Ketika Anis sedang sarapan Novi datang dengan wajah yang terlihat habis menangis.
"Lo gak sarapan nona manis" tanya Anis sembari menghibur Novi
"Gue udah sarapan tadi sebelum Lo bangun dari mimpi Lo, nona bobo" jawabnya
"Laahh...kenapa jadi nona bobo harusnya kan Nina bobo" ucap Anis lagi merasa malu karena bagun kesiangan
"Kan, bener nona bobo, habisnya Lo tuh tukang molor kan, dan kalau gue panggil Lo Nina bobo, nama Lo tuh bukan Nina tapi Nisa, paham"
tukas Novi panjang kali lebar seperti mulai kesal kepada Anis
"Maaf deh atas ketidaksopanan gue yang bagun sedikit lama dari tuan rumah" kata Anis kemudian sambil menyatukan tangan, tanda permintaan maaf 🙏
"Bukan Lo yang harusnya bilang maaf melainkan gue yang bilang makasih, karena Lo udah hibur gue, lo tau gimana cara untuk bikin gue gak sedih, lo memang sohib terbaik gue, nis"
"Sama-sama nona" ucap Anis kemudian dan kami berdua saling tersenyum
Begitulah cara agar Novi tidak merasa sedih, anis hanya perlu membuatnya merasa kesal pada Anis lantas memasang wajah cemberutnya, kemudian tersenyum karena merasa ulah Anis sangat konyol.
Begitu sebaliknya dengan Anis sendiri, yang sama halnya dengan Novi, cara untuk menghiburnya pun demikian.
Ketika Anis selesai makan Novi berencana mengajak dirinya ke Mall, Mereka berdua pun bersiap-siap, setelah selesai bersiap, mereka berangkat dengan mobil milik Novi.
Di sana bukannya berbelanja seperti wanita pada umumnya, yang ke Mall saja terkadang bisa sampai menghabiskan setengah harian waktunya untuk berbelanja.
Mereka kemari itu, justru tanpa tujuan yang jelas, hanya sekedar mondar-mandir sana sini dari toko satu ke toko lainnya, tanpa membeli apapun ketika keluar.
Bukan karena tidak mampu membeli, tapi hanya saja Novi dan Anis cuma akan membeli keperluan yang memang Mereka butuhkan tanpa harus mubazir, terkadang tak jarang kan wanita membeli ini itu dengan harga fantastis namun tidak membutuhkannya melainkan hanya menjadi pajangan saja.
Setelah begitu puas walaupun hanya dengan berkeliling melihat-lihat tanpa membeli satupun barang, mereka makan siang di sebuah restoran setelah itu memutuskan untuk pulang, dan kali ini Novi yang akan ke rumah Anis.
Sampai di rumah suasana sangat sepi kelihatannya seperti tidak ada orang, mereka berdua masuk langsung menuju kamarnya Anis, dan saat ketika Mereka akan menaiki tangga terdengar suara dari ruang kerja paman, anis dan Novi tidak melanjutkan langkah menaiki tangga, justru malah menuju ke ruang kerja paman Anis, takut jika ada maling, mengingat rumah yang kelihatan sepi.
Tapi hal lain yang malah mereka dapatkan, yaitu sebuah kenyataan bahwa paman Bara sedang berbicara dengan bibi Shintia, kalau mereka telah berhasil menguasai sepenuhnya seluruh harta warisan Anis.
Anis terperanjat dengan apa yang ia dengar, anis yang ingin masuk malah di cegah Novi, ia pun mengurungkan niat untuk melabrak paman Bara.
Anis berjalan lemas menuju kamar, mengetahui kebenaran yang sangat membuatnya sedih, novi pun tidak mampu menghiburnya kali ini, justru dia malah ikut dalam kesedihan Anis, kenyataan dimana Anis yang di tinggal pergi oleh kedua orang tuanya dan harus ikhlas merelakan segala yang di milikinya di ambil oleh paman dan bibi, seolah ia adalah anak yatim-piatu yang hidup sebatangkara.
Skip.
Beberapa Saat Kemudian...
Anis memberanikan diri menuju ruang kerja paman Bara, setelah sebelumnya baru saja terlebih dulu mengantarkan Novi ke depan rumah karena dia harus pulang.
"Paman Bara, boleh Anis masuk...??"
tanya Anis
"Untuk apa..?? kamu itu sudah bukan siapa-siapa lagi di rumah ini, jadi kamu udah gak ada hak minta izin masuk kemari, karena seharusnya kamu tuh udah pergi dari rumah ini" bibi menyahut to do points
"Apa yang dikatakan bibi Shintia itu benar Anis" paman Bara kemudian menyahut juga
"Tapi...ta_pi bukannya..." ucap Anis terbata
"Tapi apa Anis, apa kamu pikir kamu hanya menandatangani surat-surat kuasa begitu..!! ha-ha- ha...kamu salah"
ucap paman yang memotong kata-katanya
"Kamu salah anak t***l" tambah bibi
"Maksudnya" tanya Anis kemudian
"Maksudnya kamu bukanlah menandatangani surat-surat kuasa melainkan surat-surat balik nama yang di sana tertulis bahwa kamu menyetujui pemindahan seluruh harta kekayaan mu kepada ku" jawab paman lagi menjelaskan segalanya
Penjelasan akhirnya selesai kala bibi keluar dari ruangan kerja paman yang dulunya di gunakan Papa sebagai ruangan kerjanya, dia menuju ke kamar Anis, mengambil beberapa buah pakaian lalu memasukkannya ke dalam koper, lantas melemparkannya di depan Anis ketika bibi kembali lagi ke ruangan kerja tersebut.
Anis di minta pergi dari rumah yang sekarang menjadi hak mereka, anis pun hanya menuruti keinginan mereka, anis bahkan saat ini tidak mampu melawan meski Anis bisa saja melawan, anis mungkin memang t***l seperti kata bibi, tapi Anis yang memang dari awal tidak begitu tertarik dengan harta, tidak ingin membuat paman dan bibi lebih marah lagi sehingga akan melakukan tindakan yang di luar kendali.
Anis keluar ruangan, ia melangkah menuju kamar kedua orang tuanya, mengabil album foto keluarga mereka, lalu segera beranjak pergi dari rumahnya, berjalan menyusuri trotoar, memikirkan semua yang telah terjadi, kepergian kedua orang tuanya dan keserakahan paman, air mata pun terus saja menemaninya saat ini, tentu...!!,
tentu hanya air mata yang dapat menemaninya sekarang.
Anis yang tidak tahu harus apa dan ingin kemana, kemudian muncul inisiatif, memutuskan pergi ke rumah Novi, anis hanya bisa meminta bantuannya saat ini, sekadar untuk menghibur dirinya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments