BAB 4 : H a n c u r

Tama mengerjapkan matanya beberapa kali, ia menyadari ada sesuatu yang aneh mulai

menjalari perasaannya.

Rani kemudian menarik tangannya, ia hanya tak ingin ada seseorang yang melihat hal

tersebut terlebih Rafi, akan ada kesalahpahaman nanti.

“Aku mau bawa ini ke depan,” kata Rani cepat dengan membawa semangkuk sambal kecap

yang telah dirinya buat.

Rani kemudian meninggalkan Tama begitu saja yang masih tak bergeming mengatur

perasaannya yang tak menentu.

Terlihat yang lainnya sudah mulai memanggang ikan yang nanti akan disantap bersama, Rani

langsung duduk di samping Rafi yang tengah bersenda gurau dengan teman-temannya.

“Rani, udah selesai?” tanya Rafi pada Rani yang hendak duduk disampingnya.

Rani mengangguk, “Udah.”

“Makasih ya,” tutur Rafi lagi.

“Jangan pacaran mulu kalian, bikin iri gue aja!” cibir Waren yang merasa keberatan

menyaksikan hal tersebut.

“Sewot aja lo. Nyari cewek makanya, jangan gangguin Juwita mulu kerjaan lo,” timpal

Rafi.

“Lo nggak tahu aja Raf, Waren kan udah cinta mati sama Juwita,” Rego kali ini yang

turut menimpali.

Juwita yang sadar namanya disebut merasa keberatan, “Nggak usah bawa-bawa gue ya

kalian. Waren impoten makanya nggak punya cewek.”

“Woi! Enteng banget mulutnya,” teriak Elgin yang tengah bersantai di tepi kolam di mana

letaknya tak jauh dari tempat mereka memanggang ikan.

“Mulut lo nggak pernah disekolahin ya. Gue jambak juga lo,” tutur Waren kesal.

“Sabar bro,” kata Dimas menepuk-nepuk pundak Waren.

Sedangkan yang lainnya hanya tertawa mendengar pertikaian yang tengah terjadi.

Rani baru menyadari villa tersebut memiliki halaman yang sangat luas, di sisi kana

untuk parkir mobil sedangkan di sisi kiri terdapat gazebo yang sudah lengkap

dengan perlengkapan barbeque,

terlebih ada kolam di sampingnya.

Seperti sudah dari sananya jika villa ini didesain untuk agenda-agenda seperti ini,

Rani merapatkan blazer yang ia

kenakan karena udara malam yang semakin dingin.

“Kamu kedinginan ya?” tanya Rafi terdengar khawatir.

“Iya, tapi nggak apa-apa, yang penting aku udah pake blazer,” jawabnya meyakinkan, saat itu pula sekilas Rani melihat

Tama yang mulai bergabung dengan yang lainnya.

Bau harum dari ikan yang dipanggang mulai menguar tanda telah matang, perut yang

sedari tadi masih tak terisi kian meronta-ronta.

Mereka akhirnya dengan lahap menyantap hidangan spesial yang itu, Rani pun

turut menikmatinya.

Namun pada suapan kelima entah kenapa Rani merasa mual serta kepalanya pusing, ia

meletakkan piringnya sebelum akhirnya berlari masuk ke villa.

“Eh, cewek lo kenapa tuh?” tutur Dimas pada Rafi.

Semua kemudian menoleh kearah Rani yang berlari terburu-buru masuk ke dalam villa.

“Yaampun, kayanya mag dia kumat, soalnya dari siang dia belum makan,” jelas Rafi sebelum akhirnya berlari menyusul Rani.

“Wah parah banget, punya cewek nggak diperhatiin,” celetuk Fauzan.

“Atau jangan-jangan?” kata Waren menatap teman-temannya secara bergantian.

“Waren stop! Jangan mikir yang enggak-enggak lo,” ujar Maditra mengingatkan.

“Siapa tahu kan? Lagian kita semua udah dewasa, apalagi Rani kelihatannya polos gitu,” tutur Waren enteng.

Bukan jawaban yang Waren terima kali ini, seseorang yang entah dari mana mencengkram kerah bajunya hingga piring yang tengah ia gunakan jatuh menyebabkan isi di dalamnya jatuh berserakan.

