BAB 03. Albirru Galih Tama

"Ini Anak kamu yah? Saya ketemu dia kemarin," ujar Galih yang membuat Jia yang sedang menggendong Aston di belakang hanya terdiam.

"I-Iya, Kak."

Setelah percakapan itu, tiba-tiba saja tubuh Aston menjadi kejang-kejang yang membuat Jia semakin panik.

"Kak, Bisa dipercepat gak, Badan Aston kejang-kejang," ujar Jia menjadi semakin panik.

"Tunggu yah, Bentar lagi kita sampai," jawab Galih yang semakin mempercepat laju motornya itu menuju rumah sakit terdekat, entah kenapa ada perasaan khawatir di hati Galih walaupun dia bingung mengapa demikian.

Tak lama kemudian, Motor yang dikendarai oleh Galih sudah tiba di rumah sakit terdekat, Gao segera memarkirkan motornya dan membantu Jia membawa Aston ke dalam.

"Dokter! Suster!" teriak Galih memanggil tenaga medis disana. "Tolong, anak ini Kejang-Kejang!"

Mendengar itu, Dua Orang Suster langsung datang kesana membawa banker untuk Aston, setelahnya mereka membawa Aston ke ruangan gawat darurat untuk segera ditangani.

Jia yang panik dan sedih hanya bisa terdiam dan menangis menatap putra bungsunya dibalik kaca pintu dimana sang anak tengah ditangani.

"Aston, kamu kuat sayang," ujar Jia yang membuat Galih yang ada disana sedikit bersimpati.

Galih melepaskan helm-nya kemudian berjalan mendekat kepada Jia, dia menyentuh pundak Jia yang membuat Jia membalikkan badannya.

"Kamu harus kuat, Ayah anak kamu dimana, kamu harus kabari dia," ujar Galih yang membuat Jia terdiam.

Bagaimana bisa Jia menjawab pertanyaan itu jika dia sendiri yakin kalau Ayah dari anaknya adalah Pria yang ada di hadapannya itu.

"A-Ayahnya Aston-"

Belum sempat Jia menjawab, tiba-tiba Dokter yang menangani Aston keluar dari ruangan Aston untuk menemui Jia.

"Dengan, Ibunya Aston?" tanya Dokter itu yang membuat Jia mengangguk. "Kondisi Aston sekarang sudah baik-baik saja, tapi saya ingin menyampaikan kondisi kalau Aston mengalami pembengkakan di Ginjalnya yang harus segera ditangani, untuk saat ini kami akan melakukan semua hal yang bisa kami lakukan, Kalau Ibu ingin menjenguk Aston, sudah bisa Bu, tapi mungkin dia belum sadar."

Jia benar-benar terpukul mendengarkan pernyataan dari Dokter itu, Jia langsung masuk ke dalam ruangan itu disusul oleh Galih di belakangnya.

Aston kini dalam kondisi terbaring tidak sadarkan diri sedangkan di hidungnya terpasang tabung oksigen yang membuat Jia sedikit terpukul.

"Aston, Kamu harus sehat yah sayang, Mama ada disini," ujar Jia mencium kening anaknya itu.

Jia mengangkat kepalanya ke arah Galih, dia menatap Galih sejenak. "Makasih yah Kak Galih, Kak Galih kalau mau pergi, gapapa."

Galih menggeleng. "Kamu belum menjawab pertanyaan saya, dimana Ayah anak kamu, karena kemarin dia bertemu saya dan mengatakan bahwa saya adalah ayahnya."

Jia menunduk, Galih sendiri langsung berjalan ke arah belakang Jia, sampai akhirnya Jia menatap balik Galih.

"Ayah Aston dan Alea namanya adalah Gao, dia menghilang Tujuh Tahun lalu."

"Dia meninggalkan kalian?"

"B-Bukan, dia adalah suami yang baik, dia selalu mengorbankan dirinya untuk keluarganya, tapi sebuah insiden membawa dia pergi sampai saat ini."

