kredibilitas dan apapun itu, ini soal hati."
Syifa menundukkan kepalanya kemudian memikirkan penawaran dari Garret sejenak sampai akhirnya Syifa setuju.
"Nah gitu dong, eh kayaknya aku harus pergi ada kerjaan, mana sini ponsel kamu."
"Buat apa?"
"Sini," jawab Garret yang membuat Syifa memberikan ponselnya, Garret menerima itu dan langsung menulis kontaknya disana. "Udah aku simpan yah, yaudah Ayok pergi."
Disaat Syifa dan Garret hendak pergi dari sana, tiba-tiba saja, aksi mereka terhenti saat Galih dan Jia datang dengan mengendarai motor.
"Mati kita," bisik Garret menarik tangan Syifa untuk sembunyi.
Sementara itu Jia kini turun dari motor dan dibantu oleh Galih melepas helmnya.
"Kak Galih, kalau mau langsung pergi gapapa, makasih yah udah anterin sampai sini," ujar Jia yang membuat Galih mengangguk.
"Kalau mau ke rumah sakit, Telpon saya yah, saya siap nganterin kamu kok," jawab Galih yang membuat Jia mengangguk.
"Hati-hati, Kak."
Galih menganggukkan kepalanya sementara Jia membalikkan badannya melangkah masuk ke dalam rumahnya, Galih masih belum bergerak, sampai akhirnya Jia masuk ke dalam, barulah Galih hendak pergi, tapi baru saja dia menyalakan mesin motor, tiba-tiba saja Jia berteriak yang membuat Galih membuka helm dan masuk ke dalam sana.
"Jia! Kamu kenapa!"
Galih mencoba mengecek satu persatu ruangan disana dan akhirnya menemukan Jia di lantai menuju kamar mandi sedang terduduk.
"Astaga, kamu kenapa?" Galih membantu Jia berdiri. "Kamar kamu dimana, biar saya bantuin kamu ke kamar."
"Kepeleset kak, aku mau cuci muka, kamar aku ada didepan kak," jawab Jia yang membuat Galih menggendongnya menuju ke kamar, setelah sampai dikamar, Galih segera menidurkan Jia diranjang, kaki Jia tampak merah dan sedikit bengkak.
"Parah banget ini, kamu mau saya panggilkan tukang urut gak, takutnya ada apa-apa."
"Gapapa kak, cuma keseleo."
"Tapi saya khawatir jadinya, saya jadi gak tenang kalau kondisi kamu begini."
Jia terdiam, dia menatap Galih sejenak. "Khawatir?"
"Jujur saja yah, saya mulai merasa senang dekat dengan kamu dan anak-anak, saya kasian ke anak-anak kalau kamu kenapa-kenapa."
Galih mendekatkan wajahnya kepada Jia kemudian mengelus lembut kepala Jia, tapi baru saja beberapa menit mereka fresh diadegan itu, tiba-tiba saja beberapa tetangga Jia masuk ke dalam sana.
"Nah bener kan kalian lagi Zina!"
Galih berdiri dia berusaha menahan para warga dan menjelaskan. "Pak, Bu, ini gak seperti yang kalian lihat! Kami bisa jelaskan!"
"Udahlah, Kalian berdua bikin malu aja udah Zina!"
Diluar sana Garret dan Syifa yang mendengar itu saling melempar tatapan dan memukul dahi mereka karena tidak bisa berbuat apa-apa sampai akhirnya mereka berdua memilih masuk kesana.
"Bapak-bapak, Ibu-ibu ada apa ini?" tanya Garret yang datang bersama Syifa. "Kok rame?"
"Garret?"
"Syifa?"
"Ini Mas, itu si Mas dan Mbaknya lagi Zina disini, berduaan padahal gaada orang-orang," jelas salah satu warga.
"Yaudah nikahin aja," Garret reflek menutup mulutnya karena keceplosan.
"Bener!" timpal Syifa yang ikut-ikutan keceplosan.
•
•
•
TBC
Emg bener-bener yah si Garret sama Syifa
Guys! Ini dia Official Poster dari DUA GARIS UNTUK BIRU:
Next Update Likenya harus tembus 80 dan Komennya tembus 25 ahahaha jahad banget narget-narget tapi gapapa biar kalian rajin like dan komen huhuhuhu ;)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Yuliana Purnomo
jangan jangan itu idenya Garret dan Syifa
2024-12-12
0
Sri Puryani
hawdeeh....
2025-01-31
0
¢αнαуα мєηтαяι
terciduk wkwkwk ide yang bagus Garret & syifa
2023-08-12
0