Aku berhak atas dirimu!

PLAK!

Satu tamparan keras mendarat di pipi Lesta, meninggalkan cap lima jari di sana, bukan hanya itu saja, sudut bibirnya pun berdarah.

Lesta merasakan perih dan sakit tiada terkira di area pipi kanannya, ia mencoba mengusapnya berharap rasa sakit itu berkurang.

“Cuih! Dasar udik! Awas kalau lu ganggu Evelyn lagi!” umpat salah satu siswa lalu meludah di hadapan Lesta.

Lesta kalah menghadapi para siswa yang berjumlah 15 orang itu, mereka main keroyokan, bahkan rambutnya saja pada rontok karena di tarik oleh mereka. Tidak ada yang menolongnya, padahal di dalam kelas itu banyak para murid wanita, tapi mereka hanya menontonnya saja bagai sebuah pertunjukan.

BRAK!

Pintu kelas yang di kunci di tendang dari luar hingga jebol dan ambrol.

“Sam!” pekik semua para murid yang ada di dalam kelas tersebut, saat mengetahui kalau yang menendang pintu itu adalah ketua Tim basket sekaligus Ketos di sekolahan tersebut.

“Mati kalian semua karena sudah berani mengganggu Lesta!” maki Sam seraya membawa balok kayu di tangan kanannya, berjalan menuju para segerombol 15 siswa yang masih mengerumuni Lesta.

“Sam, kita bisa jelaskan, cewek ini yang mulai duluan!” jelas salah satu siswa yang terlihat gemetar saat melihat aura mematikan dari pria tersebut.

“Banyak bacot!” teriak Sam dengan penuh emosi, di tambah lagi saat dia melihat Lesta terluka, membuat darahnya semakin mendidih.

BUGH!

BUGH!

BUGH!

Sam memukuli 15 orang itu bergantian dan penuh amarah. “Lu sudah ganggu milik gue!! Bangsat!” teriak Sam lalu melayangkan pukulan lagi ke bahu salah satu siswa yang ingin melawannya.

BUGH!

“Arggh!” pekik siswa tersebut saat mendapatkan pukulan balok dari Sam.

“Ampun, Sam!” mohon 15 siswa tersebut secara bersamaan. Mereka semua terkapar di atas lantai. Para siswi yang ada di dalam kelas tersebut sampai bergetar ketakutan.

Sam melemparkan balok kayu yang ia pegang ke sembarang arah, kemudian menghampiri Lesta dan memeluk gadis itu dengan erat.

“Lu, nggak apa-apa ‘kan?” tanya Sam ketika pelukan tersebut sudah terurai.

Lesta mengangguk pelan, namun air matanya menetes membasahi pipi.

“Tenang, ada gue yang akan selalu melindungi lu,” bisik Sam lalu merengkuh pundak Lesta dan membawa gadis itu ke UKS.

Semua murid yang ada di dalam kelas tersebut menatap Sam yang membawa Lesta dengan penuh tanda tanya. Apakah mereka menjalin sebuah hubungan?

Tidak berselang lama para guru dan kepala sekolah datang ke kelas tersebut, berdecak kesal karena mereka terlambat datang karena baru mendapatkan laporan dari salah satu murid.

“Siapa yang melakukan semua ini!?” tanya kepala sekolah kepada para murid yang ada di dalam kelas tersebut.

“Sam dan Lesta!” jawab salah satu siswa yang masih terkapar di atas lantai sambil memegangi pundak.

*

*

Mattew keluar dari dalam mobil dengan langkah tergesa, menuju kelas Lesta, akan tetapi saat sampai di sana kelas tersebut kosong, entah pada ke mana para muridnya. Lalu dia mencari keberadaan Lesta di setiap sudut sekolah tersebut, langkahnya terhenti saat sampai di depan UKS.

Mattew mengambil nafas panjang guna mengurai nafasnya yang ngos-ngosan karena lelah mencari keberadaan Lesta, lalu ia masuk ke dalam UKS tersebut, dan betapa terkejutnya dia saat melihat Lesta sedang berduaan dengan si ketua osis.

“Thanks sudah nolong aku, Sam,” ucap Lesta menatap Sam sambil tersenyum tipis.

Sam menatap Lesta dengan dalam lalu mengusap sudut bibir Lesta yang baru saja dia obati. Ia memajukan wajahnya, tergiur ketika melihat bibir ranum itu, rasanya dia sangat ingin menciumnyam akan tetapi niatnya itu gagal saat ada seseorang yang mendorongnya hingga membuatnya hampir terjatuh ke atas lantai.

