Hidup Kembali Menjadi Kekasih Duke
Di tengah hutan yang gelap, Ghotel berlari melintasi pepohonan. Dia tidak mengira penyihir sepertinya bisa di pukul mundur oleh manusia biasa. Pedang orang itu bukan pedang sembarangan. Ghotel bisa merasakan kekuatan hebat berasal dari benda itu.
Ghotel menggigil hebat, perlahan kulit mulusnya berubah keriput. Ghotel melihat punggung telapak tangannya kembali ke kulit aslinya. Rambut merahnya jatuh ke tanah, helai demi helai terbawa angin. Ghotel memandang langit yang berubah merah.
Dari kejauhan dia masih bisa mendengar suara prajurit yang masih bertarung dengan monster-monster yang dia lepaskan. Dia menyeringai saat derap kaki kuda mendekat ke arahnya.
Kuda itu meringkik tepat tiga meter di depannya. Duduk di atas kuda, seorang ksatria tanpa pelindung kepala menatap tajam Ghotel. Baju zirahnya penuh dengan noda darah monster, merah dan biru. Ksatria itu memandang tajam Ghotel dengan mata coklatnya tajam. Dia menggenggam pedangnya bersiap menyerang.
"Kau punya permintaan terakhir?" tanya ksatria itu dengan nada dingin.
Mendengarnya Ghotel tertawa, punggungnya yang ringkih bergoyang ke depan dan ke belakang. Seiring tawanya yang semakin keras.
"Sungguh sangat congkak. Manusia sepertimu berani bertanya padaku, apa yang aku mau?" jawab Ghotel dengan suara parau. Ghotel menelan ludahnya melihat kilat yang dihasilkan oleh pedang si ksatria.
"Aku tidak sungguh-sungguh. Pada akhirnya, aku hanya akan membunuhmu," ucap si ksatria masih dengan nada dingin.
"Membunuhku? Wanita tua seperti aku?" cibir Ghotel.
"Wanita hanya panggilan untuk manusia saja. Kau, sama sekali tidak bisa disebut begitu. Kau adalah monster yang membunuh banyak orang tidak berdosa. Jadi, sebutkan saja permintaan terakhirmu. Aku tidak berniat menunggu untuk menghabisi mu." Ksatria itu bersiap dengan pedangnya. Satu tangannya mencengkram pelana kuda. Matanya menyipit serius.
Sedang Ghotel sedang menggambar sesuatu di tanah dengan tangannya. Seiring derap kaki kuda yang berjalan kearahnya. Ghotel tersenyum sambil merapal mantra. Disaat formasi sihirnya selesai saat itu juga perang si ksatria menusuk dadanya.
Hari itu kemenangan milik semua ksatria yang berjuang di garis depan melawan monster, baik yang gugur ataupun yang bertahan. Sejak hilangnya nyawa penyihir jahat itu semua monster pun lebih mudah untuk di taklukkan.
Ksatria yang menusuk Ghotel turun dari kudanya. Dengan dingin mencabut pedangnya dari tubuh Ghotel. Menginjak formula sihir yang tiba-tiba bercahaya menyilaukan. Di tengah usahanya untuk menghindari silau cahaya itu. Ksatria itu mendengar seseorang berbisik dengan suara wanita yang parau.
Terima kasih, akhirnya aku bisa mati.
.
.
Dua tahun kemudian, Romano Ibu kota kerajaan Rhodes
Armand sekuat tenaga mengendalikan pelana kudanya agar kudanya berlari lebih kencang. Hari-hari ini terlalu damai sehingga dia menjadi lengah.
Duke, adik raja itu diberitahu kalau kekasihnya diserang oleh kelompok pemberontak, dia sedang berada di rapat parlemen saat menerima kabar itu dan langsung meninggalkan istana.
Duke menghentikan kudanya setelah hampir mencapai pintu. Dia disambut pelayan kekasihnya yang berlari kearahnya.
"Duke, nyonya ...." pelayan itu berkata lirih. Sedang Armand tidak menghentikan langkahnya.
Sial. Armand mengumpat dalam hati. Orang yang dekat dengannya akan selalu mengalami bahaya seperti ini. Bagaimana dia lupa.
"dokter?" tanya Armand pada butler kekasihnya yang menunggu di depan pintu kamar.
"Sudah ada di dalam Tuan." Pria tua itu menjawab sopan.
Armand belum bisa menenangkan dirinya. Dia ingin cepat masuk kedalam sana, ke kamar dimana kekasihnya berbaring.
Pintu terbuka mencuri atensi semua orang. Armand segera menghampiri dokter yang keluar dari sana.
"Nyonya Abela sempat sadar sebentar. Tapi dia tertidur lagi." Dokter menjelaskan dengan sedikit takut. Bagaimanapun yang didepannya sekarang ini bukan orang sembarangan.
"Informasikan pada kuil untuk mengirim penyembuh kemari." Armand memerintah entah pada siapa. Mereka tidak merasa heran. Armand sudah pasti memerintah orang-orang yang selalu mengikutinya seperti bayangan.
Armand mengangguk sedikit pada dokter itu dan masuk ke dalam kamar. Melihat wanita yang sudah jadi kekasihnya selama dua tahun itu terbaring lemah. Perban membungkus beberapa bagian tubuhnya.
Armand duduk di samping tempat tidur, tangannya terulur membelai rambut kekasihnya pelan.
"My lady," bisik Armand di telinga Abela. "Bangunlah, aku mohon." Armand menggenggam tangan Abela. Merasa putus asa dengan keadaan ini. Dia tidak meninggalkan Abela sedikitpun. Bahkan saat para penyembuh datang untuk menyembuhkan luka Abela. Armand tetap duduk di samping Abela.
