Chapter 5

"Berhenti disana." Mendengar itu, wanita berjubah hitam menghentikan langkahnya dan mencari asal suara itu.

" Siapa kau? Apa tujuan mu kemari? Aku tau kau bukan dari dunia ini. Siapa yang memerintahkan mu ke dunia ini, hah?" Sekolompok orang mempertanyakan wanita itu. Hela napas kecil terdengar. Wanita itu menatap sekelompok orang-orang itu.

"Dasar makhluk rendahan yang bodoh. Kalian pikir kalian siapa yang berani memerintahkanku seperti itu?"

"Aku peringatkan kau sekali lagi. Apa tujuan mu ke dunia ini? Apa yang kau incar disini, hah?"

"Itu bukan urusan kalian. Sepertinya kalian diutus oleh para orang-orang yang menyebalkan itu ya."

"Berani nya kau bilang para dewa-dewi, orang yang menyebalkan. Sebagai prajurit bawahan langsung dewa perang. Kami pasti akan membuat mu menarik kata-katamu itu." Sekelompok orang itu mengeluarkan pedangnya dan menyerang wanita berjubah itu.

"Bawahan dewa perang ya. Ini akan menarik." Ia berbisik pada dirinya sendiri. Ia langsung menarik pedangnya dari tempat beristirahatnya dan menangkis semua serangan sekelompok orang itu.

Bunyi gesekan pedang memenuhi kawasan itu. Adu pedang tidak terhindari lagi. Sekelompok orang itu menyerang wanita itu dari segala arah. Wanita itu kualahan. Ia kalah jumlah dari mereka. Salah seorang kelompok itu menyerang dari belakang saat wanita itu lengah. Wanita itu terbanding ke tanah dengan cukup kuat yang membuat buat tanah disekitar situ hancur. Sekelompok orang itu tertawa gembira dan mendekati wanita itu.

"Ini akibatnya menghina para dewa yang maha hebat. Tapi jika kau mau meminta maaf dan sujud di kaki para dewa, mungkin mereka yang maha hebat bisa memberikan belas kasih pada dirimu."

Bersujud di kaki para menyebalkan itu. JANGAN HARAP. TEKNIK BENANG IBLIS." Wanita itu mengeluarkan benang dari tangannya dan menjerat orang-orang itu. Mereka berusaha menghindar namun sudah terlambat. Mereka terjerat oleh ribuan benang yang sangat tipis. Wanita itu bangkit dari tempatnya. Ia membersihkan pakaiannya dari debu dan tanah-tanah yang menempel dan mendekati mangsanya yang sudah terjebak di perangkapnya.

"Apa ini nama bawahan dewa perang? Benar-benar memalukan. Bahkan melawan diriku tidak bisa. Itu berarti si menyebalkan yang mengaku dewa perang itu tidak ada apa-apanya. Sungguh memalukan. Bagaimana reaksi beliau kalau tau ada orang yang menyebalkan mengaku sebagai dewa perang. Beliau pasti sangat-sangat terhina."

"Tarik ucapanmu itu. Jangan sekali-kali kau menghina beliau. Akan ku pastikan kau merasakan akibatnya nanti. Akan ku buat kau menderita sampai-sampai kau berpikir berada dalam neraka." Wanita itu tertawa gelak mendengar ancaman yang dilontarkan padanya.

"Kenapa kau begitu marah, ha? Emangnya ucapanku itu salah. Ini ya, aku beritahu kalian para makhluk rendahan yang bodoh. Orang mengukur kemampuan sang pemimpinan dari kemampuan bawahannya. Apa kalian itu tidak tau? Sungguh, sungguh, sungguh, sungguh memalukan sekali. Sudah jelas sekarang, kenapa aku bilang seperti itu." Wanita itu membelai wajah salah seorang itu dengan tatapan yang begitu mematikan. Ia kemudian berjalan mundur dan mengelilingi sekitaran kawasan itu tanpa meninggalkan mangsanya. Ia menghirup dalam-dalam udara di hutan nan gelap itu.

