Mendapat tatapan tak enak dari banyaknya orang di sekitar membuat Zayn mau tak mau menarik kuat tangan Rista. Wanita yang wajahnya banjir dengan air mata memegang kuat perutnya yang terasa berat untuk ia bawa bergerak. Mereka menuju mobil dimana semula menjadi target Rista.
"Lepaskan aku!" teriak Rista menatap tajam Zayn yang berjalan memutar mobil dan duduk di sebelahnya.
Beberapa saat Zayn menatap perut yang membuncit di sampingnya. Ia sangat emosi melihat tingkah Rista namun hatinya melemah melihat perut buncit itu. Di dalam sana ada nyawa yang meminta pertolongan Zayn untuk tetap aman. Jika tidak, maka Rista bisa saja bunuh diri dengan cara yang lain.
"Hentikan niatmu itu untuk bunuh diri." tutur Zayn pelan.
Rista menggeleng dengan air mata yang terus berjatuhan. "Tidak. Kau tidak perlu ikut campur dengan hidupku." sahut Rista tak mau kalah.
"Memangnya siapa yang mau ikut campur dengan hidupmu? Hah! Aku hanya kasihan dengan janin itu." sentak Zayn membuat kedua pundak Rista tersentak kaget.
Malu adalah hal yang paling mendominasi pikiran Rista saat ini. Ia benar-benar tak punya muka setiap kali membicarakan perutnya yang besar pada orang. Kejadian malang yang ia alami membuat Rista kehilangan arah hidup.
"Aku tidak mau hidup. Aku hanya ingin mati. Aku tidak perduli dengan janin ini. Dia bukan anakku!" tangis Rista menjadi.
Naluri seorang ibu rasanya benar-benar tak ada di dalam dirinya. Terlalu frustasi dengan hidupnya, Rista sampai lupa memikirkan nyawa anak yang akan tumbuh begitu menyayanginya kelak. Ia hanya ingin menghilang dari muka bumi ini.
Dalam diam Zayn berpikir untuk membawa Rista ke tempat paling aman. Rumah, yah menurutnya Rista harus di pulangkan ke orangtuanya agar mendapat arahan lebih baik.
"Dimana rumahmu? Aku akan mengantarmu dan berbicara pada orangtuamu." sahut Zayn dan Rista segera menggelengkan kepalanya. Wajahnya yang semula sedih mendadak sangat ketakutan. Ia takut untuk kembali ke rumah. Susah payah dirinya meninggalkan rumah itu dan bagaimana mungkin Zayn justru membawanya kembali ke rumah yang tidak ingin ia pijak lagi.
Merasa hidupnya terancam, Rista pun berontak dan ingin pergi keluar dari mobil Zayn. Sayangnya kendaraan itu telah di kunci oleh Zayn.
"Tolong lepaskan aku. Tolong biarkan aku pergi." mohon Rista menangis sampai menggenggam tangan Zayn.
Tangisan yang memilukan, Zayn perlahan merasa iba pada wanita di depannya.
"Apa yang terjadi padamu? Bunuh diri bukanlah jalan satu-satunya untuk menyelesaikan masalah. Apa kau pikir dengan bunuh diri semua akan selesai? Bagaimana jika bunuh diri hanya membuat satu di antara kalian yang meninggal? Dan satunya lagi menderita atau bahkan cacat seumur hidup?" Kedua bola mata Zayn berkaca-kaca ketika mengatakan hal itu.
Pandangannya lurus ke arah Rista, namun bayangan di kepalanya justru mengarah pada sang istri yang kini terbaring koma di rumah sakit. Sedang calon anaknya sudah berada di pemakaman bersama sang kakak.
Tak sadar Zayn mengatakan hal itu sampai menjatuhkan air mata. Meski sudah empat tahun berlalu, rasa sakit itu masih terasa jelas sampai saat ini. Bahkan sang istri yang masih tak kunjung sadar membuat Zayn lambat laun merasa putus asa.
Rista mengusap air mata mendapat pertanyaan dari Zayn.
**Flashback on**
Sebuah bangunan hotel megah yang cukup terkenal di kota itu kini tepat terpampang nyata di depan pandangan seorang gadis cantik. Putri tunggal dari seorang pengusaha yang baru saja memulai karirnya.
"Selamat datang, Nona. Apa benar anda Nona Rista Kamila putri dari Tuan Candra?" Rista tersenyum lembut menganggukkan kepalanya.
Sebagai anak dari calon pengusaha sukses, Rista tentu sangat antusias. Ini adalah hari pertamanya merasakan meeting di dampingi sang ayah. Selama ini Rista hanya belajar melihat sang ayah bekerja.
Dengan antusiasnya Rista melangkah mengikuti pelayan di hotel itu menuju ruang meeting. Ruangan yang ketika ia tiba masih tak menunjukkan satu orang pun di dalam sana.