.
.
Ghotel merasa berjalan melayang di udara. Dia melihat kulit tangannya yang sudah menjadi muda lagi. Sedang setitik cahaya terlihat di ujung ruangan tidak berbatas itu. Semua akhirnya menjadi putih.
"Ghotel ...." ada suara bergema memanggil namanya. Membuat Ghotel mencari sumber suara itu.
Ghotel memandang titik cahaya didepannya.
"Aku mendengarkan," jawab Ghotel.
"Jika aku memberimu kesempatan hidup sekali lagi. Apa kau akan menghancurkan dan berbuat jahat lagi?" Suara itu ada lagi. Lebih jelas dari sebelumnya.
"Aku tidak ingin hidup lagi. Aku sudah hidup terlalu lama," jawab Ghotel. Sesaat sebelum dirinya tertusuk pedang, Ghotel membuat formasi sihir dan merapal mantra agar bisa mengunci sihirnya. Sehingga saat ksatria itu menusuknya dia bisa meninggalkan dunia fana.
"Begitukah? Aku kira kamu ingin balas dendam " kata Suara itu membuat Ghotel waspada.
"Tidak, aku melakukan itu dengan sengaja. Tertidur disini cukup nyaman," Ghotel menjawab ringan.
Terdengar suara tawa yang nyaring. Bukan suara Ghotel. Ghotel terdiam.
"Kau tidak akan membuatku hidup kembalikan?" tanya Ghotel ragu.
"Hiduplah dan bayarlah semua kesalahan yang telah kamu perbuat," ujar suara itu semakin menjauh.
"Kau ... jangan bercanda ... Aku. Tidak. Mau .Hidup." Ghotel menekan semua kata-katanya. Dia sudah terlalu bosan hidup di dunia menjadi penyihir yang kesepian.
Tapi kehendaknya tidak ada apa-apanya di banding kehendak Sesuatu yang lebih besar kekuatannya. Ghotel berusaha melawan saat sesuatu menarik dirinya ke dalam satu titik cahaya yang tadi Ghotel lihat.
Percuma, Ghotel tidak bisa menahan dirinya lagi. Tubuhnya tersedot masuk kedalam cahaya itu. Ghotel berteriak mengutuk pada ruang kosong itu. Seiring tubuhnya terhisap cahaya, teriakannya semakin jauh terdengar.
.
.
Ghotel perlahan mencoba membuka matanya. Dia terbaring di tempat yang sangat nyaman. Samar-samar dia mendengar suara orang berbincang. Yang pertama dia lihat adalah langit-langit yang cukup tinggi. Rasa haus menyerang Ghotel. Ghotel berusaha menggerakkan badannya yang terasa sakit dan perih. Akhirnya hanya bisa mengerang. Erangan Ghotel terdengar oleh orang-orang yang sedang sibuk berbincang tadi. Mereka dengan cepat menghampiri Ghotel.
"Abela? Kamu bangun?" tanya seseorang dengan suara rendahnya. Entah dimana Ghotel pernah mendengar suara itu.
"a ... A-air ...." Ghotel berusaha mengatakan kalau dia ingin minum. Yang dengan segera dimengerti. Pemilik suara tadi membantu Ghotel bangun dengan tangannya. Sedang satu tangannya yang lain memegang gelas, membantu Ghotel minum.
Setelah tenggorokannya terasa lega, Ghotel kembali berbaring. Memejamkan matanya sebentar untuk membuat pikirannya fokus.
"Abela ...." panggil suara rendah yang tadi didengar Ghotel.
Ghotel mengerutkan keningnya. Jadi dia terbangun dalam tubuh orang lain. Mau tidak mau amarah kembali dirasakan. Dia benar-benar melakukan segala cara agar bisa istirahat dan meninggalkan dunia ini. Akhirnya, dia kembali hidup untuk menjalani kehidupan orang lain.
Ghotel dikejutkan oleh kecupan yang mendarat di keningnya. Dengan perlahan membuka matanya. Melihat siapa yang berani melakukan itu padanya. Sudah lama sekali dia tidak merasakan keberadaan orang lain di dekatnya.
Ghotel memfokuskan penglihatannya pada sosok yang menggenggam tangannya erat itu. Duduk di samping tempat tidurnya. Yang sekarang tersenyum lalu mengecup tangannya.
Orang itu memiliki pupil coklat, pandangan matanya terlihat tajam di bawah alisnya yang tegas. Tulang hidungnya tinggi dan bibir tipisnya berwarna merah muda. Pria itu sangat tampan, rambutnya yang coklat sedikit berantakan. Dia terlihat mirip dengan orang yang ada dalam ingatan Ghotel. Siapa? Ghotel bertanya pada dirinya sendiri.
"Syukurlah kamu sadar, kamu tidur terlalu lama. Membuatku takut." Orang itu berkata lembut dengan suara rendahnya. Dia sedikit menjauhkan wajahnya dari tangan Ghotel dan tersenyum.
Ghotel kembali memfokuskan penglihatannya. Dan mencoba menggali memorinya. Ghotel melebarkan matanya saat tersadar dan menemukan ingatannya. Orang itu ... adalah ksatria yang membunuhnya.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Lembayung jingga🥀🍃
novel mu bikin ku berimajinasi Thor lanjutkan
2023-09-12
1
cloud
prolognya aja udah keren😍
2023-08-23
2
Othsha
nice story.... Alur kisah keren... Ntar mampir lagi ya.. Semangat update thor... ❤
2023-08-14
1