"Aku sangat suka udara dan tempat ini. Hawa dingin, dan mencengkam. Ditambah tempat ini sangat minim cahaya. Ini tempat yang sangat sempurna. ...Dan... enaknya aku apakan kalian ya." Ia menatap mangsanya. Tatapannya seperti hewan yang siap menerkam mangsanya yang tidak berdaya.

"Tapi... Kalian sangat sangat beruntung. Saat ini aku ada yang harus kulakukan. Jadi... Kalian boleh pergi." Wanita itu berjalan menuju kegelapan hutan dan menghilang dalam kegelapan itu. Tak lupa ia melepaskan benang yang menjerat sekelompok orang-orang itu. Mereka terbanting ke tanah. Mereka menatap tempat wanita itu menghilang dalam kegelapan.

'Sebenarnya... Siapa wanita itu? Dan apa tujuan dia disini? Di dunia ini?' Mereka bertanya-tanya pada diri mereka sendiri.

Di alam para dewa. Di istana para dewa tinggal.

"Apa kalian bilang? Kalian dikalahkan oleh wanita kurang ajar itu!!!" Dewa perang memukulkan tangannya di singgah sananya. Ia benar-benar marah mendengar laporan para bawahannya.

"Yang benar saja kalian dikalahkan seperti itu oleh wanita itu. TAK GUNA. Bagaimana bisa kalian dikalahkan seperti itu."

"Sudahlah itu, Carion. Mungkin saja kemampuan wanita itu berada di level yang berbeda dari bawahanmu saat ini." Sang dewi kecantikan, Omorfia berusaha menenangkan amarah Dewa perang. Carion menatap Omorfia dengan sinis.

"Jadi maksudmu bawahanku lemah begitu." Suara Carion menggelegar ke seluruh penjuru istana.

"Sudahlah Carion. Kau tidak perlu marah begitu. Marah tidak akan menyelesaikan masalah. Jadi tenangkan dirimu, Carion." Sang dewa perdagangan, Emporia berusaha memadamkan kericuhan yang sedang terjadi.

"Aku setuju denganmu, Emporia. Jika masalah ini dihadapi menggunakan emosional masalah ini tidak akan pernah kelar. Tetap tenang, dan berpikir logis akan membawa kita menyelesaikan masalah ini. Jadi tenanglah, Carion. Kita akan mencari solusi yang terbaik untuk masalah ini." Sang dewi kebijaksanaan, Sofia membuat suasana jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya. Ia duduk di singgah sananya.

"Kau selalu tenang dan santai bahkan malapetaka itu sendiri masalahnya. Dirimu kali ya, Sofia." Sang dewa pencipta, Dimiourgos memasuki ruangan dan duduk di singgah sananya. Diikuti oleh dewa-dewi yang lainnya. Sekarang sudah ada delapan dewa-dewi diruangan itu. Mereka duduk di singgah sananya mereka masing-masing.

"Sekarang apa rencanamu, Dimiourgos?" Sang dewi bumi, Gi.

"Pertama-tama, kita harus menyelidiki siapa wanita itu. Dan apa tujuannya kemari."

"Aku akan menyuruh bawahanku untuk menyelidiki masalah ini." Sofia mengajukan diri untuk menyelidiki masalah itu.

"Kalau begitu aku akan mengirim satu unit elitku beserta komandonya. Lebih baik kita berjaga-jaga aku tidak mau hal serupa terulang lagi." Carion menawarkan pasukan untuk mengawal penyelidikan ini.

"Tapi bukankah lebih dulu mencari dimana keberadaan wanita itu." Sang dewi kehidupan, Syndetiras.

"Aku setuju dengan saudariku. Sebelum menyelidiki lebih lanjut. Kita harus tau dimana tempat markas mereka berada. Dengan begitu kita siap dengan segala kemungkinan yang bisa terjadi." Sang dewi kematian, Diakoptis setuju dengan saran sang kembaran.

