Sosok gadis melangkah dengan percaya diri menuju gerbang sekolah. Ia mengenakan seragam putih abu-abu yang terlihat rapi dan bersih. Matanya yang tajam menatap sekelilingnya dengan sikap cuek. Ia tidak peduli dengan pandangan orang lain yang mungkin menghakimi atau mengaguminya.
Sekolah itu sudah mulai ramai dengan para murid yang berdatangan. Mereka berbaur dalam kelompok-kelompok kecil, saling bercanda atau berbagi cerita. Namun, begitu melihat gadis itu lewat, mereka segera memberi ruang untuknya. Mereka tahu siapa dia dan apa yang bisa dia lakukan.
Ranela Zefanya Eleonora adalah gadis pemberani yang tidak segan-segan menegur atau menantang siapa pun yang berbuat salah. Ia juga pintar dan cerdas, selalu aktif dalam pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler. Ia memiliki banyak teman, baik cowok maupun cewek, tapi tidak ada yang benar-benar dekat dengannya. Ia selalu menjaga jarak dan tidak mau terlibat dalam masalah cinta.
Tidak seperti cowok yang sedang berdiri di depan gerbang dengan wajah murung. Ia membawa bunga dan cokelat di tangannya, tapi tampaknya ia baru saja ditolak oleh cewek pujaannya. Cewek itu berambut merah mencolok dan berpakaian seksi. Ia tertawa terbahak-bahak sambil memamerkan pacar barunya yang lebih ganteng dan kaya.
Nela merasa jijik melihat adegan itu. Ia tidak suka dengan orang-orang yang mempermainkan perasaan orang lain, apalagi di depan umum. Ia merasa itu tidak adil dan tidak sopan. Ia pun memutuskan untuk melakukan sesuatu.
Ia melemparkan permen karet yang sedang dikunyahnya ke arah cewek berambut merah itu. Permen karet itu mengenai rambutnya dengan tepat, membuatnya kaget dan marah.
“Hey, gila! Maksud lo apa?!” teriak cewek itu sambil mencoba melepaskan permen karet dari rambutnya.
Nela mendekatinya dengan santai, sambil tersenyum sinis. “Gue? Oh, nggak perlu marah. Tadi lo ngapain kayaknya asyik banget.”
Ia menoleh ke arah bunga dan cokelat yang berserakan di lantai. Ia berdecak kesal sambil menatap cewek itu dengan tatapan tajam.
“Oh, pernyataan cinta? Lo ditolak sama tuh cewek, ya?” tebak Nela sambil mengambil sebatang cokelat dari lantai.
Ia melemparkan cokelat itu ke arah cowok yang masih berdiri di tempat dengan wajah pucat. “Sayang kalau dibuang. Sama kayak lo percuma manis tapi attitude nol. Nolak boleh aja tapi apa perlu di depan banyak orang?”
“Nggak perlu ikut campur! Ini urusan gue sama dia!” bentak cewek itu sambil menunjuk cowok di depannya.
Nela menggeleng-gelengkan kepala sambil mengejek. “Lo itu udah hmm … langgar ketimpangan gender tau nggak? Mentang-mentang para cowok diminta ngejar cewek bukan berarti harus dibikin malu, dong? Begitu juga sebaliknya.”
Para murid yang menyaksikan adegan itu hanya diam sambil memperhatikan perdebatan kedua gadis itu. Mereka bisa melihat siapa yang lebih berpendidikan dan siapa yang lebih kasar.
“Cih, cabut guys!” ujar cewek berambut merah itu sambil menarik pacarnya pergi dari tempat itu.
Nela hanya tertawa puas. Akhirnya cewek itu pergi juga tanpa bisa melawan dirinya. Jika ingin melawan orang seperti Nela, harus bersikap tenang dan jangan emosi.
“Udah cepet berdiri nggak malu apa duduk di lantai. Urusan gue udah selesai dan terserah lo mau ngapain,” kata Nela sambil menawarkan tangannya kepada cowok yang masih duduk di lantai.
Cowok itu menatap tangannya dengan raut wajah serius. “Makasih.” ucapnya sambil menerima bantuan Nela untuk berdiri.
“Of course, kalau gitu gue pergi.” ujar Nela sambil berbalik dan melanjutkan langkahnya menuju kelasnya.
...****************...