“Jaga mulut lo! Hargai perempuan, otak lo harusnya dibersihin biar nggak kebanyakan

tai isinya,” ucap Tama tegas.

Waren yang kesal merasa dirinya dihina lantas mengayunkan tangannya memukul Tama, “Maksud lo apa? Dan kenapa lo yang nggak terima bangsat! Lo siapanya Rani? Bapaknya?”

Saat Tama hendak bangkit membalas pukulan yang telah ia terima, Rego dan Maditra dengan sigap menahan tubuh Tama.

“Anjing. Kalian pada kenapa sih, kenapa pada ribut di acara gue?” teriak Elgin frustasi.

Sedangkan Juwita dan Mira mulai ketakutan dengan apa yang tengah mereka saksikan.

“Jangan kaya anak TK dong,” tutur Mira kemudian.

“Waren jaga mulut lo. Rafi sendiri yang bilang kalau mag Rani mungkin saja kambuh,”

kata Maditra masih dengan menahan Tama yang sedari tadi bersikeras untuk

menghajar Waren.

“Mir, coba lo cek ke dalem, kalau memang butuh obat gue udah sediain dalam laci dekat

tv,” pinta Elgin.

Tanpa berpikir panjang Mira segera menuruti perkataan Elgin meninggalkan

teman-temannya begitu saja, biarlah jika mereka akan adu otot sekalian, Mira

tak peduli.

Begitupun dengan Juwita, tak ada lagi suara cempreng keluar dari mulutnya, ia berlari

mengekori Mira masuk ke villa.

Tanpa menghiraukan Juwita yang beberapa waktu lalu masih membuatnya kesal Mira segera mengambil kotak obat di tempat yang dikatakan Elgin tadi.

Sedangkan Rani masih berada dalam toilet, Rafi dengan setia mengetuk pintu menanyakan

apakah Rani baik-baik saja.

“Rani, sayang kamu kenapa?” tanya Rafi.

Rani tak memberikan jawaban, ia masih berjongkok di depan closet, rasanya tulang-tulangnya melunak. Tak ada lagi memiliki energi, makanan yang disantap Rani dengan lezat telah keluar seluruhnya tak bersisa.

“Rani aku masuk ya?” tanya Rafi semakin khawatir.

“Raf, Rani gimana?” Mira mendatangi Rafi dengan kotak obat ditangannya.

“Masih di dalam,” Rafi menunjuk kamar kecil yang masih tertutup.

“Rani, gue bawa obat nih, lo keluar dulu ya?” Mira turut mengetuk pintu.

“Rani, buka dulu pintunya,” tak lagi mengetuk kini Rafi mulai menggedor pintu semakin

keras.

Akhirnya pintu terbuka, terlihat Rani dengan wajah yang begitu pucat serta keringat di

pelipisnya.

Rafi dengan sigap menahan tubuh Rani yang hampir jatuh, “Kamu kenapa Rani?”

“Kayanya mag aku kambuh, telat makan jadinya gini,” jawab Rani pelan dengan sisa energi

yang dirinya miliki.

“Rani gue bawa obat, lo minum ya?” Mira turut bantu menahan tubuh Rani di sisi

lainnya.

Juwita hanya diam saja mengekori mereka yang menuju sofa ruang tengah. Setelah

Rani duduk dengan nyaman, Mira menyodorkan obat serta segelas air putih.

“Raf, mendingan Rani biar istirahat di atas. Kalau di bawah takutnya bakal

keberisikan sama yang lain,” terang Mira.

“Iya Raf, Rani biar di atas aja. Nanti kita yang cewek-cewek juga bakal tidur di

atas,” kali ini Juwita turut memberikan masukan.

Rani yang menjadi objek pembahasan mereka sedikit tak setuju, “Aku udah nggak

apa-apa, palingan minum obat udah mendingan. Jadi kita ke depan lagi aja, gabung sama yang lain.”

Rafi menggeleng, “Enggak, kamu mendingan istirahat, besok kita pulang supaya kondisi

kamu sudah baikan. Apalagi ini sudah terlalu malam sayang, kamu istirahat aja.”