"Lalu, kenapa Dia tidak kembali?"

"Dia, sudah kembali Kak, tapi dia lupa dimana jalan pulangnya," jawab Jia menatap Galih dalam. "Aku sendiri tidak yakin apakah itu adalah suami aku yang kehilangan jalan pulangnya atau orang lain, tapi hatiku berkata bahwa dia adalah suamiku yang kehilangan arahnya."

"Tunggu, Kalian belum bercerai?"

Jia menggeleng yang membuat Gao menghela napas dan mengulurkan tangannya. "Ah iya, kita belum kenalan, Perkenalkan nama saya Albirru Galih Tama, saya baru Setahun di Kota ini dan mendirikan restoran atas dana dari Ayah Angkat saya."

"Saya Jia, Kak."

"J-Jia? Tampak Familiar, namamu bagus, kamu tahu tidak kenapa ayah saya menamakan saya dengan Albirru Galih Tama?"

"Kenapa?"

"Orang yang memanggil saya Abang kemarin di resto itu adalah adik saya, dia juga anak angkat seperti saya, kami punya cerita lucu, kata Ayah Angkat saya dia menemukan saya dulu itu dalam keadaan memegang sebuah kertas berisi gambar seorang anak dan ayah, katanya sih, Gambar anak sekolah gitu, nama warna baju gambar itu Biru makanya saya dikasih nama Albirru, kalau Galih itu Ayah saya lagi Gali tanah buat ngubur janin Ibu Angkat saya yang keguguran di Pinggir Sungai nah saya ditemukan di Pinggir Sungai, karena kebetulan saya ditemukan pertama kali sebelum adik saya, dan saya yang pertama diangkat anak, makanya nama saya Albirru Galih Tama."

Jia mendelik, dia menjadi Dejavu sendiri. "Kak Galih ditemukan disungai?"

"Yah begitulah, saya lupa-lupa ingat intinya saya linglung gatau apa-apa saya udah dirumah sakit tapi setiap saya mencoba ingat sesuatu itu saya bisa pingsan, tapi gatau deh pas pertama ketemu kamu saya pingsan kenapa, lucu yah."

Jia semakin yakin dengan isi hatinya, ia kemudian menatap Galih sejenak. "Kak, Tanpa mengurangi kesopanan saya, boleh gak saya lihat gambar pas kakak pertama ditemukan?"

"Boleh!"

Galih mengeluarkan dompetnya dan mengambil secarik kertas yang sudah usang terlipat berisi sebuah gambar, Jia menatap Gambar itu dan benar.

[Mode Flashback: On]

Hari dimana Gao kebelakang sebenarnya adalah Hari Ayah dimana Alea akan menampilkan sebuah pentas seni di hadapan para Ayah bersama murid-murid lain, disaat murid lain bersiap-siap, Alea malah sibuk celingukan mencari keberadaan Gao, Ayahnya.

Sudah setengah jam lamanya Alea menunggu tapi kedatangan Ayahnya tidak kunjung terlihat yang membuat Alea menjadi murung.

"Ma, Kok Papa belum datang, apa Papa lupa yah?" tanya Alea yang membuat Jia mengelus kepala anaknya itu. "Papa, Mana sih?"

"Tunggu yah Sayang, Papa pasti dateng, kamu udah nyiapin gambar apa Buat Papa?" tanya Jia yang membuat Alea kecil mengeluarkan kertas dari Tasnya.

"Ini Ma, ini Gambar Alea, dan Ayah, ini adalah hadiah Hari Ayah buat Papa, Alea udah gambar ini satu Minggu supaya bagus banget, semoga Papa suka yah, Ma."

Jia tersenyum. "Aamiin, sayang."

Tak lama kemudian suara guru Alea terdengar yang menyuruh anak-anak segera naik ke panggung tapi Gao tidak kunjung datang.

"Ma, udah mau mulai, Papa dimana?"

"Kamu, siap-siap aja dulu yah, Papa pasti dateng kok, sana semangat, Papa kan gak pernah bohong."

