Dua Garis Untuk Biru
Jia menatap sungai dengan ukuran cukup luas dihadapannya, salah satu sungai terbesar yang berada di kota itu, air deras sungai itu membuat Jia semakin dalam menatap sungai itu.
Jia berjalan ke arahnya, dia menatap sejenak kemudian melarungkan sebuah buket bunga yang akan hanyut disana.
"Kak, Selamat Ulang Tahun Pernikahan yang ke-Tujuh Belas, aku harap kamu bisa kembali."
Tujuh Tahun Lalu.
[Mode Flashback: On]
Jia dan Gao sudah Sepuluh Tahun menikah, mereka menikah di usia muda yaitu saat Jia berusia sembilan belas Tahun dan Gao berusia dua puluh empat Tahun, awal pernikahan Gao dan Jia baik-baik saja mereka bahagia walaupun hidup sederhana.
Sama-sama Terlahir di keluarga berada dan Konglomerat tak membuat Jia maupun Gao bergantung pada orang tua setelah menikah, banyak yang meragukan pernikahan mereka terlebih saat itu Gao masih berstatus pegawai biasa yang harus membiayai Kuliah Jia saat itu.
Pada Tahun Kedua Pernikahan mereka, Jia akhirnya wisuda dan lulus dengan nilai terbaik, perekonomian mereka membaik dan mereka berdua berhasil membuktikan bahwa orang yang menganggap pernikahan di usia muda mereka akan cepat gagal, itu salah.
Setelah Lulus, bermodal tabungan bersama, Jia membangun usaha sebagai wanita karir dan memiliki sebuah Butik sendiri, sedangkan Gao karena usaha dan performanya dia diangkat menjadi seorang General Manager.
Ekonomi yang sangat baik ini, semakin bahagia ketika Jia hamil anak pertama mereka, yaitu Alea Putri Dreantama.
Pernikahan mereka kemudian berlanjut secara harmonis sampai Tahun ke-sepuluh.
Pada Tahun ini, sebuah badai menghantam rumah tangga Jia, saat Gao tiba-tiba melayangkan sebuah surat cerai kepadanya.
"Apa ini, Kak?" tanya Jia menatap suaminya itu.
Gao terlihat menghela napas panjang, dia menatap Jia sejenak kemudian berucap lirih. "Tanda Tangani itu, saya sudah tidak cocok lagi dengan kamu."
"Maksudnya?"
"Yah, saya tidak bisa lagi melanjutkan pernikahan kita, saya rasa kamu sudah sukses juga sebagai wanita karir, mungkin karena saya sudah bosan dengan kamu?"
"T-Tapi, Kak-"
"Sudahlah, Jia, saya sudah bisa mempertimbangkan hal ini lagi, saya meminta kita untuk bercerai!"
"Kakak kenapa sih? Kakak kok tiba-tiba melakukan ini? Gimana dengan Alea, Gimana dengan Aku?" tanya Jia menatap Gao tajam.
Gao membuang wajah dan menghela napas. "Untuk kamu saya tidak peduli, tapi saya akan pastikan Alea mendapatkan hak seorang anak dari Ayahnya."
Jia terdiam, hening menerpa keduanya, Jia menaruh kertas gugatan perceraian itu di meja tapi tidak menanda tanganinya.
"Oke, Kalau Kakak emang kita cerai, aku minta waktu Empat Belas Hari, cuma Empat Belas Hari, aku mau buktikan kalau Kakak keliru dengan keputusan Kakak."
Gao terdiam, dia meriah surat yang Jia letakkan kemudian beranjak pergi, tapi baru dua langkah, Gao sudah menghentikan langkahnya dan berucap pelan dalam kondisi membelakangi Jia.
"Cuma Empat Belas Hari."
Jia menjalani kehidupannya sebagai Gao selama sisa-sisa hari itu, sikap Jia berubah, dia berusaha menekankan sikap yang justru tidak peduli kepada Gao, tapi hal ini sengaja dilakukan Jia agar Gao bisa merasakan hidup tanpa seorang istri agar dia bisa mempertimbangkan keputusannya.
Tapi hal itu tampaknya tidak berpengaruh lebih, Di Hari Ke-Enam setelah kesepakatan itu, Pertengkaran hebat Terjadi antara Gao dan Alea, Putrinya.
Telat menghadiri Pentas Seni khusus Hari Ayah membuat Alea sakit hati sehingga membuat hubungan antara anak dan ayah ini renggang apalagi Alea sudah sakit hati saat iya tahu Ayahnya akan menceraikan ibunya.
Konflik Rumah Tangga diantara mereka semakin memanas saat sang anak harus menjadi Korban.
Jia tidak bisa berbuat banyak, sedangkan Gao diam membisu, Jia memilih untuk menenangkan sang anak sampai-sampai dia tidak mendengar banyak panggilan Telepon dari Gao, suaminya.
Sayangnya Jia, tidak tahu, kalau itu adalah pesan Terakhir suaminya, Jia membuka ponsel dan mendapati sebuah pesan dari Gao yang masih dibalas oleh Gao.
Percakapan Terakhir itu tidak membuat Jia merasakan hal yang aneh, sebelum akhirnya Jia bertemu dengan Dokter Pribadi Gao.