Rani yang tak memiliki banyak tenaga akhirnya menurut saat dirinya di bawa ke lantai atas.

Lantai dua memiliki ruang tengah yang lebih kecil, hanya ada satu meja serta dua kursi

di sisinya. Selebihnya terdapat dua kamar dan satu kamar mandi, tak terlalu

besar namun tak sempit pula.

Rafi membuka kamar yang tepat disebelah kamar mandi, tempat tidur berukuran besar

telah rapi beserta sprei nya yang berwarna biru muda.

Rafi dengan perlahan menuntun Rani agar menuju tempat tidur tersebut, “Rani, kamu

istirahat di sini ya.”

Rani hanya mengangguk pasrah, ia merebahkan tubuhnya yang semakin terasa berat di atas kasur yang empuk itu.

Rafi menutup seluruh tubuh Rani dengan selimut yang nyaman serta merapikan riap-riap rambut Rani yang tak beraturan lagi.

Entah berapa lama hingga akhirnya Rani tertidur, entahlah sepertinya efek obat yang

diberikan Mira dan juga tubuhnya yang lelah karena seharian  bekerja.

Sepertinya baru beberapa menit yang lalu Rani tidur nyenyak, ia merasakan seseorang masih mengusap pelan puncak kepalanya, Rafi kamu baik sekali, batin Rani sebelum akhirnya ia terkejut karena bukan Rafi yang saat ini berada di hadapannya begitu Rani membuka mata.

Tama, pria itu kini tengah duduk tepat di tepi kasur dengan tangannya yang masih

berada di kepala Rani.

“Tama, kamu dari kapan ada di sini?” tanya Rani menyingkirkan tangan pria itu.

Rani langsung bangkit dari tidurnya, terlebih ia menyadari pintu yang tertutup ia

tak bisa pura-pura bodoh bahwa saat ini Tama melihatnya dengan cara yang

berbeda.

Rani mulai ketakutan, “Tama kamu ngapain di sini?” tanyanya lagi mulai panik.

Tama tak menghiraukan pertanyaan Rani, ia hanya tersenyum tipis menatap Rani, “Cantik,”

bisiknya kemudian mulai mendekati Rani.

“Tama tolong, kamu jangan kaya gini,” Rani saat ini telah berdiri di atas kasur

karena Tama yang semakin mendekatinya.

“Tama, please! Jangan dekat-dekat!” Teriak

Rani.

Namun Tama bukan lagi Tama yang Rani lihat beberapa jam lalu, tatapannya berubah,

sulit untuk Rani artikan, bahkan ada bau alkohol yang menyengat ketika Tama semakin mendekatinya.

Rani menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya berharap kain tebal itu dapat

menjadi tameng bagi dirinya, “Tama tolong stop! Aku akan teriak!” ancamnya kali ini.

“Rani, kamar ini kedap suara, jadi nggak akan ada yang dengar kamu teriak,” jawab Tama

enteng, bahkan Rani dapat melihat seringaian kecil yang muncul di wajah itu.

Rani saat ini mulai menangis, pasalnya ia sangat bingung dengan situasi ini ia juga

merasa takut melihat Tama.

Tama semakin merangkak mendekati Rani yang tak ada lagi ruang untuk mundur, Rani

telah mepet dengan tembok tempat tidur, kali ini Tama tak hanya diam ia dengan

paksa menarik selimut yang sedari tadi Rani remas kuat.

Rani hanya bisa menangis dan memohon pada Tama agar tak melakukan hal yang selama ini ia takutkan, tak merenggut apa yang telah dirinya jaga.

Rani bahkan memanggil-manggil Rafi sekuat tenaga namun tak ada yang kunjung datang.

“Tama tolong jangan! Tolong!”

Tama tak menghiraukan tangisannya, pria itu bahkan menarik paksa semua pakaian Rani

yang tak bisa lagi menahan kepalanya yang semakin berat Rani hanya bisa

menangis.

Ia merapalkan semua doa yang dirinya bisa, tetapi pertolongan tetap tak datang.