"Iya, Ma."

Alea langsung naik ke atas panggung, mereka mementaskan pentas menyanyi untuk para Ayah, semua Ayah dari murid lain tanpa ada disana, hanya Gao yang belum datang.

Setelah selesai Tampil, Gao juga tak kunjung datang sehingga saat anak-anak memberikan hadiah kepada ayahnya, hanya Alea yang diam sendiri.

Acara berlangsung selesai, tapi Gao tidak kunjung datang, semua yang ada disana satu persatu keluar menyisakan Jia dan Alea yang duduk di kursi, dimana Jia menenangkan Alea yang menangis.

"Jia, Alea," ujar Gao berlari ke arah Alea. "Maafin Papa yah sayang, Papa telat."

Gao hendak memeluk Alea tapi Alea menolak, Gadis kecil itu langsung menatap wajah Sang Ayah dengan wajah berkaca-kaca.

"Papa jahat, Alea benci sama Papa!" Alea berlari keluar dari sana.

Jia tidak mengucapkan apapun, Gao sendiri merasa sangat bersalah akan hal ini sehingga dia memilih untuk menyusul Alea tapi Jia menahannya.

"Dia mau ke Mobil Kak, biarin dia tenang dulu," ujar Jia yang membuat langkah Gao terhenti.

Jia mengeluarkan sesuatu dari dalam Tasnya sebuah kertas berisi gambar dari Alea. "Saat akhir closing tadi, anak-anak memberikan kertas ini kepada Ayah mereka, hanya Alea yang tidak memberikannya, Kakak pasti tahu kan perasaan dari Alea?"

"Maafin, Saya."

"Minta Maafnya ke Alea aja kak, aku tahu kakak punya wanita lain yang harus kakak temani, Tapi kakak juga harus mikirin perasaan Alea."

"Wanita lain?" Gao mendelik. "Maksud kamu Syifa? Dia cuma sekretaris saya."

Jia tidak mendengarkan lagi Gao, dia berjalan menyusul Alea, yang membuat Gao tidak sempat menjelaskan, Gao masih terdiam berdiri ditempatnya, hari ini dia benar-benar mengecewakan keluarga kecilnya.

Jia masuk ke dalam mobilnya dimana disana sudah ada Alea yang menunggunya.

"Lea, Alea gak boleh marah yah sama Papa," ujar Jia pada anaknya itu.

"Gabisa Ma, Papa jahat sama Alea, di Hari Ayah aja Papa gak mau datang, apa benar Papa udah ninggalin kita?"

"Gak sayang, Papa gak ninggalin kita, sampai suatu saat nanti kamu bakal tahu," ujar Jia mengusap kepala Alea.

Alea menatap Jia kemudian menangis pelan, air mata yang dia pendam akhirnya tumpah. "Kita gak butuh Papa, Ma, kita bisa hidup tanpa Papa, Mama gaboleh nangis, kita pasti bisa hidup tanpa Papa."

[Mode Flashback: Off]

Jia menatap gambar usang itu sembari kembali menatap Galih dihadapannya.

"Kamu adalah Ayah Aston dan Jia yang hilang kak," batin Jia menatap gambar yang sama persis dengan Hadiah Hari Ayah dari Alea yang diambil Gao sesaat sebelum kecelakaan Gao.

TBC

Apakah yang akan terjadi selanjutnya?

Terpopuler

Comments

Darmiati Lawaly

Darmiati Lawaly

masa sih kertas gmbarx gak hancur thor.. kan tenggelam disfungsi di Gaox..saran yaah ambil bukti yg masuk akal.. it's oke.. mantap.. lanjut thor 👍👍

2023-10-15

0

Afternoon Honey

Afternoon Honey

Galih ato Gao nih, typo banget...

2023-09-10

0

¢αнαуα мєηтαяι

¢αнαуα мєηтαяι

ternyata benar Galih adalah Gao ayahnya Aston dan alea

2023-08-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!