Nela duduk di bangku paling depan, menatap papan tulis yang berisi materi pelajaran. Ia adalah seorang pelajar sosiologi yang mempelajari tentang kehidupan sosial atau bermasyarakat.
“Ketimpangan sosial adalah ketidaksamaan kelompok dalam menikmati sumber daya,” baca guru di depan kelas.
Nela tersenyum lebar. Ia sangat menyukai materi tentang ketimpangan sosial. Ia merasa itu penting untuk memberikan wawasan kepada masyarakat yang masih banyak terpapar stigma sosial.
“Baiklah, ibu akan memberikan faktor penyebab lalu kalian akan memberikan contohnya. Salah satu faktor yaitu sumber daya alam. Apa ada yang bisa menyebutkan contohnya?” tanya guru sambil menatap sekeliling kelas.
Para murid kembali diam sambil berpura-pura membaca buku. Mereka tidak mau mengangkat tangan karena takut salah atau malas. Namun, berbeda dengan Nela yang langsung mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
“Contoh, kota A kalah maju dalam pembangunan dibandingkan kota B karena kota B memiliki sumber daya alam batu bara yang melimpah,” jawab Nela dengan lancar.
Semua murid bertepuk tangan mengapresiasi jawaban Nela. Guru pun ikut bertepuk tangan karena bangga dengan muridnya.
“Bagus, Ranela Zefanya Eleonora! Kamu boleh saja nakal tapi jangan lupakan wawasan,” puji guru sambil tersenyum.
Nela yang disapa Nela itu hanya tersenyum manis. Para siswa yang ada di dalam kelas hanya cuek mungkin karena terbiasa melihat tingkah Nela.
“Iya, Bu. Nakal gini juga ada alasannya kali,” ucap Nela dengan menjulurkan lidahnya.
“Udah kali, La. Itu ibunya udah kepanasan,” bisik Amel, teman sebangku Nela yang sudah menjadi sahabatnya di sekolah SMK 1 Xeandra.
Nela menoleh ke arah Amel yang berwajah imut dan lucu. Ia hanya bersyukur menemukan teman cewek yang baik di kalangan sekolah STM ini.
“Iya, Selly Nur Amelia. Gue cuma jelasin aja kok tadi,” ucap Nela sambil mencubit pipi Amel.
“Ih, jangan cubit pipi gue! Sakit tau,” protes Amel sambil menatap Nela dengan kesal.
“Iya, cantik.” balas Nela sambil tertawa.
...****************...
Nela menatap sekeliling ruangan dengan penuh minat. Ia berada di kantin sekolah, tempat para murid bersantai dan bersenang-senang. Ia melihat banyak pria yang tampak ganteng dan macho, tapi tidak ada yang menarik hatinya.
Ia menarik tangan Amel agar mengikutinya menuju meja yang sudah ditempati oleh beberapa temannya. Mereka adalah teman-teman baik Nela, tapi tidak lebih dari itu. Mereka hanya saling menghormati dan membantu satu sama lain, tanpa ada rasa cinta di antara mereka.
“Eh, Nela gue denger tadi ada cewek yang ngelakuin ketimpangan gender, ya?” tanya Raka, salah satu temannya yang berwajah tampan dan berotot.
"Hooh, nggak sengaja tadi gue liat. Jadi gue tegur aja tapi kalau kalian mau beri pelajaran juga terserah," ucap Nela dengan dengan mengangkat bahunya.
Nela menatap layar ponselnya dengan tatapan tajam. Ia baru saja melihat sebuah video yang membuat darahnya mendidih. Video itu menunjukkan seorang gadis yang diperlakukan seperti budak oleh sekelompok pria. Mereka menyiksa, menghina, dan mempermalukan gadis itu di depan umum. Video itu diunggah oleh salah satu pelaku dengan caption yang menyindir bahwa wanita adalah makhluk lemah yang pantas mendapat perlakuan kasar.
Nela mengenal gadis itu. Ia pernah bertemu dengannya di sebuah acara olimpiade sains. Gadis itu bernama Rani, murid dari SMA Victoria, sekolah swasta terkenal di kota ini. Nela terkejut bahwa Rani menjadi korban kekerasan gender seperti itu. Apalagi Rani adalah murid pintar yang sering memenangkan berbagai kompetisi akademik.
