Mode Flashback: On
"Papa, Papa lagi berantem yah sama Mama?" tanya Alea dengan polosnya.
Gao terhenyak dia langsung menatap Alea dan tersenyum. "Gak kok, Papa gak berantem sama Mama kamu."
"Papa bohong kan?"
Gao terdiam, Alea meraih tasnya kemudian mengeluarkan sebuah buku gambar dan memperlihatkannya ke sekolah.
"Tadi di sekolah ada Tugas Sekolah tentang keluarga, Alea gambar ini, bagus gak, Pa?" tanya Alea duduk di pangkuan Gao.
Gao menatap gambar itu dan tersentuh. "Bagus, terus kamu ceritanya gimana?"
"Tadi Alea cerita kalau Alea bersyukur punya Mama dan Papa, punya orang tua yang selalu baik sama Alea, yang selalu rukun, tapi-"
"Kenapa, sayang?"
"Alea juga cerita, kalau akhir-akhir ini Mama sama Papa gak kayak dulu lagi, makanya Alea bilang Mama sama Papa berantem, Mama dan Papa jangan berantem lagi yah, Alea janji gak nakal kok."
"Gak, bukan gitu sayang," ujar Gao tapi Alea malah menangis di pangkuannya.
"Alea gamau Mama sama Papa berantem, kalau Alea nakal hukum aja Alea, Alea janji gak bakal minta mainan lagi, tapi Papa dan Mama jangan berantem, Alea gamau kalau Mama dan Papa berantem terus."
"Maaf sayang, tapi Papa pengen nanya sesuatu, boleh?" Gao mengusap air mata Alea kemudian menatap dalam anaknya itu. "Kalau suatu saat Mama dan Papa pisah, Alea pengen ikut siapa?"
Alea terdiam, memang pertanyaan yang sangat berat untuk anak seusia Alea, tapi Alea malah tersenyum kemudian mantap menjawab. "Mama, Pa!"
"Kenapa?"
"Karena apa yang akan menjadi milik Mama akan tetap milik Mama, termasuk aku dan Papa," ujar Alea dengan polosnya yang membuat Gao kembali tertampar keadaan.
Mode Flashback: Off
Bayangan itu kembali hadir di hati Alea yang membuat Alea terdiam, dia tahu betul konflik yang menimpa orang tuanya dahulu dan mungkin dia akan menurunkan egonya.
"Maaf, Alea, Setelah ditinggal Papa kamu, perasaan kamu gimana?" tanya Galih yang membuat Alea menatap Galih sejenak.
"Sakit, Om."
"Kamu benci sama Papa kamu?"
Alea menggelengkan kepalanya kemudian menutup kotak obat yang dia pegang, dia menatap lurus ke depan. "Saat Papa dinyatakan hilang dan gak akan kembali lagi disitu aku sakit banget, tapi Mama selalu berusaha yakinin anak-anaknya bahwa Papa bakal kembali, tapi aku selalu bilang kalau Papa tuh gak bakal kembali, Tapi-"
"Tapi, kenapa?" Galih kini sudah menatap Alea secara intens.
"Papa sudah kembali, tapi dia gak ingat sama sekali sama kita, aku tahu itu bukan disengaja tapi ada sebabnya, tapi kalau aku punya satu permintaan, aku cuma pengen Papa ingat lagi, kalau dia punya anak-anak yang butuh figure dia dalam hidupnya, dan Om tahu gak?"
Galih mengangkat aiis, sedangkan Alea menatap wajah Galih. "Beberapa menit lalu, aku sadar bahwa Om bener, Ikatan anak dan ayah gak akan putus, hanya saja memori itu yang harus dipulihkan dan pada akhirnya ucapanku Tujuh Tahun lalu ke Papa Terbukti, saat Papa nanya kalau dia sama Mama bakal cerai, aku milih siapa dan aku jawab, aku bakal milih Mama, karena apa yang sudah menjadi takdir Mama akan kembali lagi ke Mama itu termasuk aku dan Papa."
Galih tersenyum, dan merangkul Alea. "Kamu hebat, Alea."
Dan andaikan, Om Galih bisa ingat lagi, kalau Om Galihlah, Papa Gao yang hilang Tujuh Tahun lalu, batin Alea.
Setelah perbincangan singkat itu, Alea dan Galih kemudian berjalan bersama menuju ruangan rawat dari Aston, dimana disana sudah ada Jia yang dari kemarin menjaga Aston.
