Arya mengemudikan mobil Dimas dengan kecepatan sedang. Tadinya Ia ingin berlama-lama agar Dimas dan Steven tambah penasaran. Tapi tidak jadi karena setelah ini pun Ia masih bisa menjahili mereka.
Setelah tiba di rumahnya, atau lebih tepatnya rumah milik ayahnya, Arya langsung menuju kamarnya untuk mengambil CD rekaman yang sudah lama Ia simpan di laci kamarnya.
Sebelum tiba di kamarnya, Ia berpapasan dengan ayahnya.
"Kamu darimana?" Tanya ayah Arya
"Habis jemput Steven tadi. Aku mau ke kamar dulu yah, mau ambil sesuatu."
"Setelah itu mau pergi lagi?"
"Iya, ada urusan yah... "
"Ini hari minggu, Arya. Seharusnya kamu ada di rumah berkumpul dengan keluarga kamu"
"Iya, nanti aku juga kesini lagi"
"Tumben. Biasanya juga suka lupa pulang" Ujar ayah Arya dengan sinis.
'Sudahlah ayah... Aku ke kamar dulu... "
"Kita masih harus bicara, Arya!"
"Iya, nanti ayah... "
Arya memang selalu menghindar tiap kali ayahnya meminta untuk berbicara. Setelah mengambil CD yang berisi rekaman itu di kamarnya, Arya langsung kembali ke Cafe dimana Dimas dan Steven sedang menunggunya.
**
Tiga belas tahun yang lalu, menjelang hari ulang tahun Dimas, Arya, dan Steven yang ke tujuh belas tahun, mereka membuat taruhan untuk menghabiskan satu malam bersama dengan gadis paling populer di sekolah yang bernama Reva Riviera. Ia juga adalah salah satu dari anggota cheerleader di sekolah.
Trio tangguh lahir di tahun yang sama, masing-masing hanya selisih satu bulan. Dimas lahir di bulan Juli, Steven lahir di bulan Agustus, dan Arya lahir di bulan September. Dulu masing-masing dari mereka mendapat julukan berdasarkan bintang dari bulan lahir mereka, seperti Dimas si cancer, Steven si Leo, dan Arya si Virgo.
Dimas yang waktu itu mendapatkan giliran pertama bersama Reva, sangat membanggakan dirinya dengan mengklaim bahwa dirinya adalah orang pertama yang berhasil menaklukkan Reva. Begitu pula dengan Steven yang membesar-besarkan cerita tentang malamnya bersama Reva. Hanya Arya yang dari awal keberatan dengan ide ini dengan jujur mengaku kalau tidak terjadi apa-apa antara Reva dan dirinya.
Ketika itu Arya habis di olok-olok oleh Dimas dan Steven. Mereka menganggap Arya pengecut, sok suci, polos, sok jaim, dan macam-macam sebutan lainnya. Sedikit pun Arya tidak menggubris mereka.
**
Arya akhirnya tiba di Cafe Sam. Karena masih menjelang makan siang, Cafe masih terlihat belum terlalu ramai, tapi suasana di dapur bisa di pastikan ramai, karena chef dan para asistennya sedang sibuk mempersiapkan makanan yang akan di olah untuk makan siang nanti.
Trio tangguh selalu mendapatkan tempat VIP khusus untuk mereka bertiga tiap kali berkunjung ke cafe itu. Arya yang melihat Sam di depan sedang berbicara dengan salah satu pegawainya langsung menghampiri dan menyapa Sam.
"Gimana, Sam? Dimas sama Steven masih ada di dalam kan belum ada yang kabur?"
"Aman. Mereka lagi makan kok di dalam sambil suap-suapan" Ujar Sam jahil sambil nyengir.
"Ish... Jeruk makan jeruk dong!" Ujar Arya sambil pura-pura jijik.
"Hahaha... Nggak lah, aku bercanda. Ya udah langsung masuk aja sana sebelum mereka pada guling-gulingan di dalam!"
"Oke deh, aku ke dalam dulu ya, Sam...'
Sam hanya menjawab dengan mengajukan jari jempolnya.
" Nah... Akhirnya datang juga! Kirain mau kabur kamu, ya!" Ujar Dimas
"Ga terbalik Dims bukannya kamu yang pengen kabur tadi?" Gantian Steven yang menggoda Dimas.
"Jadi kita mulai aja apa gimana nih?" Ujar Arya
"Gas ya, langsung setel aja rekamannya!" Ujar Dimas dan Steven berbarengan walau sambil keringat dingin.
Arya langsung memasukan CD ke dalam laptop. Hasil rekamannya sebenarnya agak kurang bagus tapi mereka masih bisa mendengar suara Reva dan sahabatnya, Devi.