Rani sekuat tenaga mendorong, menyakar, hingga menggigit namun hal itu tetap tak

menghentikan Tama yang tenaganya lebih besar darinya.

Rani tergugu, entah bagaimana masa depan hidupnya, Rafi, keluarganya, serta

mimpi-mimpinya.

Hidup Rani hancur malam itu juga, karena Tama sahabat kekasihnya. Rani sangat

membenci Tama.

Apa yang nanti harus dirinya lakukan? Bagaimana ia akan menceritakan hal ini pada

Rafi? Dan apakah Rafi akan tetap menerimanya? Rani menangis pilu, dadanya sesak saat memikirkan hal tersebut.

[]

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Lho Rafi kemana? Udah tidur? kenapa di biarin Rani tidur sendiri sih fan pintu nya gakndi kunci? Padahal udah tau kan villa itu isi nya cowok semua..

2024-09-22

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Pasti Tama mabok nih..Apa lagi dari awal Tama udah ada rasa sama Rani..

2024-09-22

0

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

Aqu dah mo nyerah sampek sini, Thor..
nyesek bgt kl dah 'dihancurkan' begitu..
tp...
pesanaraaaaaannn...😭😭

2023-08-21

2

lihat semua
Episodes
1 BAB 3 : T a m a
2 BAB 4 : H a n c u r
3 BAB 5 : A l k o h o l
4 BAB 6 : P u l a n g
5 BAB 7 : S e n i n
6 BAB 8 : S e l a s a
7 BAB 9 : R a b u .1
8 BAB 10 : R a b u .2
9 BAB 11 : K a m i s
10 BAB 12 : J u m a t
11 BAB 13 : T e s t P a c k
12 BAB 14 : M u r k a
13 BAB 15 : B e r a k h i r
14 BAB 16 : P e n e r i m a a n
15 BAB 17 : U s a h a
16 BAB 18 : E m o s i
17 BAB 19 : S y a r a t
18 BAB 20 : H a m i l
19 BAB 21 : B a k s o
20 BAB 22 : M e l e p a s k a n
21 BAB 23 : P i l i h a n I b u
22 BAB 24 : T e m a n
23 BAB 25 : P e r n i k a h a n
24 BAB 26 : K e b e n c i a n
25 BAB 27 : D a p u r
26 BAB 28 : P e r d e b a t a n
27 BAB 29 : H o r m o n
28 BAB 30 : P a c k i n g
29 BAB 31 : P e r j a l a n a n P e r t a m a
30 BAB 32 : P e r i s t i r a h a t a n
31 BAB 33 : B e r h a r a p
32 BAB 34 : J a k a r t a
33 BAB 35 : C e m b u r u
34 BAB 36 : C e m b u r u .2
35 BAB 37 : R u m i t
36 BAB 38 : K e r a g u a n
37 BAB 39 : L e l u c o n
38 BAB 40 : B a w a n g
39 BAB 41 : D i k e l u a r k a n
40 BAB 42 : T a k S a m a
41 BAB 43 : P a g i
42 BAB 44 : N i a t L a i n
43 BAB 45 : P e n y e r a n g a n
44 BAB 46 : R e m u k
45 BAB 47 : K h a w a t i r
46 BAB 48 : M a n i s
47 BAB 49 : R o d a B e r p u t a r
48 BAB 50 : P e j a b a t
49 BAB 51 : P o l i s i
50 BAB 52 : S a t e
51 BAB 53 : S t r a t e g i
52 BAB 54: F o t o
53 BAB 55 : T e r h a r u
54 BAB 56 : B a b e J e r r i s
55 BAB 57 : P a g i
56 BAB 58 : M a k h l u k H a l u s
57 BAB 59 : K e b e n a r a n
58 BAB 60 : K e j u t a n
59 BAB 61 : R i s a l a h H a t i
60 BAB 62 : P e n c u l i k a n
61 BAB 63 : K e h i l a n g a n
62 BAB 64 : S i k s a
63 BAB 65 : P e t a s a n
64 BAB 66 : P e n y e l i d i k a n
65 BAB 67 : P e n a n g k a p a n
66 BAB 68 : K e s e d i h a n K e s e k i a n
67 BAB 69 : S a b a r
68 BAB 70 : K e c u p
69 BAB 71 : K a g e t
70 BAB 72 : S a t e
71 BAB 73 : D i t e r i m a
72 BAB 74 : W a w a n
73 BAB 75 : M i m p i
74 BAB 76 : H a d i a h
75 BAB 77 : K h a w a t i r
76 BAB 78 : P e r m i n t a a n M a a f
77 BAB 79 : S a l t i n g
78 BAB 80 : I Love U
79 Extra Part
80 Extra Part 2 / Keteledoran Bapak-Bapak
Episodes