"Mama pulang aja, pasti Mama capek, biar Alea yang jagain Aston," ujar Alea saat tiba disana.
Jia yang melihat kehadiran Alea dan Galih menatap keduanya dan mendapati ada luka-luka di badan mereka.
"Kalian habis ngapain, kok luka-luka gitu," tanya Jia yang membuat Alea dan Galih saling melempar tatapan.
"Tadi Alea hampir di Tabrak mobil, tapi untung aja ada Om Galih, yang nolongin Alea," jawab Alea yang membuat Jia langsung mengecek kondisi Alea. "Gapapa Ma, udah diobatin kok sama Om Galih, Om Galih bisa gak anterin Mama pulang?"
"Eh gak usah, ngerepotin nanti, nanti Mama pulang sendiri aja," jawab Jia yang membuat Alea tidak diam saja.
"Bahaya Ma, Mama pulang sama Om Galih aja," jawab Alea yang membuat Galih mengangguk.
Galih, menaruh hadiah yang dia bawa untuk Aston di meja. "Gapapa, saya sekalian mau ke Resto juga, tapi saya mau ketemu Aston dulu yah?"
"Aston lagi tidur Kak, kalau mau ketemu silakan," jawab Jia yang membuat Galih berjalan masuk menuju ranjang Aston yang terhalang tirai dari posisi mereka tadi.
Saat Galih sudah ada di samping Aston, ia langsung mengusap kepala Aston dan mengecup keningnya.
"Ton, Papa Galih disini, kamu harus bisa sembuh yah," bisik Galih pelan yang membuat Aston terbangun.
"Papa?"
"Gimana, udah enakan?" tanya Galih yang membuat Aston mengangguk. "Kamu harus bisa sembuh yah, biar Papa bisa aja kamu jalan-jalan."
"Janji?"
"Janji, Nak, yaudah kalau gitu Papa mau pergi dulu ada urusan, nanti Papa kembali lagi ke sini."
"Dada, Pa."
Galih mengangguk, sementara itu Jia dan Alea yang melihat itu hanya saling melempar pandangan karena Aston tidak tahu sama sekali dengan masa lalu mereka, wajar karena Aston lahir setelah Gao pergi dulu.
Galih berjalan keluar menuju Jia dan Alea. "Yaudah Jia, ayok berangkat."
"Iya Kak, yaudah Alea, Mama berangkat dulu yah, nanti sore Mama balik lagi."
"Iya Ma, Om Galih, hati-hati yah!"
Galih mengangguk, ia dan Jia kemudian berjalan menuju parkiran diluar rumah sakit, sesampainya disana Galih segera memberikan helm cadangan yang sudah ia bawa kepada Jia.
Jia menerima helm itu, tapi karena Jia tidak bisa memakai motor sehingga dia kesulitan membukanya.
"Susah yah?" tanya Galih memakai helmnya kemudian meraih helm milik Jia.
Galih membuka pengait Helm itu kemudian memakaikannya kepada Jia, adegan itu berlangsung hening hanya ada mereka berdua disana.
"Udah?"
"Udah, Kak."
"Yaudah, Ayok naik!"
Galih segera naik ke motornya disusul oleh Jia sehingga kini mereka berdua berdua diatas motor menuju rumah Jia yang sudah diberitahukan lokasinya oleh Jia.
"Kamu gak biasa naik motor yah?"
"Iya Kak, selama aku hidup cuma satu orang Cowok yang pernah ajak aku naik motor."
"Siapa?"
"Papanya, anak-anak."
Galih terdiam, dia menatap ekspresi sedih Jia dibalik spion yang membuat dia merasa bersalah menanyakan hal yang seharusnya tidak dia tanyakan.
"Berarti saya orang kedua dong?"
"Mungkin, atau-"
"Atau kenapa?"
Atau kamu adalah satu-satunya Kak, gak ada yang lain, batin Jia.
•
•
•
TBC
Komen ayok Komen yg rame biar update lancar wkwkw btw udah mau masuk konflik utama
Eh Cover baru novelnya gimana bagus gak?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Sri Puryani
semangat jia & alea mengingatkan papa gao...yg sabar ya ...
2025-01-31
0
¢αнαуα мєηтαяι
ayoo jia semangat bantu Gao mengingat kembali semuanya
2023-08-12
0
Erni Kusumawati
semoga Gao segera pulih ingatannya.. rasanya terlalu banyak penderitaan yg Gao berikan kpd Jia dan anak2nya..
2023-08-01
0