Alwi yang melihat keberadaan Bulan di ruang meeting langsung bertanya pada atasannya yang duduk tepat di depannya.
"Pak Basri anda punya sekertaris baru? " tanya Alwi.
"Oh... bukan pak dia ini staff marketing di kantor cabang sekertaris saya berhalangan hadir dan saya mengajak dia karena pengalamannya di marketing itu bagus pak" jelas pak Basri.
"Ooo....begitu baiklah kita mulai saja meeting nya" ucap Alwi yang langsung masuk ke inti dari acara hari ini.
Setelah selesai meeting semuanya pun bubar dari ruang meeting Alwi masih menatap ke arah Bulan,terlihat sekali Bulan menghindari tatapannya.
Di saat sudah ada jalan untuk melupakannya kenapa kau pertemukan aku lagi dengannya ya Allah...
Ingin rasa nya Bulan menangis saja saat itu juga, saat seolah semesta tak mengijinkannya untuk melupakan Alwi.
Tanamkan rasa benci di hati elu Lan... tanaman kan itu agar elu bisa berbalik arah dari dia.
Batin Bulan terus menerus mensugesti dirinya agar membenci laki-laki yang saat ini berada satu ruangan dengannya.
Keesokan harinya.
saat di kantor Bulan yang sedang bekerja di panggil keruangan pak Basri direktur kantor nya.
Tok... tok.
"Ya masuk" terdengar suara pak Basri dari dalam.
Bulan pun mendorong pintu ruangan pak Basri yang terbuat dari kaca hitam tersebut dan melangkah masuk kedalam ruangan tersebut.
"Bapak panggil saya? " tanya Bulan.
"Ya duduk lah" ucap Pak Basri.
Bukan pun duduk di kursi yang ada di depan meja kerja pak Basri.
"Bulan mulai hari ini kamu di pindah tugas ke kantor pusat, ini surat tugasnya" ucap. pak Basri memberikan surat tugas pada Bulan.
Bulan sungguh terkejut saat mendapatkan berita seperti ini pagi ini, masalah nya bukan karena kepindahan nya yang secara mendadak tapi karena di kantor pusat itu ada Alwi, orang yang ingin di lupakannya.
"Tapi pak kenapa saya harus pindah kesana? saya kan nggak melakukan kesalahan pak? " tanya Bulan dia menolak di pindahkan.
"Pak Alwi sendiri yang meminta agar kamu di pindahkan kesana, beliau tertarik dengan kinerja kerja mu dan pencapaian kerja mu" ucap pak Basri ramah.
Bohong banget, kenapa Alwi sekarang suka berbohong sih....
Bulan geram sendiri dalam hatinya.
Lihat saja nanti aku pas di sana aku nggak mau sering-sering berinteraksi sama dia.
Batin Bulan.
Bulan pun akhirnya menerima surat pemindahan kerjanya dan langsung bersiap untuk pergi ke kantor pusat, karena di surat tugasnya dituliskan tanggal hari ini dia sudah mulai bekerja disana.
"Ngedadak banget sih Lan?" tanya Lily.
"Iya ini kerjaannya orang itu nyebelin banget deh dia, makin kesini makin ngeselin kenapa ya? " oceh Bulan.
"Ngeselin... ngeselin tapi nggak bisa dilupakan hahaha yang aneh itu elu bukan dia" singgung Lily.
"Ih... elu mah bukannya dukung gue malah ngedukung dia sih" Bulan kesal dengan temannya sendiri.
"Lah... emang begitu kenyataan nya hihi" Lily tertawa kecil.
"Ya udah gue pamit ya... takut kesiangan juga sampe sana" Bulan pamit pada Lily dan langsung berjalan keluar dari pintu kantor.
Bulan menyewa ojek online untuk segera sampai ke kantor pusat yang letaknya agak jauh dari kantor cabang nya.
Butuh waktu cukup lama untuk sampai kesana dan dengan ongkos yang tidak cukup sedikit.
Dan saat tiba disana Bulan. langsung di arahkan untuk. segera menghadap. ke ruangan direktur, dengan langkah malas dan berat tapi dia paksakan untuk menemui orang yang begitu menyebalkan menurut nya saat ini.
Tok... tok...
"Masuk... " terdengar suara Alwi dari dalam.
"Pak... mba Bulan sudah tiba" ucap sekertarisnya.
"Oh... biarkan dia masuk" ucap. Alwi yang langsung menutup layar laptop nya setelah mendengar kabar kedatangan Bulan.
Tak lama Bulan pun Melangkah masuk, Alwi langsung menatapnya dan memintanya duduk di kursi di depan meja kerjanya.
"Duduk lah" ucap Alwi ramah.
Bulan pun duduk dengan pelan di kursi tersebut, wajahnya tertunduk dia tak mau menatap Alwi lama-lama dia takut tak bisa mengendalikan perasaannya.