Dokter Pribadi Gao menjelaskan bahwa sebenarnya Gao menderita Multipleks Klorosis, sebuah penyakit yang berat bagi Gao, hal ini membuat Gao tidak ingin membebani istri dan anaknya sehingga dia berpura-pura tidak peduli kepada Jia dan Alea agar mereka berdua membenci Gao.
Mendapatkan fakta seperti ini, membuat Jia terpukul, ternyata selama ini dirinya tidak pernah tahu apa alasan dibalik keinginan bercerai suaminya, saat dia ingin mencari Gao, seluruh akses menghubungi Gao mendadak hilang sampai sebuah pesan masuk ke ponselnya.
Kini sudah Satu Minggu semenjak kepergian Gao, menghilang tanpa jejak dan tidak ditemukan disungai tersebut, Jia berdiri menatap sungai dengan sebuah testpack ditangannya.
"Kakak, Bakal balik kan? Aku hamil kak, aku berharap ini adalah anak laki-laki seperti Harapan kakak, tapi kenapa Kak Gao malah ninggalin kami? Bagaimana kalau anak ini bertanya tentang siapa Ayahnya?"
"Aku yakin Kak Gao masih hidup, Kak Gao pasti masih hidup."
[Mode Flashback: Off]
Tujuh Tahun semenjak Menghilangnya Gao.
Sudah Tujuh Tahun lamanya semenjak kepergian Gao, jasad Gao tidak ditemukan sama sekali, kecelakaan tunggal itu membawa luka terdalam bagi Jia bahkan sampai kasus ini ditutup, Hilangnya Gao tanpa jejak semakin membuat Gao percaya bahwa sebenarnya Gao masih hidup.
Jia kini berada di pinggir sungai dimana Gao menghilang, Jia menaruh sebuah bunga di pinggir sungai tersebut sembari memandanginya dengan pasrah.
"Kak, Anak kita udah lahir dan tumbuh besar, aku mungkin gak pernah ngasih tahu ini ke kamu, tapi aku berharap saat kamu datang nanti, aku bisa menjelaskan ini semua," ujar Jia dalam hatinya. "Aku percaya kamu masih hidup."
Jia berdiri dari duduknya kemudian berjalan menyusuri sungai ini berharap Gao akan kembali Dan mereka bisa bersama lagi.
"Ini adalah anniversary pernikahan kita yang ke tujuh belas tahun, andaikan kamu ada disini." bisik Jia dalam hatinya. "Mungkin aku keliatan gak make Logika nungguin kamu selama Tujuh Tahun lamanya, tapi kalau semua orang mencintai dengan Logika semua akan menyerah sebelum mencoba, sialnya aku cinta sama kak Gao itu pake Hati bukan Logika."
"Kak Jia, udah selesai belom, kayaknya Kak Andro udah nungguin kita untuk makan malam tuh," ujar Syifa yang membuat Jia membalikkan badannya.
Syifa adalah sahabat sekaligus adik tingkat Jia semasa di sekolah, dia juga merupakan mantan sekretaris Gao dulu.
"Udah, Syif, yaudah yuk," jawab Jia menghampiri Syifa yang sudah menunggunya di mobil.
Jia masuk ke dalam mobil yang dikendarai oleh Syifa, setelah masuk, mereka berdua kemudian menuju restoran dimana disana sudah ada Andro yang menunggu mereka.
Andro sendiri adalah Sepupu dari Jia, Syifa dan Androlah yang sebenarnya mengungkap Rahasia tentang alasan dibalik keinginan untuk bercerai dari Gao melalui Dokter Pribadi Gao.
Setelah sampai disana, Syifa langsung duduk di kursi yang ada di samping Andro sedangkan Jia memilih ke toilet terlebih dahulu.
"Aku ke Toilet dulu yah."
Jia berjalan menuju Toilet restoran tersebut, Jia membasuh kedua tangan dan wajahnya dengan air setelahnya dia keluar dari Toilet tersebut.
PRAK!
"Ah Mas, maaf saya gak sengaja."
"Tidak Mbak, saya yang salah, maaf yah."
Jia beranjak berdiri dari duduknya akibat menabrak seorang pria saat dirinya berjalan tadi, saat Jia mengangkat kepalanya menatap pria yang ia tabrak matanya langsung berkaca-kaca.
"Mbak? Mbak gapapa kan?" tanya Pria itu pada Jia.
Dia adalah orang yang Tujuh Tahun ini dia tunggu.
"Kak Gao?"
•
•
•
Halo!
Ini adalah Kelanjutan dari Novel Noktah Merah Buku Nikah, di Novel ini menceritakan kelanjutan dari Kehidupan Pernikahan Gao dan Jia yang berpisah tanpa bercerai.
Genre Cerita ini adalah Suami Amnesia yah!
Have Fun!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
¢αнαуα мєηтαяι
akhirnya setelah 7 tahun silam menunggu semoga aja itu beneran Gao yang hilang ingatan akibat kecelakaan
2023-08-10
0
🌈Rainbow🪂
Hadir
2023-08-02
0
ᑎᎥຮ𑜅🩷E𝆯⃟🚀ᵒⁿ`oғғ
kebayang rimitnya rumah tangga jia&gao..
apa lagi alea yg udh kecewa sama ayahnya krna salahpaham
2023-07-25
1