Dukung Author dan Novel ini dengan cara Like dan Komen yah! Agar author semakin semangat untuk update.
•
•
•
Jia terdiam menatap gambar itu, Galih sendiri hanya menatap sejenak Jia kemudian mengangkat alisnya. "Kenapa, Jia?"
Jia terbuyar dari Flashback Masa Lalunya yang membuatnya langsung menatap wajah Galih yang ada dihadapannya itu.
"Gak Kak, saya lagi mikirin sesuatu aja kak, kak saya boleh nitip jagain Aston sebentar gak? Saya mau ke Toilet dulu sekalian mau nelpon Kakaknya Aston, takutnya dia gatau adiknya masuk rumah sakit," jawab Jia yang membuat Galih mengangguk.
"Boleh, gapapa, biar saya jagain Aston," ujar Galih setuju dengan permintaan dari Jia.
Jia tersenyum pada Gao kemudian berjalan keluar dari ruangan itu, dia tampak menahan sesuatu yang akan keluar dari dirinya, dia langsung berlari menuju toilet yang tak jauh dari sana, sesampainya di Toilet, Jia langsung menatap wajahnya dibalik cermin kemudian mulai menangis disana.
Hening di Toilet itu, hanya terdengar suara Isak tangis dari Jia, bagaimana bisa dia menunggu Tujuh Tahun untuk menjadi tempat pulang dari suaminya yang ternyata tidak mengingatnya.
"Andaikan kamu tahu Kak, kamu adalah Gao yang Aston tunggu, kamu adalah Gao yang menjadi alasan penantian ku selama Tujuh Tahun," batin Jia menatap wajahnya di cermin, air matanya masih jatuh. "Bagaimana bisa aku meyakinkan kamu, kalau kamu adalah suami aku yang hilang?"
Jia tertunduk, ia menatap dirinya kembali di cermin, dia tampaknya sangat terguncang dengan kenyataan bahwa kini sang suami sudah hadir dihadapannya dengan versi yang sangat jauh berbeda.
"Gak, aku harus mengambil kembali apa yang akan menjadi milikmu, Kak Galih itu adalah suamimu dan kami belum benar-benar bercerai, aku harus bisa membuat Kak Galih mengingat lagi cinta kami berdua," ujar Jia membasuh wajahnya dengan air bermaksud untuk menetralkan air matanya.
Setelah selesai dengan urusannya, Jia langsung keluar dari kamar mandi dan menelpon Alea.
[Halo, Ma? Ada apa?]
[Kamu dirumah sendiri dulu yah, Mama lagi di rumah sakit, adek kamu Aston masuk rumah sakit]
[Kok bisa, aku nyusul yah]
[Gak usah, bentar lagi malam, kamu juga baru pulang sekolah, kamu nyusulnya besok aja yah]
[Yaudah deh Ma, Mama jangan capek-capek yah]
[Iya, Sayang, udah dulu yah]
[Iya, Ma]
Jia mematikan sambungan telepon tersebut kemudian kembali kembali menuju ruangan rawat Aston tadi, sesampainya disana Jia hanya berdiri di ambang pintu karena sebuah pemandangan yang dia lihat, ternyata Aston sudah terbangun dari pingsannya.
"Papa?" ucap Aston saat melihat Galih yang ada di hadapannya. "Papa, bener kan Papa."
Galih terdiam, dia tidak tahu harus memberikan jawaban apa kepada Aston tentang pertanyaannya itu, Galih hanya tersenyum kemudian mengusap kepala Aston pelan.
"Papa bener kan, Papa aku?" tanya Aston kembali yang membuat Galih beranjak melipat kedua tangannya kemudian menghela napas panjang.
"Saya gak tahu Papa kamu siapa, tapi menurut kamu saya siapa?" tanya Galih yang membuat Aston kecil terdiam.
"Aston gak tahu, kata Kak Alea, Om bukan Papa aku tapi-"
"Kenapa?"
"Mama dari dulu udah berusaha membesarkan Kak Alea dan aku, Mama kerja keras terus buat kami, tapi ada satu hari tiap tahunnya Mama selalu bawa bunga pergi, dan Tahun ini Mama ngeliatin wajah Papa aku, dan itu mirip sama Om, dari kecil aku gatau rasanya punya Papa, tapi didekat Om, rasanya aku seperti sama Papa aku sendiri, Om jadi Papaku yah?"
Galih terdiam, dia mengusap kepala Aston pelan kemudian mengecup kening anak itu. "Saya gatau rasanya gimana jadi Papa, tapi saya akan berusaha jadi Papa terbaik buat kamu, kamu bisa panggil saya Papa."
