BAB 9

Sesampainya di sekolah. Grizelda pun berjalan menuju kelasnya, tapi ia malah di tarik ke belakang sekolah oleh beberapa orang murid.

Grizelda menyadari jika orang yang menyeretnya adalah kakak kelas yang ia temui tadi malam di tempat karaoke.

"Hey! Gara-gara kamu tadi malam aku putus dengan pacar ku! Kamu itu pelakor ya, benar-benar menyebalkan!" dengus kakak kelasnya itu geram.

"Pe … lakor?" tanya Grizelda menekuk alisnya.

"Iya! Kamu itu pelakor!" tuduh kakak kelasnya itu membelalakkan matanya.

"Pelakor itu bukannya artinya perebut laki orang? Kalian kan belum menikah?" tanya Grizelda.

"Ep …." kakak kelas itu berpikir sejenak, mereka memang belum menikah, pacaran saja tidak, hanya saja kakak kelasnya ini sangat tergila-gila pada pria tadi malam itu. Tentu saja tergila-gila, bukan hanya tampan, dia juga kaya raya, meskipun masih SMA, tapi ia adalah pewaris perusahaan PT RFS yang terkenal itu, siapa yang tidak menyukainya. Dia adalah pria idaman.

"Ah, pokoknya kamu sudah ngancurin hubungan aku sama dia! Kamu harus bertanggung jawab!" tukas kakak kelasnya itu.

"Hey! Sebelum aku masuk ke dalam ruangan itu sebelumya kalian memang sudah bertengkar! Kenapa kau nyalahin aku, kamunya aja yang egois!" balas Grizelda.

"Di mananya aku egois, aku itu sayang banget sama dia tau! Benar-benar cinta, gara-gara tadi malam kamu datang akhirnya hubungan ku dan dia hancur! Kamu harus perbaiki hubungan aku sama dia seperti semula!" ucap kakak kelasnya itu membelalakkan matanya lagi.

"Hey! Kau pikir aku tadi malam itu tuli! Kau aja yang cinta mati sama dia, tapi dia tidak menyukaimu, jangan berlagak seolah-olah aku menghancurkan hubungan kalian, tapi sebenarnya kalian tidak pacaran. Kau saja yang ngejar-ngejar dia membuat dia risih kayak kucing ketemu ikan asin. Kalau tidak pacaran begitu mana bisa di sebut menghancurkan hubungan, orang kalian nggak punya hubungan apa-apa kok! Kamu aja yang gila ngerasa punya hubungan sama dia, dia sendiri malah menganggap mu sebagai penganggu," ujar Grizelda menaikkan sebelah tali tas di bahunya.

Kakak kelasnya itu sejenak terdiam, matanya berkaca-kaca. "Aku nggak mau tahu pokoknya kau perbaiki hubungan aku dengannya! Kau yang udah membuat dia membenci ku!" hardik kakak kelas itu tapi dengan mimik wajah sedih.

"Hey! Sadar diri! Sadarkan diri mu! Kau yang masih di dunia halu berasa punya hubungan dengannya tapi dia merasa kau penganggu. Kau yang masih berhayal malah menyalahkan aku, jangan bilang kau hanya bermimpi punya hubungan dengannya terus kau pikir itu nyata? Dasar longor! Sana cepat cuci muka mu biar seger, nggak mimpi Mulu aja hidupmu, benar-benar menyebalkan!" dengus Grizelda kesal. Ia pun meninggalkan kakak kelasnya itu.

"Hey tunggu! Pokoknya aku minta kamu bertanggung jawab!" teriak kakak kelasnya itu.

"Kenapa minta sama ku? Minta sana sama orang tua kamu!" jawab Grizelda berlari menuju kelasnya.

Sayangnya, baru saja selesai masalah satu, dan muncul Hendra.

"Hey! wanita jelek, beraninya kamu mengerjai Sindi!" teriak Hendra membuat Grizelda memberhentikan langkahnya.

"Kenapa lagi?" tanya Grizelda.

"Kau yang sudah melempar kodok pada ku!" sambung Sindi.

"Jadi? Kau mengadu dengannya?" tanya Grizelda mengangkat alisnya.

"Kenapa memangnya kalau aku mengadu dengannya? Kau pasti takutkan?" tanya Sindi tersenyum sinis dan melipat tangannya.

"Takut? Yang penakut itu siapa? Kau datang ke sini malah ajak backingan, kau nggak bisa sendiri ya menghadapi masalah sendiri, dan juga kodok itu datangnya dari mana kalau bukan dari kamu. Dasar lebay!" ucap Grizelda memutar bola matanya.

"Ikh! Kamu ini ya! Lama-lama kok nyebelin!" ucap Sindi menekan bahu Grizelda.

"Kalo aku makin lama makin nyebelin, kalo kamu dari lahir udah nyebelinnya," sahut Grizelda.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***