Gajian berikutnya dikumpulkan Gisel untuk membeli deterjen besar untuk mencuci. Gisel mau mencuci bajunya lebih bersih dengan deterjen yang lebih banyak. Juga sedikit meringankan beban sang ibu.
Sore itu sepulang kerja, Gisel melihat Azka menangis di pinggir tanggul. Tanpa pikir panjang Gisel mendatangi adiknya itu.
“Kenapa Ka?” tanya Gisel sambil membelai punggung adik pertamanya itu. Azka membuka muka dari telapak tangannya.
“Aku… belum melunasi bayaran Mbak. Padahal besok udah mau naik kelas tiga, tapi aku belum bayar banyak. Kata bu guru nanti aku bisa nunggak (tidak naik kelas) kalau terus terusan gak bayar,” kata Azka sedih. Gisel menghela nafas. Ibu tentu saja sudah berusaha maksimal sebisa beliau, akan tetapi memang apa apa di sekelilingnya itu terasa kurang.
“Tenang saja, Mbak akan bantu lunasi,” kata Gisel optimis. Gadis itu akhirnya meminta lembur pada Mbak Ganjar. Yang biasanya dia pulang jam empat sore, kini mampu pulang sampai malam. Agar upah jahitannya bertambah demi membayar tagihan spp Azka yang menumpuk, Bertambah lagi satu kewajibannya. SPP Azka dan sabun cuci.
Jauh dilubuk hati Gisel dia mau melanjutkan sekolah. Mau seperti orang orang normal. Setidaknya menebus ijazah SD nya. Ah….. apa daya. Senyum adik adiknya lebih penting. Dirinya bisa ikut tersenyum kalau adiknya tersenyum. Gisel berencana membantu sekolah adiknya kelak. Minimal sampai SMP.
***
Anto pulang setelah begadang semalaman. Ini hari sial untuknya. Duit hasil ikut gali sumur beberapa hari, habis dalam semalam. Awalnya dia menang banyak. Kemudian teman temannya meminta traktir ginseng (bahasa miras dihaluskan). Jadilah dia bos besar malam itu. Membeli beberapa ginseng untuk teman temannya. Uang sisa menang ia pertaruhkan lagi. Hasilnya dia kalah telak. Ludes…. Gajinya menggali sumur habis dalam semalam.
Gisel sedang bersiap mau kerja.
"Mbak, minta uang," kata Al dengan muka memelas. Sudah pakai seragam TK biru putih. Gisel tersenyum. Memberi Al uang dua ribu rupiah. Bocah kecil itu senang bukan main. Sampai lompat lompat.
"Makasih Mbak, makasih," kata Al berbinar binar.
"Buat dua hari ya. Gajian Mbak masih lama," kata Gisel. Al mengangguk patuh. Anto melihat kejadian itu.
"Oh, iya kamu udah kerja ya Sel. Udah punya duit dong," kata Anto lembut.
"Udah dong," kata Gisel santai.
"Bapak pinjam uang kamu ya? Bapak punya banyak hutang malam tadi," kata Anto memelas.
"Uang Gisel udah buat bayar sekolah Azka sama beli deterjen Pak. Habis," kata Gisel. Anto mendekat tangannya sudah siap menampar Gisel. Gadis itu menunduk. Tahu benar tamparan Bapaknya pasti melayang dengan jawabannya tadi.
"Kamu!!! Jadi anak kok belagu!! Baru kerja gitu aja udah kaya bisa nyukupin hidup adikmu!! Tadi adikmu kamu kasih uang, kenapa sekarang pelit sama Bapak. Apa apa itu orang tua dulu baru adik!!" kata Anto. Gisel menghindar lagi saat kaki Anto bersiap menendangnya. Kemudian berbalik lari meninggalkan rumah. Sumpah serapah dari Anto mengiringi kepergian Gisel bekerja pagi itu.
Gisel bukan ahli karate. Akan tetapi semua jurus Anto menghajar anaknya sudah dihafal Gisel diluar kepala. Jadilah gadis itu sudah pandai menghindar. Gisel adalah samsak kedua Anto setelah Aminah istrinya. Kemudian Anto punya banyak samsak lain karena kelahiran Azka dan Al.
Suara mesin jahit masih terdengar dari rumah samping Mbak Ganjar. Gisel masih tekun dengan jahitannya walaupun sendirian disana.
"Masih semangat Sel?" tanya Mbak Ganjar. Wanita bertubuh tambun itu duduk di depan mesin Gisel. Sambil motongin bisban yang menggantung. Biasanya itu tugas Apri. Gisel jadi sedikit terbantu.
