<
Desa yang populasi manusianya paling sedikit, hanya tinggal dua keluarga saja yang tetap mendiami desa itu.
Dahulu desa ini terkenal dengan perdagangannya yang besar. Bahkan dulunya ini merupakan sebuah kota yang dihuni oleh ribuan penduduk.
Namun, dikarenakan kudeta yang dilakukan oleh anak kedua Patriak pemimpin desa, maka kota itu pun beralih ke tangannya. Dengan terbunuhnya sang ayah, maka anak keduanya tersebut menjadi Patriak baru dalam memimpin keluarga.
Bukannya menjadi lebih makmur, justru kota tersebut mulai terjerat kedalam kemiskinan. Dikarenakan hampir seluruh pajak yang dikumpulkan dari masyarakat, diambil oleh para pejabatnya. Hingga membuat perputaran ekonomi dalam kota itu menjadi hancur.
Karena tidak bisa membuat kembali perputaran uang dengan lancar, maka mereka harus menghentikan pembayaran pajak kekaisaran. Alhasil, tingkat keluarga mereka turun menjadi keluarga kelas 4.
Yang berarti, keluarga kelas 4 merupakan keluarga paling rendah dari semua tingkatan. Apabila menjadi sebuah keluarga kelas 4, maka para pedagang dari luar kota, tidak akan masuk ke kota mereka.
Karena hal itu, kota mereka menjadi seperti kota mati. Banyak orang orang yang tinggal di dalamnya, mulai mencoba pindah dari kota tersebut. Dikarenakan tidak ada lagi yang ingin menjadi pemasok dari luar, untuk berdagang di kota ini.
Patriak yang memimpin keluarga itu, dengan penuh marah keluar dari balai kota. Dia mengumpulkan sebanyak mungkin anggota keluarga yang ingin pindah dari kota tersebut.
Hasilnya, hampir semua anggota keluarga memutuskan untuk pergi ke kota lain. Banyak dari mereka yang tidak tahan jika harus mati ditempat itu, karena tidak adanya pedagang yang berbisnis disana.
Namun, masih ada beberapa orang yang memutuskan untuk tetap tinggal di kota itu. Yaitu keluarga anak pertama, dari Patriak sebelumnya, Zhen Ming.
Adiknya yaitu Zhen Feng selaku Patriak keluarga yang sekarang, tengah bergegas untuk pergi dari kediaman keluarga Zhen.
Zhen Feng tidak peduli dengan kakaknya yang tetap bersikeras untuk tetap tinggal dikediaman tersebut. Karena menurutnya, mereka semua akan mati jika terus berusaha untuk berdiam diri disana.
"Zhen Feng apa kau akan tetap pergi?" tanya Zhen Ming yang menatap serius.
"Apa kau gila? Kau mau aku berdiam diri disini dan menunggu kematian? Bodoh! lebih baik aku pergi dari tempat ini." Zhen Feng menatap Zhen Ming dengan acuh tak acuh.
Marah dengan jawaban yang diberikan oleh Zhen Feng, Zhen Ming lantas berkata, "Apa? Kau pikir karena siapa kita jadi seperti ini! Ini semua salahmu! Kau melakukan kudeta dengan melengserkan Ayah, lalu berhasil menjadi Patriak. Terus, kau melakukan perampasan pajak dari penduduk untuk dirimu sendiri, hingga akhirnya kota kita jatuh kedalam kemiskinan. Dan sekarang kau ingin melepas semua tanggung jawab ini?"
"Aku ingin pergi." Zhen Feng malah mengabaikan perkataan Zhen Ming dan mulai melangkahkan kakinya pergi. Namun, saat beberapa langka ke depan, diapun berhenti dan berbalik, "Bersyukurlah karena aku tidak membunuhmu saat kudeta itu. Jangan terlalu mencampuri urusanku! Jika kau memang mampu memimpin, jadilah patriak keluarga disini, itupun jika masih ada yang ingin bersamamu." Zhen Feng pun pergi dengan para keluarga Zhen yang lain.
