Bab 2

Mendengar ucapan yang keluar dari bibir mungil Puspa membuat emosi Dimas semakin memuncak hingga sampai ke level tertinggi Dimas mengepalkan kedua tangannya hingga buku-buku jarinya memutih dan urat lehernya menegang.

" Anak nggak tahu diri! " berang Dimas yang sudah mengangkat tangannya dan bersiap untuk menampar pipi Puspa.

Tanpa membuang waktu lebih lama lagi Dimas segera mengayunkan tangannya tapi sedikit lagi tangan besarnya menempel di pipi putrinya suara Delia menghentikan gerakan Dimas.

" Sudah cukup Dimas sayang, jangan kamu kotori tanganmu dengan memukul dua wanita yang tidak ada harga dirinya ini, lebih baik sekarang kita pergi dari sini dan bukannya tujuan utama kita sudah tercapai ya? " Seru Delia dengan suara yang mendayu-dayu manja sambil melangkahkan kakinya mendekat ke arah Dimas.

Dengan tidak tahu dirinya Delia langsung bergelayut manja di lengan Dimas dan Delia juga menyandarkan kepalanya di pundak Dimas, tanpa belas kasih Dimas malah mencium bibir Delia di depan istri dan juga anaknya.

" Jangan di sini sayang, kalau kamu mau ayo kita pulang? Kita rayakan hari bahagia kita hari ini. " Ucap Delia dengan suara dan tingkah laku yang manja bak seorang ABG yang sedang jatuh cinta.

Dalam satu tarikan Dimas sudah melingkarkan kedua tangan besarnya di pinggang ramping Delia dan dengan tidak tahu malunya Delia malah melingkarkan kedua tangannya di leher Dimas lalu mereka kembali berci**an di depan Husna dan Puspa. Puspa geram dan emosi bukan kepalang saat melihat kelakuan Ayah dan juga wanita selingkuhannya yang sangat tidak senonoh itu.

Di saat Puspa yang geram dan emosi, Husna justru merasakan sakit hati yang sangat luar biasa dalamnya saat melihat laki-laki yang sangat dia cintai sedang bermesraan di depan matanya dengan seorang wanita yang menjadi selingkuhannya.

" Jika kalian ingin bermesraan sebaiknya kalian berdua pergi dari sini dan jangan kotori rumah ini dengan perbuatan zina kalian. " Usir Puspa dengan berani.

Mendengar ucapan Puspa yang sangat tajam, Delia dan Dimas langsung melepaskan ciumannya dan menatap nyalang ke arah Puspa. Husna yang melihat Dimas akan memukul putrinya langsung bangkit berdiri dan menjadi tameng untuk Putri kesayangannya.

" Sebaiknya kamu segera pergi dari sini Dimas bukankah tadi kamu sudah menceraikan aku? jadi sekarang kita bukan suami istri lagi jadi kamu tidak ada hak untuk berlama-lama di rumah ini. " Usir Husna dengan hati yang teramat sangat perih dan penuh luka.

" Ayo sayang kita pergi dari sini? tidak ada gunanya kita berlama-lama di gubuk reot seperti ini. " Ajak Delia yang menarik tangan Dimas untuk segera keluar dari dalam rumah milik Husna.

" Ayo sayang, aku juga sudah muak berlama-lama melihat dua wanita pembawa sial ini! " Seru Dimas.

" Ya sudah kalian pergi dari sini ngapain lagi berlama-lama. " Teriak Puspa.

Dimas dan Delia tidak memperdulikan lagi ucapan Puspa mereka segera melangkahkan bersama-sama keluar dari rumah sederhana milik Husna dengan hati yang berbunga-bunga, mereka berjalan sambil bermesraan menuju ke mobil yang diparkir sedikit jauh.

Beruntung rumah keluarga Puspa berada di ujung jalan dan jauh dari perkampungan, sehingga ketika orang tuanya sedang bertengkar seperti ini tidak ada satupun warga yang tahu. Setelah Dimas dan Delia keluar dari rumahnya Puspa pun ikut melangkahkan keluar dari rumah juga namun dia berhenti tepat di pelataran rumah.

Dari tempatnya berdiri Puspa mengepalkan kedua tangannya dengan erat saat melihat Ayahnya yang menggendong tubuh Delia ala bridal style sambil bercanda dan tertawa berdua. Saat punggung Ayahnya sudah tidak lagi terlihat Puspa baru teringat dengan tangan Ibunya yang berdarah.

" Astagfirullah ibu. " Ucap Puspa yang segera berlari masuk ke dalam rumah.

Sampai di dalam rumah Puspa melihat tubuh Ibunya yang luruh ke lantai dengan air mata yang kembali mengalir dengan begitu derasnya. Namun saat Puspa melihat tangan Ibunya yang terluka ternyata darahnya sudah mengering dan tidak lagi mengalir.