“Bapak!” seru Lesta dan Sam bersamaan.

“Ngapain kalian di sini?!” Mattew menatap tajam Sam, kedua tangannya terkepal erat, dia sangat marah kepada pemuda itu karena sudah berani menyentuh Lesta.

“Bapak telat datangnya! Apakah Bapak nggak tahu kalau Lesta habis di keroyok oleh teman-teman sekelasnya!” balas Sam tanpa menjawab pertanyaan gurunya itu.

“Aku rasa Bapak selama ini juga tahu kalau Lesta sering di bully, tapi kayaknya Bapak dan semua guru di sini tutup mata, pura-pura buta!” lanjut Sam membalas tatapan tajam Mattew.

“Kembali ke kelasmu! Urusan ini biar Bapak yang mengurusnya!” ucap Mattew dengan nada tegas dan tidak mau di bantah.

Sam menghela nafas kasar, lalu segera keluar dari ruangan tersebut, tapi dia berpamitan lebih dulu kepada Lesta.

Mattew segera menutup ruangan UKS tersebut setelah Sam keluar dari sana. Ia berkacak pinggang seraya menatap tajam pada Lesta yang duduk di tengan tempat tidur khusus murid yang sakit.

“Apakah begitu kelakuan seorang wanita yang sudah bersuami!” kesal Mattew pada Lesta.

Lesta tersenyum miris, ia pikir Mattew akan mengkhawatirkannya, akan tetapi justru kebalikannya, suaminya itu melontarkan kata-kata pedas kepadanya, membuat hatinya semakin sakit dan hancur.

“Sebentar lagi kita akan cerai! Jadi jangan pedulikan aku!” balas Lesta dengan penuh keberanian.

“Cerai?” Mattew mengulangi ucapan Lesta, lalu mendudukkan diri di hadapan istri kecilnya itu.

“Kamu tidak lupa ingatan ‘kan? Bukankah kamu akan menceraikan aku saat aku sudah lulus sekolah nanti?! Jadi, jangan pedulikan aku, jangan ikut campur urusanku termasuk jangan larang aku dekat dengan pria lain!” balas Lesta menatap tajam Mattew yang ada di hadapannya.

“Beraninya kau berkata seperti itu kepada suamimu sendiri!” Mattew sangat geram saat mendengar ucapan Lesta yang membuat hatinya berantakan.

“Kamu adalah istriku, jadi aku berhak atas dirimu, dan aku berhak marah kalau kamu dekat dengan pria lain!”

“Lalu apakah aku tidak berhak marah saat mengetahui kalau suamiku mempunyai kekasih di luar sana?” tanya Lesta dengan suara lirih, menatap Mattew dengan nanar.

Mattew seketika itu langsung bungkam ketika mendengar ucapan Lesta. Pria tampan itu menatap wajah cantik Lesta dengan lekat, kemudian ia menarik tengkuk Lesta dan melabuhkan ciuman lembut di bibir istrinya.

Lesta terkejut, ingin menolak akan tetapi hati dan pikirannya berkata lain. Tanpa sadar, dia membalas ciuman Mattew tidak kalah lembut.

“Tidak akan ada cerai di antara kita,” bisik Mattew setelah ciuman mereka terlepas. Kedua kening saling beradu dan saling mengatur nafas yang memburu, kedua tangan Mattew masih memegang tengkuk Lesta, seolah tidak rela melepaskan gadis tersebut.

“Lalu apakah kamu akan memutuskan kekasihmu?” tanya Lesta dengan nada pelan.

Lesta kembali meneteskan air mata, ketika Mattew tidak menjawab pertanyaannya, tapi pria tersebut malah kembali menciumnya, menyesap bibirnya atas bawah bergantian dan menelusupkan lidah ke rongga mulutnya, dan tangan suaminya mulai bergerak nakal di tubuhnya.

Entah apa maksud dari semua ini, kenapa suaminya tidak menjawab pertanyaannya, apakah suaminya menginginkan dirinya dan juga wanita itu? Pikiran Lesta berkecamuk.

“Hen-hentikan!” Lesta mencegah tangan Mattew yang akan menyentuh gunung kembarnya.

“Jangan pernah sentuh aku kalau kamu masih berhubungan dengan wanita itu!” tegas Lesta lalu turun dari tempat tidur tersebut.

“Lesta, please ... nanggung ini!” keluh Mattew memijat pelipisnya, karena kepalanya tiba-tiba sangat pusing.

“Dasar guru mesum!”

 ***

Hayo, mulai anu ya, wk wk wk

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***