Mendengar perkataan dari Zhen Feng, Zhen Ming merasa cukup tertekan. Zhen Ming dari dulu sudah sadar, bahwa dia tidak memiliki kemampuan untuk memimpin keluarga Zhen. Namun ayahnya lebih menginginkan Zhen Ming lah yang memimpin keluarga, dibandingkan Zhen Feng.
Hal itu dikarenakan Zhen Ming lebih berperasaan daripada Zhen Feng. Ayah mereka percaya bahwa, jika seorang pemimpin lebih berperasaan, percayalah suatu hari nanti para penduduknya akan selalu mendukungnya. Namun seseorang yang seperti ini, akan sulit untuk menekan para tikus dalam pemerintahan.
Berbanding terbalik dengan Zhen Feng. Dia bisa mengendalikan atau menghapus sumber masalah dari pemerintahan, dengan cara kepemimpinan yang membawa rasa takut. Tapi, masalahnya Zhen Feng cenderung tak berperasaan. Bahkan dia pun sama halnya dengan para tikus itu, atau bisa dibilang dia adalah bos dari para tikus.
Lima tahun berlalu setelah Zhen Feng dan keluarga Zhen yang lain pergi. Kehidupan di kota Zhanzi menjadi terpuruk. Cukup buruk untuk dikatakan bahwa Zhanzi masih sebuah kota, lebih cocok jika dibilang sebuah desa.
Para penduduk kota Zhanzi sebelumnya berkisar 20.000 penduduk. Namun yang terlihat sekarang cukup memprihatinkan, para penduduk yang masih tetap bertahan hanya sekitar 164 orang saja. Yang setiap tahunnya selalu ada saja yang keluar dari kota Zhanzi.
Karena tidak adanya pedagang di kota Zhanzi. Maka para warga makan seadanya dari hasil tanaman yang mereka kembangkan. Ada beberapa juga yang memenuhi kebutuhan pokok mereka dengan memancing dan berkebun, semua mereka kerjakan, yang penting bisa memenuhi kebutuhan pokok harian.
Di keluarga Zhen hanya tinggal Zhen Ming, anak pertamanya dan istrinya yang masih tetap berada di kota Zhanzi. Mereka tetap teguh dengan pendiriannya untuk terus menetap disini, demi menjaga kota peninggalan leluhurnya.
Saat ini istri dari Zhen Ming yaitu Ling Hua, sedang mengandung anak kedua mereka. Zhen Ming tampak sangat senang dengan kehadiran anggota baru di keluarga mereka.
Bahkan putra pertamanya sangat senang karena bisa mendapatkan seorang adik. Ibunya pun sama, dia sangat menantikan anak keduanya yang sedang berada dalam kandungan.
...***...
14 tahun berlalu kembali di kota Zhanzi. Kota yang dulunya nampak seperti kota, kini tidak lagi terlihat sebagai kota, namun sebuah desa, yaitu desa Zhanzi.
Kini di desa itu hanya ditinggali oleh dua keluarga saja, yang jumlahnya hanya delapan orang. Mereka adalah keluarga Zhen dan keluarga Shi.
Kepala keluarga Shi memiliki hubungan yang akrab dengan kepala keluarga Zhen, mereka juga tidak punya tempat lain untuk dituju, karena hanya mereka lah keluarga Shi. Beberapa tahun lalu keluarga Shi masih terbilang cukup banyak, namun karena kebanyakan sudah sangat tua, beberapa dari mereka meninggal karena sakit. Hingga akhirnya keluarga Shi hanya tersisa 4 orang saja.
Sebaliknya, keluarga Zhen telah bertambah satu orang, yaitu seorang pemuda bernama Zhen Wu.
Zhen Wu merupakan anak kedua dari Zhen Ming dan Ling Hua. Saat ini Zhen Wu telah berumur 13 tahun, namun dia tidak tampak seperti anak pada usianya. Zhen Wu memiliki tinggi badan sekitar 163 cm, memiliki mata yang cerah berwarna merah dengan alis tebal yang memikat. Serta rambut pendek berwarna coklat, yang membuatnya menjadi daya tarik tersendiri.