"Jadi gimana hasilnya sama Trio tangguh? Aku udah denger seliweran dari teman-teman, tapi aku mau denger langsung dari kamu!" Ujar Devi bersemangat.
Reva langsung celingukan melihat kesana kemari untuk memastikan tidak ada orang yang mendengar. Setelah aman, baru ia bicara.
"Aku mau kasih tau kamu yang sebenarnya, tapi tolong kamu harus janji dulu ga cerita ke siapa-siapa ya! Karena cuma kamu yang aku percaya!"
"Oke, aku janji! Kamu bisa percaya sama aku" Setelah itu mereka langsung menautkan jari kelingking tanda jadi kalau pembicaraan mereka rahasia.
"Intinya aku kalah taruhan, vi!"
"Kok bisa? Gimana ceritanya? Bukannya cuma gagal sama si Arya aja ya?"
"Ngga, vi! Gagal semua! Dimas sama Steven cuma membual aja ke teman-teman!"
"Seriusan, va? Kok bisa?"
"Ya mungkin karena mereka malu, vi!"
"Jadi, kalau ga ngapa-ngapain trus kok bisa baru pulang pagi?"
"Ya abis gimana kalau pulang saat itu juga kan aku malu, vi!"
"Oke, jadi sama Arya akhirnya kamu cuma ngobrol doang kayak yang kamu ceritain ke aku sebelumnya, trus Dimas sama Steven ngapain?"
"Sebelum masuk kamar, Dimas udah mabuk berat, sampe kamar dia malah tidur sampai pagi! Ngeselin banget kan? Nah, sama Steven awalnya baik-baik aja, tapi sebelum ngapa-ngapain dia izin ke kamar mandi dulu, abis itu malah bolak-balik ke kamar mandi! Ternyata dia diare, vi sampai mukanya pucat karena saking lemesnya! Payah banget deh pokoknya!"
"Hahahaha... Kocak banget! Kalau gitu mendingan si Arya dong! Seenggaknya dari awal dia jujur!"
"Iya sih... Tapi tetep aja bikin kesel... "
"Ya udah va, ambil hikmahnya aja. Seharusnya kamu lega karena berarti segel masih aman!" Ujar Devi sambil nyengir.
Reva langsung mencubit lengan Devi karena malu.
"Ish, kamu jangan kenceng-kenceng dong ngomongnya, aku kan malu!"
"Duh Reva, ngapain malu sih? Justru kalau kamu udah ga virgin tuh baru seharusnya kamu malu! Lagian dari awal kan aku udah ga setuju kamu ikut taruhan itu!"
"Iya vi, kamu emang sahabat aku yang terbaik! Makasih ya... "
Setelah itu mereka saling berpelukan.
"Ya udah yuk kita ke kantin. Aku udah laper nih! Aku traktir deh! Makan yang banyak va biar kamu ga sedih lagi"
"Kalau aku makan banyak trus jadi gemuk, nanti ga ada yang suka sama aku lagi gimana dong?"
"Ish, Reva! Kalau ada cowok yang ga suka sama kamu karena kamu gemuk berarti cowok itu ga tulus sama kamu, va!"
"Kamu tuh ya kalau ngomong suka bener!"
Mereka berdua tertawa, setelah itu keluar dari toilet menuju kantin sekolah.
Setelah melihat rekaman tersebut, Dimas dan Steven lama terdiam karena malu. Sekalinya bicara malah berbarengan.
"Jadi... "
"Kalian kompak banget ngomongnya, malunya juga kompak ya... Hahaha...!" Arya tertawa terbahak-bahak puas melihat muka merah mereka.
"Oke... Oke... Kita ngaku salah ya kan, Tev? Eh tapi aku penasaran deh, kenapa kamu baru bilang sekarang sih ya kalau punya rekaman itu?"
"Alasannya cuma satu : aku lupa... Hehehe... "
"Ya ampun bisa-bisanya dia lupa! Anyway, tapi dari rekaman tadi kita jadi tau ya kalau Reva ternyata juga taruhan tapi ga tau sama siapa dan satu lagi yang bikin lega adalah dia masih virgin. Coba bayangin kalau salah satu dari kita bener-bener ML sama dia... Kasian sih menurut aku. Iya ga?" Ujar Steven.
"Iya juga sih. Jadi pelajaran juga buat kita. Dulu kita emang ugal-ugalan banget. Kalau ga kapok mungkin kita masih ugal-ugalan sampe sekarang!" Ujar Dimas.
"Kamu aja kali, kita sih nggaa...! " Ujar Arya dan Steven berbarengan. Setelah itu Dimas menjitak satu persatu kepala Arya dan Steven.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 228 Episodes
Comments
BodySnatcher
Awas aja kalo gak segera update, bakal ada shuriken yang menunggu ya thor.
2023-07-17
1
Apollogurl_01
Membuatku terhanyut.
2023-07-17
1