"Kau datang terlambat" ucap Alwi datar.
"Saya baru tahu kalau saya harus bekerja disini tadi pagi pak, bila saya tahu dari kemarin saya pasti sudah bersiap-siap sejak semalam agar tidak terlambat" jelas Bulan.
"Dari dulu tak pernah berubah selalu saja bisa menjawab" ucap Alwi datar.
"Saya menjawab sesuai fakta pak bukan di karang-karang"ucap Bulan ketus.
" Kau berani berkata dengan nada seperti itu dengan atasan mu? "tanya Alwi tegas.
" Ya berani kenapa harus takut "Bulan semakin jadi dia semakin sewot sama seperti Bulan saat masih sekolah dulu.
Sudah tak ada cinta kah di hati mu untuk ku Bulan... cara bicara mu sama seperti saat kau saat sekolah saat kau tak punya perasaan apa-apa pada ku.
Batin Alwi.
" Apa kau tidak takut di pecat karena berbicara tidak sopan begitu dengan atasan mu? "tanya Alwi datar.
" Nggak "jawab Bulan singkat.
" Kerjaan bukan disini ajah kok, masih banyak perusahaan lain yang mau menerima saya"ucap Bulan sombong.
"Tapi bila nama mu saya black list hingga tak ada perusahaan mana pun yang menanpung kamu apa kamu masih bisa berkata sombong seperti itu hem? " tanya Alwi lagi dengan nada kurang bersahabat.
"Rezeki sudah ada yang atur selagi manusia masih mau berusaha Allah pasti kasih rezeki tersebut kepada manusia yang masih punya keinginan dan berusaha, kucing liar saja bisa cari makan kenapa kita manusia yang punya akal dan mahluk sempurna tidak, saya nggak takut dengan ancaman anda" ucap Bulan menantang.
Alwi menggeleng terus terang sejak dari dulu dirinya memang tidak pernah menang berdebat dengan wanita yang ada di hadapannya ini, Bulan selalu bisa menjawab dan memberikan penjelasan tentang semua jawabannya hingga Alwi tak bisa berkutik.
"Kenapa kau jadi berubah seperti dulu lagi Bulan?" akhirnya kata-kata itu terucap juga.
"Saya tidak pernah berubah pak, saya tetap diri saya, oia apa saya sudah bisa memulai pekerjaan saya? atau anda benar-benar akan memecat saya? " tanya Bulan yang mengalihkan pembicaraan Alwi.
"Tidak saya tidak akan memecat mu, saya tahu kenapa prestasi mu dalam penjualan itu sangat bagus itu karena sikap mu yang sangat pintar berbicara hingga costumer juga tertarik pada tawaran mu" jelas Alwi.
"Oleh karena itu saya menunjuk kamu sebagai manager trainer saat ini, kau yang akan mengajari sales baru untuk berjualan" jelas Alwi pada Bulan.
"Saya naik pangkat gitu pak? bukannya ada pak Wawan ya sebagai manajer trainer disini kenapa harus saya? " tanya Bulan.
"Ya Wawan masih menjadi meneger trainer juga tapi cabang kita kan bukan cuma satu atau dua Bulan makan dari itu kamu di tunjuk untuk membantu dia bila dia sedang tidak bisa mengajar disini" jelas Alwi lembut.
"Ooo begitu... " Bulan hanya manggut-manggut saja.
"Bagaimana kau bersedia? " tanya Alwi.
"Bisa saya mencoba dulu, saya takut saya tidak seperti Pak Wawan" ucap Bulan ragu.
"Kenapa harus coba-coba begitu apa kau tidak percaya diri? " singgung Alwi.
"Heheh iya pak" Bulan tertawa kecil.
Alwi pun tersenyum tipis saat melihat wanita yang berada di hadapannya ini tertawa tanpa beban.
"Tunjukan pada saya dan semuanya kalau kamu memang pantas, karena saya tahu kamu pasti bisa" ucap Alwi tegas.
"Kalau saya nggak bisa gimana pak? kalau anak-anak yang saya didik itu nggak bisa memenuhi target gimana? apa anda akan memecat saya? " tanya Bulan lagi.
"Astaghfirullahalazim Bulan kenapa kamu ini senang sekali bertanya pertanyaan yang belum terjadi?! " geram Alwi menanggapi Bulan.
"Bukan begitu pak... "
"Pokoknya kerjakan saja pekerjaan mu dengan baik jangan banyak tanya saya butuh bukti bukan cuma omongan saja" ucap Alwi tegas.
"Kenapa bapak sepertinya memaksa saya ya? saya nggak mau loh pak jadi trainer bapak loh yang maksa, kalau saya di pecat bapak ya yang tanggung jawab" Bulan seolah menyudutkan Alwi.
"Oke... oke akan saya tanggung semua urusan kamu termasuk tempat tinggal mu nantinya"
"Hah?! " Bulan terkejut.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments