Sisa Rasa

🌻Winona

Angin malam menerpa tubuh, membuatku mengusap pergelangan tangan dengan gerakan cepat. Perasaan marah dan kecewa menyatu, membuatku dengan mudah meluapkan kekesalan pada pria itu.

Anehnya, mengapa sorot mata itu terkesan kaget?

Aku mendengus, mengingat kalimat terakhirnya. Coffee time?

Aku benci mendengar kata itu keluar dari mulutnya! Benci karena Jacob masih mengingat kata itu. Jika besok dia benar-benar menungguku di perpustakaan dengan segelas Cappuccino, aku….

Ugh!

Tempat itu, di mana Jacob memintaku menjadi pacarnya. Waktu itu aku bingung, sekaligus bahagia. Karena kami baru mulai dekat sekitar dua bulan, karena disatukan oleh projek artikel ilmiah.

Aku tidak terlalu mempertanyakan alasannya menyukaiku. Dia hanya mengatakan, ‘kamu membuatku lupa waktu. Dan bersamamu, aku bisa menjadi diriku. Tidak perlu berpura-pura.’

Dan alasanku sendiri? Huh…

Dia pria tampan dan memiliki kehidupan sosial menengah ke atas. Aku tidak tahu seberapa kayanya keluarga Jacob, atau seberapa besar pendapatan pria itu. Karena yang jelas bagi otak kurang mampuku ini, dia pria yang kaya.

Lantas, mengapa aku menolak menjadi pacarnya?

Ah, aku teringat apa yang Sepia katakan. Bahwa Jacob ‘terpaksa’ berpacaran denganku. Hanya karena dia menolak perjodohan oleh kakeknya. Dan aku sama sekali tidak memperdulikan apa kata sahabatku itu!

Aku pikir, dia hanya iri karena pacarku lebih tampan daripada pacarnya waktu itu.

Memang hubungan itu, tidak mudah untuk aku jalani. Berbagai komentar pedas terus muncul di postingan Instagram, ketika aku mempublikasikan hubungan kami.

...📱...

| Paling cuman buat ‘dipake’ doang! U know what I mean 😌

| Emang dia siapa? Serius nanya…

| Cantik sih, tapi kasian Jacob. Hati-hati black card kamu hilang sayang😘

| Paling lama tiga bulan. Habis itu putus.

...📱...

Aku mengusap wajah, mengenyahkan sisa-sisa pikiran mengenai Jacob. Bahkan menyebut namanya kembali meninggalkan desiran aneh di hatiku.

Senyum kecil tertarik di ujung bibirku. Jika aku jujur pada diri sendiri, aku merasa senang jika Jacob masih mengingat apa yang aku suka!

Tadi dia juga ingin mengutarakan alasan, jika saja aku memberinya kesempatan berbicara. Namun aku tidak memberinya celah untuk membela diri.

Bagaimanapun, pria itu pacar pertamaku. Dan setelahnya, tidak ada yang bisa menggantikan posisi pria itu di pikiranku! Ya, wajahnya memang tampan luar biasa. Suara beratnya meninggalkan mantra yang membuatku mengingat betapa manisnya kalimat yang keluar dari bibirnya.

Saat aku sudah berada di lobi, aku mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Sudah pukul 9.45 malam!!

Oh, tidak! Jarak dari Mall ini ke kosanku sekitar 25 menit. Area di dekat sana juga sepi jika lewat jam sepuluh malam.

Aku bersedia menunggu Sepia, karena dia akan mengantarku pulang! Sekarang bagaimana?

Bahkan Sepia tidak membalas pesanku!

Ketika layar ponsel masih memuat beranda, sebuah mobil hitam berhenti tepat di hadapanku. Kaca mobil diturunkan, membuatku dengan cepat berpaling muka dan menjauh. Aku merasa risih saat dihadapkan dengan situasi seperti ini!

“Winona!” panggilan dari suara serak itu membuat punggungku menegang.

Perlahan, aku memutar wajah. Aku mengambil napas tajam, menatap dengan mata lebar ke arah pria di balik kemudi. “Gema!” desisku.

Senyum pada wajah itu membuatku merinding. “Udah larut gini, kamu ngapain di sini?” tanya Gema, terdengar santai.

“Kamu sendiri ngapain di sini?” ujarku cepat.

“Aku ada meeting di hotel sebelah.”

“Oh! Trus ngapain lewat sini?”

“Ehm…” Gema tertawa gugup. “Ya tadi aku di telpon sama Sepia. Katanya kalian ketemuan di sini. Trus aku rencananya mau nyamperin aja.”

“Kita nggak jadi ketemuan,” ujarku sambil mengembuskan napas kesal. “Sepia juga nggak bisa dihubungi.”

“Oh, ya? Bentar ya, aku tanya dulu…” Gema mengambil ponselnya.

Ini aneh! Tadi awalnya, Gema bertanya mengapa aku di sini! Lalu dia mengatakan bahwa Sepia menelponnya, mengatakan aku akan bertemu dengan wanita itu di sini. Jelas Gema tahu keberadaanku di Mall ini. Dan ekspresi terkejut pada wajah itu hanyalah akting belaka!

Jelas ada sesuatu yang tidak biasa di sini!

Sesaat kemudian, Gema kembali melirik ke arahku. “Trus kamu mau pulang sekarang?”

Aku mengangguk cepat. “Ya. Ini lagi nungguin oj…”

“Aku anterin aja,” sela Gema. Sebelah alis pria itu terangkat, “gimana?”