Keesokan harinya, kedua keluarga itu mengadakan pertemuan. Mereka membahas soal bahan makanan yang makin hari makin menipis. Persediaan yang mereka simpan sangat terbatas, paling lama hanya mampu bertahan selama tiga minggu.
Zhen Ming mulai bicara lebih dulu, "Aku yang akan pergi kali ini, aku akan membeli bahan makanan di kota Kuzu."
Namun salah satu dari keluarga Shi, angkat bicara, "Jangan patriak, biar aku saja yang pergi. Aku sudah terbiasa dengan jalan menuju Kuzu. Lebih baik Patriak berjaga saja disini." Shi Siong adalah saudara dari kepala keluarga Shi.
"Jangan Shi Siong, kau sudah terlalu sering kesana kemari dari kota Kuzu, lebih baik kita melakukannya secara berga...," ucap Patriak Zhen yang perkataannya terpotong.
"Tidak apa apa Patriak, ini juga merupakan kesenanganku. Soalnya aku suka berkunjung ke kota lain. Jadi tenang saja, ini tidak akan merepotkan ku," kata Shi Siong.
"Hmm... Baiklah, ini daftar hasil panen dan bahan pokok yang akan kau beli." Zhen Ming menyodorkan sebuah catatan.
Dalam pertemuan itu, semua keluarga akhirnya setuju, untuk Shi Siong yang pergi ke kota Kuzu.
Tapi saat Shi Siong hendak berangkat, tiba tiba seseorang bersuara, "bolehkah aku ikut dengan paman Shi Siong?"
Semua orang tertuju kepada sumber suara. Terutama keluarga Zhen, mereka tentu saja mengenal orang yang tengah berbicara tersebut.
"Wu'er, kenapa kau ingin pergi? Itu berbahaya." ucap Ling Hua yang khawatir.
"Tidak ibu, aku juga ingin melihat dunia luar. Kumohon izin kan aku sekali ini saja bu, ayah." ucap Zhen Wu penuh harap.
Zhen Ming menghela nafas dengan berat, karena keputusan keluarga pasti ada padanya." Baiklah kau boleh pergi juga. Tapi kau harus hati hati, jangan menyusahkan paman Shi Siong, mengerti?"
"Baik ayah," jawab Zhen Wu senang.
Namun Ling Hua seperti keberatan dengan izin yang diberikan oleh Zhen Ming." Tapi... Zhen Wu kan...,"
"Sudah, tidak apa apa. Buatlah ini jadi pengalaman pertamanya," ucap Zhen Ming yang menenangkan istrinya.
Shi Siong dan Zhen Wu mulai mengemas barang bawaan yang akan mereka gunakan dalam perjalanan ke kota Kuzu. Dan tepat tengah hari, mereka kini berangkat bersama.
Mereka melakukan perjalan tempuh dengan berjalan kaki, karena tidak adanya kereta kuda di desa mereka.
Tak lupa juga Zhen Wu melambaikan tangannya kearah keluarganya, yang tengah berdiri di depan pintu desa Zhanzi. "Ibu, ayah, kakak, dan semuanya, aku pergi dulu!" Zhen Wu dengan senangnya berteriak bahagia, karena bisa sesekali untuk keluar dari desa Zhanzi.
"Hati hati Wu'er. Shi Siong, tolong jaga anakku ya!" Teriak Ling Hua yang tetap saja cemas dengan anak keduanya itu.
"Tenang saja, aku pasti akan menjaganya, Ling Hua!" balas Shi Siong yang terus berjalan tanpa berbalik.
...***...
Sudah dua hari mereka melakukan perjalanan ke kota Kuzu. Perjalanan sebenarnya menempuh jarak 10 hari untuk bisa sampai kesana, jadi mereka tinggal delapan hari lagi untuk bisa sampai.
