GP 5

Sudah lewat magrib, tapi Izza belum juga melihat majikan perempuannya pulang.

"Bu Adell tumben belum pulang, ya?" pikir wanita itu karena biasanya sebelum magrib kedua majikannya sudah ada di rumah.

Izza mengaduk lagi sop iga yang tengah ia buat untuk makan malam nanti. Kemudian ia mendengar suara derap langkah mendekat ke arah dapur. Begitu ia tengok, ternyata itu Deon.

Seketika Izza menghentikan aktivitasnya melihat pria itu mengenakan celana pendek dan kaos putih yang ngetat. Memperlihatkan dada bidangnya yang sangat jelas. Pria itu berjalan ke arah kulkas dan mengambil minuman soda kaleng.

Izza buru-buru membalikan badan dan mengaduk lagi sop iganya sebelum Deon menyadari jika dirinya tengah memperhatikan.

"Masak apa, Za?"

Mendengar pertanyaan Deon yang memanggil dirinya dengan nama membuat tubuh wanita itu seketika mematung saking senangnya dan hampir tidak percaya.

Ketika ia menjawab pertanyaannya dan hendak membalikan badan, ia terkejut lantaran pria itu sudah berdiri di sampingnya dengan tangan memegang kaleng soda yang belum terbuka segelnya.

Izza semakin di buat gugup dan salah tingkah, namun ia harus bisa menetralisir ekspresi wajahnya supaya tidak menimbulkan kecurigaan jika dirinya sangat tertarik dengan pria itu.

"M-masak tulang rusuk, pak," jawab wanita itu seketika membuat Deon tertawa dan hampir saja tersedak minuman yang baru saja ia tenggak.

Izza sadar akan apa yang barusan ia ucapkan, pantas saja Deon sampai tertawa.

"Ma-maksud saya sop tulang iga, pak," ralat wanita itu.

Deon hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala.

"Kamu suka bercanda juga ya ternyata," ujar pria itu tak menyangka.

"Hehe .. Sedikit," jawab Izza gugup.

Deon melihat panci sop iga yang masih di atas kompor yang mengeluarkan aroma semerbak mengundang rasa laparnya.

"Masih lama matangnya?"

"Kurang lebih lima belas menitan lagi, supaya dagingnya empuk. Biar enak."

Jawaban Izza secara tidak sadar membuat pria itu berpikir ke hal lain. Ujung mata Deon seketika beralih pada dada Izza yang menonjol ke depan panci. Ia jadi teringat akan kejadian sarapan paginya.

"Mau coba kuahnya dulu, pak?" tawaran Izza membuat pria itu dengan cepat menarik segala pemikirannya.

"Boleh. Memangnya sudah boleh dicicipi?"

"Harus di cicipi dulu memang, pak. Kalau enak nanti di lanjut."

"Hah, lanjut apa?"

"Lanjut makan," jawab Izza.

Deon mengerjapkan matanya sekali. Sadar jika ia kurang begitu fokus.

"Oh, iya."

Entah kenapa Deon juga malah jadi gagal fokus karena pemikirannya.

Izza menyendok kuah sop iga yang masih di panci, lekas ia berikan pada Deon.

"Ini, pak."

Deon mengambil alih sendok berisi kuah sop iga dari tangan Izza, meniupnya beberapa kali agar dingin, setelah itu barulah ia masukan ke dalam mulut.

"Kurang apa, pak?"

Deon diam sambil mengicip-icip. Ia kurang begitu tahu soal masakan. Yang ia tahu hanya enak saja.

"Coba kamu saja yang cicipi. Aku tidak begitu paham soal masakan. Tapi menurut aku ini enak. Enak banget," puji Deon.

Izza mengambil sendok bekas Deon lalu ia mengambil kuah sop di panci untuk ia cicipi.

"Menurut kamu kurang apa? Ini udah enak banget."

Izza setuju dengan apa kata Deon. Rasa sop nya sudah pas dan enak. Tinggal menunggu dagingnya empuk saja.

"Iya, enak," jawab Izza.

"Berarti bisa lanjut?"

"Lanjut apa, pak?"

"Makan."

"Eh iya, nanti tunggu empuk dulu ya, pak."

"Ok."

Izza berhenti mengaduk sop nya karena bumbu sudah tercampur merata dan enak. Kini hanya ada kecanggungan di antara mereka berdua saat tiba-tiba hening.

"Em, pak. Bu Adell belum pulang?" tanya Izza kemudian membelah keheningan.

Deon yang semula hendak memilih pergi mengurungkan niatnya.

"Malam ini istri aku gak pulang. Ada urusan yang perlu di selesaikan."

"Yang lagi rame di toktok ya, pak?"

"Kamu tahu?"

Izza mengangguk. "Iya, pak. Ternyata produk skincare bu Adell cukup viral juga."

"Gara-gara berita palsu yang di sebarkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, penjualan produknya menurun. Oleh karena itu sekarang dia lagi urus kasus itu sekaligus membersihkan brand skincare nya."

"Bu Adell wanita hebat ya, pak."

"Sangat hebat. Itulah kenapa aku begitu kagum dan beruntung bisa memilikinya."

Kalimat Deon barusan membuat Izza seketika merasa insecure. Wanita yang berasal dari panti asuhan dan tidak jelas identitasnya mana bisa bersaing dengan wanita hebat dan berkelas seperti majikan perempuannya.

"Kamu kenapa?" tanya Deon saat melihat perubahan ekspresi wajah Izza.

Izza menggeleng. "Gak apa-apa, pak."

"Oh .. Ya sudah, kalau begitu aku tinggal ke kamar sebentar. Nanti kalau sop nya sudah bisa di makan, jangan lupa panggil."

"Baik, pak," jawab Izza menurut.

Deon kemudian pergi meninggalkan Izza sendiri di dapur. Izza melihat punggung kepergian Deon sampai pria itu tidak lagi terlihat dari jangkauan matanya. Izza cukup sadar diri dengan posisinya. Tapi hal itu tidak membuatnya berhenti berharap.

_Bersambung_

Terpopuler

Comments

Romi Widyawati

Romi Widyawati

lanjut Thor...seruu,kepo aku mereka nanti setelah makan sop trus ngapain ya? soalnya Deon masih terbayang2 d*da Izza 🤩

2023-07-24

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!