"Sebelumnya kita enggak tau siapa dia dan bagaimana kemampuannya yang sebenarnya. Lebih bagus bersiap untuk kemungkinan terburuk lebih awal. Jika kita menyepelekan mereka, kita enggak tau apa yang akan terjadi selanjutnya." Syndetiras menjelaskan pandangannya mengenai masalah ini.

"Memiliki planing lebih awal untuk kemungkinan segala kondisi yang bisa terjadi adalah kunci kemenangan. Dengan strategi yang yang tersusun dan memperkirakan segala kondisi, kita akan memenangkan tawar-menawar ini." Emporia menyetujui pendapat si kembar gemini.

"Bersiap kemungkinan yang akan terjadi dan menyusun taktik yang tepat. Medan perang berada ditangan kita. Dengan begitu peluang memenangkan pertarungan ini jauh lebih besar." Carion bersemangat akan rencana kali ini.

"Kelihayan dalam membaca kondisi, tetap tenang dan berpikir logis bahkan sekalipun keadaan genting, salah satu kunci kemenangan." Sofia menambahkan.

"Ibarat bunga mawar. Kecantikannya mampu memikat siapa saja. Namun, dibalik kecantikannya ia mampu melukai siapa saja. Kemampuan manipulatifnya sangat luar biasa yang membuat siapa saja tidak sadar akan hal itu. Itu juga salah satu kunci kemenangan pertaruhan kali ini." Omorfia memberikan pendapatnya. Ia tersenyum kemudian menghirup aroma bunga mawar yang sudah dibawa tadi.

"Ibaratnya pasir hisap di tengah-tengah gurun pasir. Tidak akan ada siapa pun yang akan tau dimana pasir isap itu berada di hamparan luasnya gurun pasir tersebut. Jika kita bisa mengelabui lawan kita dan membuat seolah-olah sebuah aliran sungai yang mengalir sesuai jalurnya. Lawan kita akan masuk ke perangkap kita tanpa mereka sadari. Itu salah satu kunci kemenangan dalam beradu strategi." Gi dengan tenang berbicara. Ia membuka matanya. Terlihat sepasang batu emerald bersinar dengan penuh keanggunan.

"Ibarat ombak di laut yang selalu pasang surut. Jika kita bisa membuat situasi naik turun, lawan kita berpikir itu sudah sewajarnya. Maka, mereka berada dalam genggaman kita." Dimiourgos dengan senang memberi pendapatnya.

...☆☆☆☆☆...

"Lawan kita sudah mulai bergerak. Sekarang mereka akan jauh lebih waspada pada kita dan menyusun rencana untuk menghentikan kita. Ini sangat menarik." Pria itu memainkan biola dengan sangat anggun. Melodinya nan indah memberikan ketenangan ke seluruh penjuru kastil.

"Peperangan baru saja dimulai." Pria yang lainnya memainkan tus-tus piano itu dengan sangat lihai.

"Mari kita lihat siapa yang akan menjatuhkan siapa. Apa kita akan menjatuhkan mereka terlebih dulu atau mereka yang menjatuhkan kita terlebih dahulu. Ini akan semakin menarik. Aku tidak sabar apa yang akan terjadi selanjutnya." Wanita Onyx memetik senar-senar harpa yang penuh keanggunan.

"Game baru saja dimulai. Mari kita lihat siapa yang akan memenangkan permainan ini. Aku berharap musuh kita memberikan kejutan yang menarik. Kalau tidak game ini akan membosankan." Wanita lavender memetik senar-senar gitar dengan indah. Ruangan itu dipenuhi oleh melodi arrangement dari keempat alat musik itu. Perpaduan keempatnya membuat melodi yang sangat lembut, indah dan sempurna bak cahaya bulan purnama pada malam hari.

"The game has just begun. Who will be the winner in this game." Keempatnya berbicara bersamaan. Wajah mereka seperti psikopat yang akan memainkan sebuah game kematian.

Terpopuler

Comments

Quản trị viên

Quản trị viên

Gak bisa berhenti membaca, cerita ini keren banget, semangat terus author!

2023-07-23

0

💟《Pink Blood》💟

💟《Pink Blood》💟

Makin ketagihan.

2023-07-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!