Nela tidak bisa tinggal diam. Ia adalah Ketua Girl di geng B&G, sebuah geng yang berjuang melawan ketimpangan gender di masyarakat. Geng B&G terdiri dari pria dan wanita yang memiliki misi untuk memberantas segala bentuk diskriminasi, pelecehan, dan kekerasan terhadap gender lain. Mereka tidak segan-segan memberikan pelajaran kepada siapa pun yang melanggar norma kesetaraan gender.
Nela mengirim video itu ke grup geng B&G. Ia ingin membagikan kemarahannya kepada teman-temannya. Ia juga ingin merencanakan aksi balas dendam kepada para pelaku.
“Kalian lihat ini? Ini Rani, murid SMA Victoria. Dia diperlakukan kayak sampah oleh para bajingan ini. Kita harus ngasih mereka pelajaran!” tulis Nela dengan nada marah.
Tidak lama kemudian, ia mendapat balasan dari Ketua Boy, yaitu Aldi, ketua OSIS di sekolahnya. Aldi adalah adik kelas Nela, tapi ia sangat menghormati Nela sebagai Ketua Girl. Aldi juga memiliki semangat yang sama dengan Nela dalam melawan ketimpangan gender.
“Gue udah liat video itu, Nela. Gue juga kenal Rani. Dia temen gue pas olimpiade sains kemarin. Gue nggak nyangka dia jadi korban kayak gini,” tulis Aldi dengan nada prihatin.
“Kita harus ngelakuin sesuatu, Aldi. Kita nggak bisa biarin mereka lepas gitu aja,” balas Nela dengan tegas.
“Setuju, Nela. Gue udah cari tau siapa aja yang terlibat dalam video itu. Salah satu dari mereka dari sekolah kita juga, loh. Mereka anak-anak SMA Victoria yang suka nongkrong di dekat lapangan basket,” jelas Aldi dengan detail.
“Serius? Mereka dari sekolah kita? Gila, gue nggak pernah sadar ada orang-orang bejat kayak gitu di sekitar kita,” ujar Nela dengan kaget.
“Iya, serius. Gue udah chat salah satu dari mereka. Namanya Dika. Dia kayaknya paling ngefans sama Rani. Gue pura-pura jadi temennya dan ngajak dia buat ketemuan nanti sore,” lanjut Aldi dengan licik.
“Bagus, Aldi. Lo pintar banget nyamar jadi temennya Dika. Lo suruh dia bawa temen-temennya juga, ya? Biar kita bisa beresin mereka semua sekaligus,” puji Nela dengan senang.
“Oke, Nela. Gue udah suruh dia bawa temen-temennya juga. Mereka mau ketemuan di taman kota jam lima sore nanti,” konfirmasi Aldi dengan percaya diri.
“Oke, deal! Kita ketemuan di taman kota jam lima sore nanti juga! Kita bakal kasih mereka sambutan yang hangat!” sahut Nela dengan antusias.
Nela menutup ponselnya dan tersenyum puas. Ia berdiri dari kursinya dan melihat sekeliling kelas. Ia melihat teman-teman geng B&G yang sudah siap untuk beraksi. Mereka semua menatap Nela dengan tatapan penuh semangat.
“Girl, boy, kita punya misi hari ini. Kita bakal main-main sama para lelaki bejat yang udah sakiti Rani. Kita bakal buat mereka menyesal seumur hidup!” ucap Nela dengan lantang.
Para anggota geng B&G bersorak dan bertepuk tangan. Mereka semua setuju dengan rencana Nela. Mereka semua siap untuk memberikan pelajaran kepada para pelaku kekerasan gender.
Nela merasa bangga dengan gengnya. Ia merasa bahwa ia sedang melakukan hal yang benar. Ia merasa bahwa ia sedang membela keadilan.
Nela tidak peduli dengan apa yang orang lain pikirkan tentang gengnya. Bagi Nela, geng B&G adalah keluarga yang saling mendukung dan melindungi. Mereka tidak takut untuk melawan ketidakadilan yang ada di masyarakat.
Nela berjalan keluar kelas dengan langkah mantap. Ia diikuti oleh teman-teman gengnya yang juga berjalan dengan percaya diri.
Nela tidak sabar untuk bertemu dengan para lelaki bejat itu. Ia tidak sabar untuk membuat mereka menderita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Rohani 15
wah bagus nih ada geng kayak gini
2023-07-22
1
Rohani 15
:)
2023-07-22
0
Rohani 15
bagus namanya
2023-07-22
0