Aku menggeleng cepat. “Nggak usah repot-repot! Rumah kita juga beda arah.”

“Padahal kita bisa satu rumah…” gumamnya pelan. Suara itu rendah, namun masih masuk jarak dengarku.

“Apa?”dengusku kesal.

Gema menggaruk pelipisnya, “udah malam Wio sayang. Kalau tukang ojolnya macam…”

Aku terkekeh pelan. “Justru kalau gue pulang sama lo, malah gue mikir yang aneh-aneh!”

Gema menggeleng cepat. “Nggak… nggak! Kamu sahabat istri aku. Mana mungkin aku berani macam-macam sama kamu. Lagian aku bukan tipe cowok yang ‘maksa’ cewek untuk…”

Seringaian kecil timbul di sudut bibirnya. Mata itu sedikit lebih lama menatapku. Bukan balas menatap mataku, tapi ke arah bibirku.

Bajingan tidak bermoral!

Apa hanya asumsi sepihakku saja? Atau memang Gema pria mesum tak tahu rasa malu!

Aku merasakan sentuhan hangat di pundak. Reflek membuatku menoleh dari balik bahu.

Tatapan mataku bertemu dengan sorot tajam itu. Rahangnya sedikit mengencang, saat ia menggerakkan kepalanya ke bawah. “Anda siapa?”

“Anda yang siapa!” balas Gema sedikit membentak.

Aku menghela napas kecil, lalu menepis tangan Jacob. “Kamu mau pulang kan? Biar aku anterin,” ucap Jacob penuh perhatian.

Aku terdiam. Namun pikiranku mempertanyakan keadaan, mengapa tatapan itu mampu membuatku bungkam? Seolah bisa membuatku melupakan dendam.

Dan aku benci mengatakan rasa itu dendam!

Pernah aku berpikir, jika Jacob kembali padaku. Aku akan membuatnya mencintaiku, secinta-cintanya dia padaku. Lalu aku akan pergi tanpa kabar.

Sama seperti yang ia lakukan dulu padaku!

“Wio?”

Aku tertegun.

Tidak pernah aku menyangka, rasa itu masih ada di sana. Di dalam relung hati terdalam yang merana. Dan aku masih saja merasakan desiran itu. Saat mendengar suaranya memanggil namaku.

“Lo siapa sih?!” Suara serak Gema dekat dari tempatku berdiri. Membuatku menoleh ke sebelah kiri.

Aku merasakan genggaman hangat di pergelanganku. Jacob menarikku ke sisinya. Dan aku membiarkan pria itu berbuat sesuka hatinya.

Meski aku ingin menolak, hanya saja sebagian dari diriku memilih untuk bersama Jacob. Karena bersama Gema lebih berbahaya!

“Dia Jacob,” ucapku cepat.

Gema menatap pria di sebelahku sedikit lebih lama. Kerutan di keningnya semakin dalam. “Ngapain lo sama Wio?”

“Bukan urusan lo!” Jacob menarik tanganku, memaksa langkahku mengikutinya.

“Ah, sial!” umpat Gema.

Ketika kami sudah berjalan agak jauh, aku menepis tangan Jacob. Membuat pria itu menghentikan langkahnya. “Ada apa?” suara itu terdengar polos.

“Nggak usah sok baik! Gue bisa pulang sendiri.”

“Yakin?” Jacob mengangkat tangannya, menggoyangkan pergelangannya sedikit. Layar persegi kecil itu menyala, menampilkan angka. “Kosan kamu masih di tempat yang sama?”

Aku menggeleng cepat. “Udah dibilangin, nggak usah sok perhatian!”

Jacob tertawa pelan, “bukan sok. Tapi aku memang perhatian.” Senyum lebar itu membuat jantungku berdebar-debar.

“Kamu lupa? Aku marah sama kamu!”

Jacob kembali tertawa. “Ah, iya. Tapi udah pakai ‘aku, kamu’ tandanya…” Jacob menggantungkan kalimatnya.

Aku menggigit bibir bawah, tersadar aku keceplosan mengganti gaya bahasaku!

Jacob berhenti di sebelah motor ninja hitam. Aku menatap motor itu dan wajah tampan itu bolak-balik.

Apa Jacob mengendarai motor ini?

Ia berdehem pelan, melirik ke arahku, sementara tangannya menarik helm gelap yang terletak di atas motor. “Oh, ya… pria yang tadi itu siapa?”

“Gema, suaminya Sepia.”

“Sepia udah nikah?” tanya Jacob kaget. “When?”

“Dua bulan yang lalu.”

Ia mengangguk singkat. “Kamu nungguin siapa tadi di Cafe?”

Aku menghela napas berat, “gue males ngomong ama lo! Mau anterin gue pulang, atau mau cerita? Gue nggak ada waktu buat curhat.”

Embusan napas kasarnya terdengar. Jacob mengusap wajah, lalu ia memutar tubuh menghadapku. Helm itu berayun di udara, kemudian mendarat di kepalaku.

Terpopuler

Comments

Aimi.。*♡🌸

Aimi.。*♡🌸

Asli ikut merinding pas Gema tepe tepe gitu... Syukur ada Jacob, tapi yah gitu wkwkkwk. Suka sih sama Wio yang jujur masih kesel sama Jacob huvt

2023-07-26

1

Chị google là em

Chị google là em

Jangan sampai tamat, dong!

2023-07-19

0

Camila Llajaruna Cornejo

Camila Llajaruna Cornejo

Ayo thor, kangen sama kelanjutan cerita yang seru ini! Update sekarang juga, ya!

2023-07-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!