Di perjalanan, Zhen Wu tidak banyak mengeluh, malahan dia merasa sangat bersemangat. Shi Siong pun yang bersama Zhen Wu, merasa ditemani dalam perjalan kali ini. Karena setiap kali dia pergi ke kota Kuzu, dia selalu sendiri tanpa ada orang yang ikut bersamanya. Maka dari itu, Shi Siong merasa sangat senang.
Sudah enam hari mereka menempuh perjalanan. Persediaan makanan hampir menipis, karena mereka salah memperkirakan persediaan yang akan dibawah.
Namun saat hendak beristirahat, mereka seperti sedang diawasi. Shi Siong yang menyadari itu, mulai lebih berhati hati." Siapa disana?"
Zhen Wu yang melihat Shi Siong yang tampak panik tersebut, berkata, "paman, ada apa?"
"Tidak ada, mungkin itu cuma firasat paman saja." Shi Siong sempat merasakan sesosok aura yang sangat kuat, namun beberapa saat kemudian, aura itu menghilang. "Lebih baik kita lanjutkan perjalan kita lagi."
"Baik paman. "Zhen Wu dengan senyum bahagianya mengiyakan pamannya. Dan mereka pun melanjutkan perjalanan ke kota Kuzu.
Selama delapan hari perjalanan, untungnya mereka tidak merasakan lagi kejadian yang dialami beberapa hari lalu.
"Zhen Wu lihat!" Shi Siong menunjuk sebuah bukit besar. "Kota Kuzu berada di balik bukit ini."
"Benarkah? Ayo cepat paman, aku ingin melihat seperti apa kota itu." Zhen Wu sudah sabar ingin melihat seperti apa kota Kuzu.
Karena semenjak kota Zhanzi mengalami penurunan besar hingga telah tampak seperti desa, maka Zhen Wu yang baru lahir harus merasakan hidup yang menderita kemiskinan di desa Zhanzi.
Maka dari itu, saat Zhen Wu mendengar bahwa kota Kuzu berada di balik bukit, dia sangat merasa bahagia. Walaupun hanya melihat lihat saja, menurutnya itu sudah lebih cukup untuk menyenangkan hatinya.
"Baiklah, ayo kita bergegas Zhen Wu." Shi Siong pun entah kenapa merasa senang melihat Zhen Wu senang. Mungkin ini dikarenakan istrinya yang telah lama meninggal dan mereka tidak pernah dikaruniai seorang anak. Maka, saat melihat Zhen Wu, Shi Siong merasa itu sudah cukup baginya.
Namun baru beberapa menit mereka berjalan, tiba saja ada sekelompok bandit yang datang menghalangi jalan mereka.
Shi Siong merasa heran, karena setahunya jalan ini tidak pernah ada bandit. Mereka semua berjumlah 6 orang, dengan satu orang yang menjadi pemimpinnya.
Melihat ketua dari pemimpin kelompok bandit, Shi Siong tahu bahwa tingkat kultivasi pemimpin itu berada satu tingkat diatasnya.
Pemimpin para bandit itu, menatap kearah Shi Siong dan Zhen Wu. "Hei, serahkan semua yang kalian miliki, jika tidak, matilah disini?" Pemimpin bandit itu mulai menggosokkan pedangnya dengan sebuah kain.
Shi Siong yang sadar, bahwa mereka bukanlah lawannya. Dia pun hendak memberikan semua yang mereka bawah.
Tapi, belum sempat Shi Siong menyerahkannya, Zhen Wu langsung menarik tangan pamannya itu dan berlari sekencang mungkin. "Paman, lebih baik kita lari. Keluarga kita lebih membutuhkan makanan itu daripada harus memberikannya kepada pada bandit."
Shi Siong pun sadar dan ikut berlari juga. "Kau benar Zhen Wu. Terima kasih telah menyadarkan paman."
Mereka pun terus berlari, karena dikejar oleh para bandit. Namun naas, karena perbedaan kekuatan, mereka pun harus tertangkap.