"Saya tinggal dulu, Nona. Silahkan di nikmati hidangannya." Rista hanya tersenyum ramah tak menaruh curiga sedikit pun.
Sampai akhirnya satu gelas air mineral ia tenggak sedikit, Rista masih duduk tegang menunggu siapa yang akan hadir berikutnya. Mengirim pesan pada sang ayah, namun tak kunjung mendapatkan balasan.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi setelahnya. Aku hanya melihat tubuhku sudah berantakan dan bugil ketika aku membuka mata. Satu orang pun tidak ada yang ku lihat. Aku mengadukan ini semua pada Ayah. Namun, aku justru mendapat hukuman darinya karena di anggap telah mencoreng nama baiknya. Bahkan aku di tuduh menjual diriku sebagai tawaran kerja sama." Rista menunduk menangis mengatakan semua itu.
**Flashback off**
Zayn yang semula marah berapi-api perlahan kini menghela napasnya. Entah harus percaya atau tidak pada Rista, namun mendengar cerita itu rasanya ia tak sampai hati memaki Rista lagi.
"Baiklah, untuk saat ini kau ikut denganku." ujar Zayn melajukan mobil tanpa mendengar persetujuan dari Rista.
Dalam perjalanan sesekali wanita hamil itu melirik Zayn yang terus diam mengemudikan mobil. Sisa kesedihan terlihat jelas di wajah pria tampan itu. Rista tak berani mengeluarkan satu kata pun selama perjalanan hingga mereka akhirnya tiba di rumah sakit. Zayn membawa Rista menuju sebuah ruangan meski wanita itu sempat menolak ikut dengannya masuk.
"Ikut atau aku akan membawamu pulang pada orangtuamu?" Ancaman Zayn rupanya mampu melumpuhkan pergerakan Rista. Ia menjadi sosok yang begitu patuh dari sikapnya yang sangat liar semula.
Keduanya pun tiba di dalam ruangan yang ada beberapa orang langsung melempar pandangan heran pada mereka.
Irene, wanita pertama sebagai ibu dari Zayn yang mendekat menyambut kedatangan sang anak dengan pandangan penuh tanya.
"Zayn..." ucap Irene pada sang putra.
"Bu, aku membawa orang yang berusaha bunuh diri. Aku tidak mengenalnya. Tolong jangan menatapku seperti itu. Calvina adalah satu-satunya." ujar Zayn dengan cepat mengerti tatapan semua orang di dalam ruangan itu.
Ia tidak ingin memberikan ruang pada keluarga berpikir buruk padanya. Apalagi kedatangan Rista dengan perutnya yang besar.
Irene menggeleng tak percaya mendengar ucapan sang anak. "Siapa kamu? Apa tujuan kamu?" tanya Irene langsung penuh selidik.
Sebagai sesama wanita rasanya terlalu aneh jika Rista datang dan melibatkan sang anak untuk bunuh diri.
"Ayo kemarilah." Di antara tatapan keluarga, Zayn justru melangkah menarik tangan Rista mendekat pada sang istri yang terbaring koma di depannya.
Sejenak Rista tertegun. Di depannya ada wanita yang kurus tetapi wajahnya begitu masih cantik meski sudah sangat pucat. Zayn dan keluarga mengurus Calvina dengan baik. Rambutnya pun masih tersisi rapi meski hanya berbaring di ranjang rumah sakit selama empat tahun.
"Dia istriku. Wanita yang mengalami kecelakaan tepat ketika usia kehamilannya sembilan bulan. Dan anak kami yang pertama harus ikut pergi bersama calon adiknya. Kau adalah wanita yang beruntung memiliki buah hati yang akan segera lahir. Di luar sana begitu banyak yang berjuang demi mendapatkan buah hati mereka. Termasuk aku dan istriku. Apakah hatimu sudah mati hingga kau tidak bisa merasakan cinta yang akan hadir dari janin itu? Dia adalah anak yang tidak memiliki dosa yang kelak akan memanggilmu mamah. Apa kau tega merenggut hidupnya yang belum sempat melihat dunia ini?" tutur Zayn berbicara pada Rista sembari terus menatap Calvina.
Sampai saat ini ia begitu menjaga pandangannya dari wanita mana pun di luar sana demi sang istri.
Rista dan semua keluarga yang ada di ruangan itu nampak menatap Zayn haru. Tetapi tidak dengan Shopia yang sejak tadi tak mau melepaskan pandangan dari wajah Rista yang asing.
"Kak Zayn, berhentilah berbicara padanya. Biar aku yang akan mengurusnya. Kalau kau ingin bunuh diri ayo lakukan padaku saja. Jangan dengan Kakak iparku. Kau mau mati kan? Ayo!" Dengan kasarnya Shopia menarik tangan Rista.
Semua yang baru kembali pada kesadarannya tentu sangat terkejut melihat sikap Shopia yang sama sekali tidak ramah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT
rista kasian kamu
2023-07-28
0