Meskipun sudah di larang keras oleh Anita namun Aliando dengan darah muda yang bergelora, kembali menghubungi teman-temannya.
"Roy jemput aku malam nanti. Kamu stop saja agak jauh dari rumah nanti Mamat akan membantu aku ke luar," Aliando melakukan panggilan suara pada Roy.
Ya Aliando sudah sangat bosan berhari-hari di pingit dalam rumah bak anak perawan menunggu waktu pernikahan. Dia sama sekali tidak mengindahkan peringatan Anita.
"Den kalau ketahuan nyonya gimana?" Mamat khawatir saat membantu Aliando yang akan pergi hang out ke Club tempat biasa geng nya nongkrong.
"Alaaah... ga bakalan ketahuan lah, kecuali kamu yang lapor! Eeh kemarin pas teman-teman ku datang kamu ya yang laporan Mat?" Tuduh Aliando yang langsung di sanggah Mamat.
"Aku malah gak tau teman-teman Den Al datang. Kemarin kan Den Al bilang mau seharian di kamar saja jadi aku nganter Yuli belanja. Tentu saja Nyonya tau lah kan cctv berserakan tuh," sanggah Mamat sembari menatap cctv yang nangkring di plafon.
"Kayaknya otak Den Al juga bergeser karena kecelakaan itu, makanya lupa ada cctv," batin Mamat. Aliando menepuk jidatnya.
"Pokoknya bagaimana pun caranya saat aku ke luar nanti jangan sampai cctv di biarin menyorot aku ya," ujar Aliando , Mamat mengacungkan jempol.
***
Malam harinya Mamat mematikan cctv untuk membawa Aliando keluar. Tentunya setelah mendapat perintah dari Aliando.
"Bagaimana? Beres?" Tanya Aliando saat melihat Mamat menyeruak dari pintu kamarnya.
"Cepat! Roy sudah menunggu ku dekat pohon asam tetangga," ujar Aliando sekenanya membuat Mamat senyam-senyum sambil mengangkat tubuh Aliando ke atas kursi rodanya. Lalu Mamat mendorong kursi roda itu hingga mereka berhasil ke luar dari gerbang rumah. Sesaat keduanya celingak-celinguk mencari keberadaan Roy.
"Itu! Mat dorong aku ke sana!" Tunjuk Aliando pada sebuah mobil yang sedang parkir tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Mamat mengikuti perintah tuan mudanya itu.
"Lu yakin Al, mau nongkrong dengan kondisi begini?" Tanya Roy memastikan.
"Kenapa? Kamu malu punya teman lumpuh?" Ujar Aliando.
"Bu.. bu.. bukan begitu maksud ku Al. Aku hanya khawatir.." Roy tidak menyelesaikan kalimatnya keburu di potong Aliando.
"Alaaah.. gak usah kayak emak-emak deh Roy! Buruan berangkat saja! Mamat bantu aku masuk ke dalam mobil Roy!" ujar Aliando, Mamat melakukan perintah Aliando sedangkan Roy hanya bisa menggedikkan bahunya sembari menghela nafas. Mamat mau ikut masuk mobil namun dengan sigap tangan Aliando mendorong tubuh kekar Mamat.
"Eeeh mau apa kamu Mat? Jok cuma dua!" Mau tidak mau tubuh Mamat agak mundur dari pintu mobil karena di dorong Aliando.
"Lah saya duduk di mana?" Mamat bingung.
"Di atap mobil mau?" Tanya Aliando sembari melotot.
"Lah nanti yang menggendong Den Al naik kursi roda siapa?" Mamat khawatir.
"Balik rumah saja lah kamu Mat. Teman-teman ku nanti yang akan bantu aku!" Ujar Aliando, Mamat pun berbalik badan hendak kembali ke rumah.
"Oya, jangan lupa nyalakan cctv biar orang serumah gak bingung hehehe," lanjut Aliando sebelum Mamat betul-betul menghilang dari pandangannya.
Mobil Roy meluncur di jalan raya tanpa rintangan, ya sudah agak malam begini jalan memang mulai sepi.
"Roy, ayo lewat sirkuit!" Perintah Aliando.
"Jangan gila deh Al. Polisi sedang mantau kegiatan anak-anak balap liar di situ!" Tolak Roy.
"Ya lebih baik menghindar deh dari pada berurusan dengan baju coklat!" Ujar Aliando.