Semua barang milik Zhen Wu dan Shi Siong, telah diambil oleh para bandit itu. Dan akhirnya mereka tertangkap oleh sekelompok bandit.
"Tolong lepaskan anak itu, biarkanlah dia hidup. Sebagai gantinya, bunuh saja aku, karena telah melarikan diri," ucap Shi Siong yang memohon.
Shi Siong merasa bahwa ini adalah salahnya. Jika saja dia lebih kuat, dia yakin bisa mengalahkan para bandit itu sekaligus.
"Tidak paman, ini bu–" tiba tiba sebuah pedang menancap di dada Zhen Wu. "–kan... salahmu." Zhen Wu lalu jatuh dengan bersimbah darah. Luka dalam yang memperlihatkan sebuah pedang menancap ke dada milik Zhen Wu.
"Tidak! Tidak! Tidak!" Teriak Shi Siong dengan keras. "Kenapa jadi seperti ini. Maaf Ling Hua, aku tidak bisa menjaga anakmu." Tanpa sadar, air mata Shi Siong menetes membanjiri wajahnya.
Namun entah kenapa, dia tiba tiba saja melihat bahwa kepalanya telah terpisah dengan tubuhnya. Seketika itu juga, Shi Siong tahu bahwa dia pun telah menyusul Zhen Wu.
Inilah akhir dari Shi Siong dan Zhen Wu yang telah gagal sampai pada tujuannya.
"Bersihkan mayat mereka, jangan sampai ada orang yang melihat kalian," ucap pemimpin para bandit yang tengah membersihkan pedangnya.
"Baik!"
...*...
...*...
...*...
"Krak, krak, krak" terdengar sebuah langkah kaki yang tengah mengikuti dua orang bawahan bandit tersebut.
Kedua orang bandit itu, diperintahkan untuk membuang mayat Zhen Wu dan Shi Siong. Namun mereka tidak menyadari, bahwa mereka tengah di ikuti oleh sosok yang sangat menyeramkan.
Begitu mereka sampai dan hendak mengubur kedua mayat itu, mereka tiba tiba dikejutkan oleh sesosok hantu yang sangat menyeramkan. Aura intimidasi yang di keluarkan sangat besar, hingga membuat kedua bandit tersebut mati, hanya karena auranya.
Sosok hantu itu mulai berjalan kearah sebuah mayat, yang tidak lain adalah Zhen Wu.
Begitu sampai di depan mayat Zhen Wu, hantu itu terlihat merapal kan sebuah mantra. "Penjara jiwa terbukalah! Dan seluruh Jiwa Neraka, segeralah berkumpul." Terlihat cahaya yang menyilaukan masuk kedalam tubuh Zhen Wu.
"Dengan ini, aku sebagai salah satu hantu neraka, memanggil kembali, sang PENGUASA DARATAN MERAH! yang mulia ZHEN WU!!!" Teriak Hantu tersebut, yang membuat seisi hutan itu mengalami guncangan yang hebat.
Tubuh Zhen Wu yang kelihatan parah diawal, mulai terlihat seperti tidak mengalami luka apapun. Hingga akhirnya, tubuh tersebut kembali seperti hidup kembali. Hingga beberapa saat kemudian, Zhen Wu mulai membuka matanya.
Hantu yang berada dihadapan Zhen Wu itu, dengan cepat tunduk dan membungkuk," Selamat datang kembali yang mulia Zhen Wu."
Zhen Wu awalnya hanya diam saja, namun beberapa saat kemudian, sebuah senyuman aneh beserta tawa nampak di wajahnya. "Haha...! Senang rasanya bisa kembali!!" ucap Zhen Wu, sang Penguasa Daratan Merah.
Selanjutnya>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Filanina
Oke. Udah bangkit tapi kayaknya ttp OP ya.
2024-02-07
2
DEFF
Up Thor Novel Nya Seru Parah Dan MC nya Punya Pasukan Sendiri Kata Necromancer.
2023-07-23
2