" Ibu Ayo bangun Bu? " Ucap Puspa yang ingin membantu ibunya berdiri namun Husna hanya menggelengkan kepalanya.

" Kenapa Ayah kamu tega sekali Puspa kenapa dia tega sekali berbuat seperti itu kepada kita? " Seru Husna sembari menangis tersedu-sedu.

" Sudahlah Bu jangan diingat lagi laki-laki brengsek itu. " Sahut Puspa yang ikut menangis juga.

Hati Puspa yang sudah hancur semakin bertambah hancur saat ia melihat sisi lemah Ibunya yang sebelumnya disembunyikan dan tidak pernah Puspa melihatnya.

" Tapi hati ibu sakit Puspa hati ibu sangat sakit, tega sekali Ayahmu membawa wanita selingkuhannya ke rumah ini dan mereka malah berci**an di depan kita hati ibu sakit Puspa, hati Ibu hancur. " Raung Husna yang tidak bisa menerima kenyataan yang ada.

" Puspa tahu Bu bukan hanya ibu yang hancur aku pun juga hancur Bu, aku sedih, aku kecewa, aku juga marah kenapa Ayah bisa setega itu sama kita, apa salah kita Bu? Tapi sekarang itu udah nggak penting lagi yang terpenting sekarang bagaimana caranya kita berdua menata kehidupan kita agar lebih baik dari sebelumnya Bu dan kita buktikan pada Ayah jika kita baik-baik aja dan kita juga bisa sukses tanpa laki-laki brengsek seperti Ayah. " Tutur Puspa.

Tetapi Husna yang masih fokus pada rasa sakit hatinya yang mendalam sama sekali tidak mendengar ucapan putrinya, yang ada di dalam pikiran Husna saat ini adalah luka dan goresan mendalam yang sudah ditorehkan oleh suaminya.

" Ayo bangun Bu aku antar ibu ke kamar? " Ajak Puspa dan untuk yang kali ini Husna langsung mengikuti perkataan putrinya tanpa penolakan lagi.

Puspa membantu ibunya bangkit berdiri lalu memapahnya menuju ke kamar, sampai di dalam kamar Puspa membaringkan tubuh ibunya di atas kasur lantai satu-satunya milik mereka.

" Ibu tiduran saja ya? Kasihan adik yang di dalam perut. " Ucap Puspa tetapi Ibunya hanya melihat Puspa dengan tatapan yang kosong.

" Ibu istirahat saja ya? aku mau membersihkan pecahan kaca yang ada di depan dulu, setelah itu aku akan membelikan obat merah dan juga plester untuk mengobati luka yang ada di tangan Ibu. " Ucap Puspa dengan lembut tetapi ibunya hanya diam dan sama sekali tidak memberikan respon apapun.

Puspa hanya bisa menghela nafas dengan berat saat melihat ibunya yang menjadi seperti itu, sebelum keluar dari dalam kamar Puspa mengambil sebuah kain jarik lalu menjadikannya selimut untuk menutupi tubuh Ibunya. Setelah itu Puspa segera keluar dari dalam kamar menuju ke dapur untuk mengambil sapu dan juga pengki, dengan hati-hati Puspa membersihkan pecahan kaca yang ada di ruangan depan hingga benar-benar bersih dan tidak ada lagi pecahan kaca yang tertinggal.

Selesai membersihkan ruangan depan Puspa masuk ke dalam kamar dan dia masih melihat Ibunya yang menatap kosong ke arah langit-langit kamar mereka.

" Ibu jangan ke mana-mana ya? Puspa mau ke warung dulu beli obat merah dan juga plaster. " Pamit Puspa dan lagi-lagi Ibunya tidak memberikan respon apapun.

Puspa sudah tidak tahu lagi bagaimana mendeskripsikan bentuk hatinya yang sudah hancur tak berbentuk ini, Puspa amat sangat terluka melihat Ibunya yang sudah seperti orang yang depresi. Tanpa rasa curiga sedikitpun Puspa segera berlalu dari dalam rumahnya namun sebelum itu Puspa mengunci pintu depan agar Ibunya tidak keluar dari dalam rumah. Setelah mengunci pintu barulah Puspa melangkahkan kakinya menuju ke warung yang letaknya lumayan jauh dari rumahnya.

Terpopuler

Comments

Amelia

Amelia

❤️❤️❤️

2024-02-19

1

Defi

Defi

Puspa kamu tetap semangat demi ibumu dan calon adikmu

2024-02-19

0

Imam Sutoto Suro

Imam Sutoto Suro

gile keren banget lanjutkan thor

2024-01-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!