"Ya dah ini kita mau ke mana?" Aliando bertanya.
"Cafe Saddam," sahut Roy yang mendapat anggukkan tegas Aliando.
Sampai di tempat yang di maksud, rupanya sudah banyak teman club mobil mereka yang lain berkumpul. Semua anggota yang kurang lebih dua puluh lima orang itu tahu kalau ketua gank mereka akan hadir. Aliando menatap satu persatu anggotanya, tidak ada yang berubah. Wajah dan penampilan anggota masih sama. Aliando di bantu Roy duduk di kursi rodanya itu.
"Malam Bos Al!" Ujar seorang dari mereka.
"Malam" ujar Aliando layaknya ketua gank mafia-mafia yang cool.
Semua memberi ruang agar kursi roda Aliando mudah melewati mereka. Aliando di beri tempat meja utama cafe, di depan. Cafe Saddam sendiri milik orang tua salah satu anggota gank mobil itu, keturunan Arab.
"Selamat datang di tengah-tengah kita kembali Aliando," ujar Roy.
"Terimakasih sudah menerima aku dengan kondisi yang sekarang ini. Aku harap kalian tidak malu berteman dengan ku. Kelumpuhan ku ini hanya sementara waktu saja kata Dokter asal aku giat melakukan terapi saja," jelas Aliando.
"Semangat sembuh Al biar bisa seru-seruan lagi," ujar Gunawan.
"Kalau mau seru-seruan sekarang juga bisa hahaha," Aliando terkekeh.
"Serius lu?!" Tanya Roy.
"Kenapa aku mesti bercanda, aku bisa jadi co driver kamu Roy!" Ujar Aliando.
"Betul juga, tapi sayang sirkuit kita masih dalam pantauan baju coklat semenjak kecelakaan kamu itu Al," kata Arya.
"Hahaha mungkin nunggu sampai aku betul-betul pulih kali, baru mereka berhenti razia balap liar," kelakar Aliando.
Ya, semenjak kecelakaan itu polisi selalu melakukan operasi bali, alias balap liar yang sering di lakukan anak-anak muda. Ada yang menggunakan motor ataupun mobil seperti geng nya Aliando ini.
"Semoga aja gak lama, rasanya udah gatel banget mau injak gas kencang-kencang hahaha," kelakar yang lain.
Malam ini para pemuda itu menghabiskan waktu di Cafe Saddam, penuh canda tawa. Para pemuda yang merupakan anak-anak orang berduit, pejabat atau pengusaha kelas atas di negeri ini. Kehidupan yang foya-foya serta saling adu mekanik finansial dan fasilitas yang di beri orang tua.
"Kalian makan minum saja sepuasnya nanti aku yang bayar, anggap ini merayakan kepulangan aku dari rumah sakit," ujar Aliando sembari mengacungkan kartu kredit nomor satu dengan tangan kanannya.
"Serius Al?!" Tanya Hery.
"Kapan sih aku bohong?" Aliando membalas pertanyaan Hery dengan bertanya balik.
"Ooh oke siap!" Ujar yang lain.
Semua orang mulai pesan yang enggak-enggak, aji mumpung ada yang bayarin. Ternyata walaupun mereka semua anak orang kaya tapi gak tau malu juga. Ada yang persen beragam jenis kopi entah di minum sendiri atau tidak. Namun Aliando tidak keberatan dengan ulah teman-temannya itu.
"Duuuh jam segini Den Al kenapa ya belum pulang?" Batin Mamat sembari melihat jam dinding menunjukkan pukul setengah dua belas malam.
"Eeeh kenapa Bang Mat gelisah gitu?!" Tanya Yuli.
"Aah oohh enggak..," ujar Mamat gugup membuat Yuli jadi mengernyitkan dahinya.
"Jangan bohong! Pasti kamu lagi bingungkan?" Ujar Yuli lagi.
"Nah sudah tau kok nanya," ucap Mamat yang langsung di balas cebikkan bibir Yuli.
"Sudah sana! Mendingan kamu tidur Yul!" Saran Mamat pada Yuli, namun hanya mendapat cebikkan bibir dari Yuli.
Tidak hanya sekali dua kali Aliando pergi ke luar malam dengan teman-temannya itu. Hampir setiap malam, tidak hanya cafe yang mereka kunjungi, tapi juga Club dan diskotik di seluruh kota. Hanya Mamat yang tahu soal kembalinya Aliando ke dunia malam dan jalanannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments