Bab 11

Tiga hari setelah hari itu, sejak hari itu Bulan selalu membuat sarapan pagi untuk Alwi sudah dia hari ini Bulan menyiapkan sarapan untuk Alwi berupa nasi goreng. dan pagi ini Bulan menyiapkan nasi dengan telur gulung saja untuk sarapan mereka berdua.

Dan saat Bulan ingin bersiap-siap berangkat bibinya yang nyinyir itu melihat nya dengan sinis, tapi tak di perdulikan oleh Bulan dia berjalan santai saja keluar dari rumahnya, sementara ayahnya sudah berada di toko kelontong miliknya karena hanya itu satu-satunya cara ayahnya berpenghasilan.

Dan pagi ini saat bertemu Alwi di gerbang pabrik Bulan langsung memberikan kotak makan pada Alwi dan di Terima Alwi dengan senang hati, dia pun sarapan dahulu sebelum bel masuk untuk karyawan.

Tapi saat makan siang Alwi mengembalikan kotak makan kepada Bulan dan bersikap aneh.

"Besok nggak usah bawa sarapan lagi" ucap Alwi datar.

"Kenapa? " tanya Bulan bingung dia lebih tepatnya kecewa dengan ucapan Alwi.

"Aku nggak mau ngerepotin kamu terus setiap pagi" ucapnya lagi.

"Tapi aku nggak merasa di repot kan kok" ucap Bulan lembut.

"Ck pokoknya jangan buat lagi titik" ucap Alwi tegas.

Bulan langsung tertegun saat mendengar Alwi berkata seperti itu, mungkin bila saat di sekolah dulu saat hatinya belum untuk Alwi, perasaan Bulan tak akan sekecewa ini saat mendengar nada bicara seperti itu dari Alwi tapi kini dia sudah mengisi hatinya dengan nama Alwi.

Bahkan rasanya ingin sekali dirinya menangis saat mendengar Alwi berkata seperti itu, Alwi yang menyadari dirinya berbicara kasar pada kekasihnya, tapi entah kenapa dari mulut nya dirinya sulit sekali mengatakan maaf, dia malah memilih meninggalkan Bulan dan berjalan sendirian ke arah ruang makan karyawan.

Bulan yang melihat Alwi pergi begitu sjaa, melangkah pelan menuju ke ruang makan, tapi saat di ruang makan langkahnya terhenti dan dia malah berbalik badan dan berlari ke mushola.

Bulan langsung mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat dzuhur tanpa makan siang hari ini.

Semua teman-temannya menanyakan keberadaan Bulan yang biasanya bersama Alwi tapi siang ini tak terlihat dengannya.

"Bulan kemana Wi? " tanya Tono.

"Nggak tahu" jawab Alwi singkat.

"Kok nggak tahu kan elu pacar nya, nanti di ambil orang loh" ledek Tono.

Alwi yang tadinya ingin menyuap nasi ke dalam mulut nya akhirnya berhenti, dan langsung berdiri dari kursinya dan pergi dari ruang makan mencari keberadaan Bulan, dia bertanya-tanya pada semua teman-temannya dimana keberadaan Bulan, semua teman-temannya mengatakan kalau Bulan ada di mushola dan Alwi langsung berlari ke arah mushola tapi langkah larinya terhenti ketika melihat kekasih nya itu sedang duduk di taman pabrik dan mengobrol dengan salah satu teman laki-laki nya.

Seolah tak rela kekasihnya diajak bicara dengan laki-laki lain, Alwi melangkah cepat ke arah taman dan langsung bergabung dengan keduanya.

"Man... sejak kapan kalian akrab? " tanya Alwi ketus.

"Jiah... si Alwi cemburu lu gue deket sama pacar lu, kita cuma ngobrol doang kok ya kan Lan" ucap Leman sewot dia kesal dengan sikap Alwi yang berlebihan menurut nya.

"Iya aku cuma ngobrol doang sama mas Leman" jelas Bulan lembut.

"Ck kenapa kamu nggak makan siang dulu? kenapa disini? marah? ngambek sama aku? " tanya Alwi penuh selidik.

Leman melihat kelakuan Alwi yang tidak biasanya, memilih pergi dari sana dan membiarkan Alwi berduaan saja dengan Bulan, agar tidak terjadi kesalahan fahaman.

Bulan tertegun kembali saat mendengar ucapan-ucapan Alwi yang sangat ketus.

Bulan hanya terdian saja tak menganggapi ucapan Alwi meski sebenarnya dia ingin sekali tapi entah kenapa mulut nya seolah terkunci dan tak bisa bicara dan membalas ucapan Alwi.

"Ayo kita makan" Alwi menarik tangan Bulan dan mengajaknya ke ruangan makan.

Tapi Bulan langsung melepaskan pegangan tangan Alwi hingga Alwi melihat kesal kepada nya.

"Kamu saja yang makan aku nggak nafsu" ucap Bulan pelan entah kenapa sejak pacaran dengan Alwi Bulan jadi lembut seperti ini.

"Nanti kamu sakit kalau tidak makan" bujuk Alwi.

"Nggak aku nggak akan sakit cuma karena nggak makan sekali saja" Bulan tetap duduk di bangku taman di berbicara tanpa melihat ke arah Alwi.

"Terserah lah" Alwi kesal dan meninggalkan Bulan sendirian di taman.

Rifa dan Uci yang melihat Bulan dan Alwi yang nampak terlihat tidak baik-baik saja pun menghampiri Bulan.

"Lan... elu berantem sama Alwi? " tanya Rifa.

"Nggak tapi nggak tahu kenapa dia tiba-tiba berubah padahal tadi pagi dia masih biasa ajah, tapi pas siang kenapa begini ya? " Bulan merasa ada yang aneh dengan kekasihnya.

"Mungkin Alwi lagi ada masalah kali Lan? " ucap Uci.

"Masalah? " ucap Rifa bingung.

"Iya mungkin dia lagi ada masalah di rumahanya, sama orang tuanya barang kali" jelas Uci.

"Hem.... iya bener juga, tapi kenapa gue yang di bawa-bawa? " Bulan bingung.

"Ya begitu kalau pacarab mah ada ajah masalah nya nggak selamanya baik-baik ajah, nggak selamanya jalannya mulus-mulus ajah ya kan? " ucap Uci yang sangat dewasa.

"Hem... bener juga tuh, ya udah sabar ajah nanti juga kalo dia udah tenang dia minta maaf ke elu dan baik lagi ke elu" jelas Uci.

Bulan tersenyum saat mendengar perkataan Uci yang sangat dewasa menurut nya, Uci tak menyalahkan Alwi atau berpihak pada Bulan juga dia hanya memberikan jalan tengah saja, agar Bulan berfikir positif tentang hubungan nya ini.

"Iya tenang ajah Alwi sayang kok sama elu" ucap Rifa yang merangkul pundak Bulan.

Bulan pun tersenyum kembali mendengar perkataan temannya itu, dukungan kedua teman-temannya membuat Bulan senang karena di saat dirinya sedih mereka masih mau menghibur dirinya.

Tapi....

Setelah kejadian itu sikap Alwi berubah total pada Bulan, Alwi sering ketus dan dingin pada Bulan, sebenarnya Alwi sendiri pun merasa aneh pada dirinya kenapa dia bisa seperti itu pada Bulan hampir setiap hari dirinya mengecewakan Bulan dan menyakiti hatinya dengan kata-kata nya.

Bahkan Tono dan Leman yang melihat perubahan sifat Alwi pada Bulan pun ikut menegur Alwi dan membela Bulan.

"Wi... elu kenapa sih sama Bulan? udah bosen? bilang putusin ajah" ucap Leman kesal.

"Apaan sih lu kalo nggak tahu permasalahan nya jangan ikut campur" Alwi kesal pada Leman.

"Lah terus kenapa elu kaya begitu sama Bulan, kalo bosen ya tinggal putusin jangan di gituin kasian Wi... itu anak orang punya hati, punya perasaan di diemin sama elu begini nggka jelas begini nyakitin hatinya tahu" Leman kesal.

"Iya bener kata Leman, Wi... apa elu sengaja biar Bulan sendiri yang bilang putus elu buat dia serba salah dan ngeliatin dia begini biar dia nggak tahan sama elu dan dia minta putus sama elu gitu? " singgung Tono.

"Tapi gue lihat Bulan cinta banget sama elu dia bakalan bertahan biar elu begini juga, dah mending elu ajah yang bilang putus jangan nyakitin begini Wi" Leman memberikan saran.

"Siapa yang pengen putus sih nggak gue nggak mau" Alwi kesal pada kedua temannya.

"Tapi elu tega sama cewe lo Wi... jangan begini Wi... itu nyakitin" ucap Mereka berdua serempak.

"Aarrrgh gue pusing gue juga nggak tahu kenapa gue tiba-tiba begini gue juga nggak pengen begini, gue juga pengen nya kaya biasnya ajah kedia tapi nggak tahu akhir-akhir ini kalo ketemu sama dia hati gue bimbang nggak jelas gue bingung" Alwi kesal.

"Aneh ya? " fikir Leman.

"Iya aneh" Tono pun ikut berfikir.

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!