"Masih Mbak, kurang dikit lagi selesai. Lumayan uangku sudah cukup buat bayar tunggakan SPP Azka," kata Gisel bersemangat. Mbak Ganjar tersenyum.
"Emang berapa duit?" tanya Mbak Ganjar kepo.
"Rp. Xxx.xxx,- Mbak," jawab Gisel yang hafal benar kewajibannya. Mbak Ganjar manggut manggut. Malam itu pemilik konveksi menjadi helper Gisel lembur. Wanita tiga puluhan itu begitu terenyuh dengan kegigihan anak buahnya.
Esok hari gajian tiba. Mbak ganjar memberikan nominal yang Gisel sebutkan kemarin malam saat lembur berdua. Bahkan lebih beberapa puluh ribu.
"Tapi Mbak, upah Gisel gak segini," kata Gisel polos. Sambil memeriksa kembali buku catatan kecil hasil jahitannya seminggu ini.
"Itu buat SPP adikmu. Tabunganmu bisa buat beli kebutuhan yang lain," kata Mbak Ganjar. Yang kali itu sengaja menggaji Gisel belakangan. Agar tidak menimbulkan iri di kalangan pegawai lain. Gisel bengong sesaat.
"Mau gak?" tanya Mbak Ganjar mengagetkan. Gisel langsung tersentak.
"Mau!!! Mau dong Mbak. Terimakasih Mbak," kata Gisel kemudian mencium tangan Mbak Ganjar. Membawa beberapa lembar uang itu dengan riang. Sekali lagi mengucapkan terima kasih di ambang pintu sambil meloncat kecil.
"Iya, sama sama," kata Mbak Ganjar sambil tertawa.
"Dasar bocil," kata Mbak Ganjar sedikit pilu. Bocil yang sudah di hajar kerasnya hidup ini. Huft….
Tiba di rumah Gisel membuka keranjang pakaiannya. Gisel memang hanya punya satu keranjang untuk wadah pakaian. Di pakaian paling bawah itu dia simpan gajinya untuk bayar tunggakan SPP. Betapa terkejutnya Gisel saat tidak ada serupiah pun di dasar keranjang!!!
"Astaga!!! Astaga!!!" kata Gisel panik sambil mencari lebih teliti. Al mendekat. Mengamati Mbaknya yang lagi panik. Sampai semua pakaian dikeluarkan dan di teliti satu satu uang tabungannya juga tidak ketemu. Gisel lemas seorang diri.
"Mbak cari apa?" tanya Al polos.
"Cari uang Mbak yang disimpan bawah pakaian. Al tahu uang itu kemana?" tanya Gisel. Al menggeleng. Bocah itu kemudian ingat bapaknya tadi mendekat ke arah keranjang baju Mbaknya.
"Tadi bapak kesitu Mbak. Kaya ambil sesuatu dari keranjang itu. Waktu tak tanya, Al malah ditampar," kata Al polos. Gisel langsung nglokro (lemas banget). Sudah jelas siapa pencuri uang tabungannya. Tanpa terasa air mata Gisel lolos dari matanya. Al mengusap bahu Gisel dengan tangan mungilnya.
Aminah pulang kerja. Mendapati anak gadisnya menangis pilu. Wanita itu mendekat. Tangis Gisel langsung menjadi melihat ibunya. Gisel menceritakan apa yang dirinya alami.
"Kok tega ya Bu…. Itu buat SPP Azka," kata Gisel sesenggukan. Aminah hanya bisa menangis. Sudah ratusan kali Aminah minta cerai. Akan tetapi selalu tidak disetujui Anto. Alasannya anak anak. Alasan sebenarnya tentu saja Anto suka jadi benalu untuk Aminah. Wanita itu juga sudah berusaha minggat puluhan kali. Hasilnya selalu ditemukan Anto dengan mudah.
Aminah memeluk Gisel dengan erat. Dari mulutnya terucap kata maaf. Maaf untuk salah pilih lelaki. Maaf karena punya bapak benalu. Al terbengong diantara dua wanita berharga dalam hidupnya. Tangan mungilnya mengepal. Benci sekali pada sosok yang dia panggil bapak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
MAY.s
Kasihan Gisel harus dewasa sblm saatnya 😞
2023-07-26
1
ikaindra🌺
bapa mu tega banget sell bukannya jadi tulangpunggung buat anak dan istri malah jd benalu,,😭😭
bukannya mengurangi masalah ekonomi keluarga,malah uang hasil kerja keras gisell buat bayar spp azka malah di ambil buat main judi.
bapak gak ada akhlak😤😤
2023-07-26
1