Updated 80 Episodes

1
BAB 3 : T a m a
2
BAB 4 : H a n c u r
3
BAB 5 : A l k o h o l
4
BAB 6 : P u l a n g
5
BAB 7 : S e n i n
6
BAB 8 : S e l a s a
7
BAB 9 : R a b u .1
8
BAB 10 : R a b u .2
9
BAB 11 : K a m i s
10
BAB 12 : J u m a t
11
BAB 13 : T e s t P a c k
12
BAB 14 : M u r k a
13
BAB 15 : B e r a k h i r
14
BAB 16 : P e n e r i m a a n
15
BAB 17 : U s a h a
16
BAB 18 : E m o s i
17
BAB 19 : S y a r a t
18
BAB 20 : H a m i l
19
BAB 21 : B a k s o
20
BAB 22 : M e l e p a s k a n
21
BAB 23 : P i l i h a n I b u
22
BAB 24 : T e m a n
23
BAB 25 : P e r n i k a h a n
24
BAB 26 : K e b e n c i a n
25
BAB 27 : D a p u r
26
BAB 28 : P e r d e b a t a n
27
BAB 29 : H o r m o n
28
BAB 30 : P a c k i n g
29
BAB 31 : P e r j a l a n a n P e r t a m a
30
BAB 32 : P e r i s t i r a h a t a n
31
BAB 33 : B e r h a r a p
32
BAB 34 : J a k a r t a
33
BAB 35 : C e m b u r u
34
BAB 36 : C e m b u r u .2
35
BAB 37 : R u m i t
36
BAB 38 : K e r a g u a n
37
BAB 39 : L e l u c o n
38
BAB 40 : B a w a n g
39
BAB 41 : D i k e l u a r k a n
40
BAB 42 : T a k S a m a
41
BAB 43 : P a g i
42
BAB 44 : N i a t L a i n
43
BAB 45 : P e n y e r a n g a n
44
BAB 46 : R e m u k
45
BAB 47 : K h a w a t i r
46
BAB 48 : M a n i s
47
BAB 49 : R o d a B e r p u t a r
48
BAB 50 : P e j a b a t
49
BAB 51 : P o l i s i
50
BAB 52 : S a t e
51
BAB 53 : S t r a t e g i
52
BAB 54: F o t o
53
BAB 55 : T e r h a r u
54
BAB 56 : B a b e J e r r i s
55
BAB 57 : P a g i
56
BAB 58 : M a k h l u k H a l u s
57
BAB 59 : K e b e n a r a n
58
BAB 60 : K e j u t a n
59
BAB 61 : R i s a l a h H a t i
60
BAB 62 : P e n c u l i k a n
61
BAB 63 : K e h i l a n g a n
62
BAB 64 : S i k s a
63
BAB 65 : P e t a s a n
64
BAB 66 : P e n y e l i d i k a n
65
BAB 67 : P e n a n g k a p a n
66
BAB 68 : K e s e d i h a n K e s e k i a n
67
BAB 69 : S a b a r
68
BAB 70 : K e c u p
69
BAB 71 : K a g e t
70
BAB 72 : S a t e
71
BAB 73 : D i t e r i m a
72
BAB 74 : W a w a n
73
BAB 75 : M i m p i
74
BAB 76 : H a d i a h
75
BAB 77 : K h a w a t i r
76
BAB 78 : P e r m i n t a a n M a a f
77
BAB 79 : S a l t i n g
78
BAB 80 : I Love U
79
Extra Part
80
Extra Part 2 / Keteledoran Bapak-Bapak

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!