Air mata Aston jatuh, ia beranjak duduk kemudian memeluk Galih, Aston membenamkan wajahnya di dada Galih yang membuat Galih merasakan sebuah kehangatan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.
"Hangat, persis kayak pelukan Papa aku," jawab Aston yang membuat Galih tersenyum.
Sementara itu, Jia yang melihat mereka berdua hanya bisa diam dan menangis, dia seperti menggenggam sebuah beban yang ingin dia keluarkan tapi dia tidak mampu mengatakan itu sekarang.
"Aston, andaikan kamu tahu, Pria yang kamu sebut Papa itu adalah Papa kandung kamu," batin Jia ikut menangis. "Bagaimana nantinya aku bisa meyakinkan Kak Galih, kalau dia adalah bagian dari keluarga kami yang hilang."
•
•
•
Setelah kejadian kemarin, Galih merasakan bahwa dia menjadi Ayah karena Aston, walaupun dia melakukan ini atas dasar berpura-pura agar Aston tidak kesepian tapi dia senang melakukan ini.
"Bang, Mau kemana?" tanya Garret pada Aston yang sedang bersiap-siap di kamar tidurnya.
"Mau ke rumah sakit," jawab Galih yang membuat Garret menatap Galih sejenak.
Garret beranjak duduk di ranjang milik Galih. "Siapa yang sakit?"
"Panjang deh ceritanya, kamu tahu gak, Wanita yang ketemu Abang terus Abang pingsan itu, nah dia punya anak masa dia bilang Abang mirip Papanya, Abang sih gak ada ingat apa-apa sama mereka yah," jawab Galih yang membuat Garret mengernyitkan dahi kembali.
"Papa? Mungkin Abang mirip kali sama Bapaknya dia," jawab Garret yang membuat Galih hanya fokus menatap dirinya di cermin. "Atau jangan-jangan dia adalah keluarga Asli Abang."
"Lah, mana mungkin kata Ayah, Abang ditemukan Tujuh Tahun yang lalu bareng sama kamu, kita kan anak angkat ketemu gede dan kita berdua sama-sama gatau keluarga asli kita siapa, dan anak itu umurnya Enam Tahun kemungkinan pas dia lahir Abang udah di rawat sama Ayah dan Ibu, gak mungkin mereka anak Abang."
Garret beranjak berdiri kemudian menatap Galih sejenak. "Kan bisa aja Bang, kita gatau loh, sapa tahu Abang udah punya istri dan anak sebelum hilang ingatan, gak ada yang tahu kan?"
"Masa sih?"
"Coba aja cari tahu dulu Bang, barangkali bener kan, ikatan Ayah dan Anak itu gak pernah salah."
"Duh, Abang gatau deh Ret, kamu kan tahu kalau ada yang mengaku masa lalu Abang itu berdampak ke kesehatan Abang, dan Abang gamau inget-inget lagi, nanti kejadian drop kayak waktu itu."
"Tapi kan, Aneh aja Bang," jawab Garret sekali lagi. "Aku boleh minta nomor Ibu, anak itu gak?"
Galih mengambil jaket dan kunci motor yang ada diatas nakas kemudian meraih ponselnya juga. "Untuk apa?"
"Yah gapapa, dia kan sering makan di resto kita, barangkali bisa pendekatan."
Galih membuka ponselnya kemudian mengirim kontak Jia kepada Garret. "Kamu ini ada-ada aja, Abang ke rumah sakit dulu yah, kamu ke Resto nanti siang mantau stock makanan yang bakal datang hari ini, jangan keluyuran Ret!"
"Iya!"
Sepeninggal Galih, Garret hanya diam sendiri, dia berusaha mencari info tentang Jia, dia meraih laptop milik Galih yang ada dikamar itu dan membukanya.
"Pasti ada Jejak Digitalnya, kalau bener mereka keluarga Asli Bang Galih, mereka berhak untuk bersatu lagi," ujar Garret mulai mengutak-atik laptop tersebut.
•
•
•
TBC
Go Garret!
Yang dukung Garret jadi detektif wkwk
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Sri Puryani
semoga garett anak yg baik bs membantu kelg.jia berkmpl lg
2025-01-31
0
¢αнαуα мєηтαяι
untung ada garet yang mau membantu galih menemukan identitas nya kembali
2023-08-10
0
Erni Kusumawati
semoga Gerett bisa membantu Jia utk mengembalikan ingatan Galih...
2023-07-31
0