Bab 10

Dan hari pun terus berlalu sejak hari itu, Alwi dan Bulan resmi berpacaran, dan sore ini saat pulang bekerja Bulan mengajak Alwi untuk berjalan layaknya ora g pacaran, tapi Alwi tak bisa.

"Kenapa? " tanya Bulan lembut.

"Aku belum siap" jawab Alwi singkat.

"Belum siap untuk apa? kita kan hanya jalan biasa saja? " tanya Bulan bingung.

"Nanti saja ya... kalau aku sudah siap aku yang akan ajak kamu" jelas Alwi lembut meski dalam hatinya merasa tidak enak mengecewakan kesayangannya.

"Baiklah" ucap Bulan kecewa.

"Jangan marah ya? " ucap Alwi lembut.

Bulan hanya mengangguk pelan dan pergi dari hadapan Alwi.

Maafkan aku sayang hanya saja belum saatnya.

Batin Alwi saat melihat punggung kekasih nya menjauh dari pandangannya.

Dan sejak kejadian itu Bulan tak mau mengajak Alwi untuk jalan lagi, hingga tiba saatnya Alwi yang mengajak Bulan untuk jalan dengan nya.

Wajah Bulan berbinar saat mendengar ajakan dari Alwi karena inilah yang selama ini di nantinya selama berpacaran dengan Alwi selama satu bulan ini.

Dan sore ini mereka pun bersiap untuk jalan, Bulan sudah bersiap sejak dari ruang ganti karyawan dia yang biasanya menunggu Alwi di luar hari ini berbeda Alwi sudah menunggu nya di luar ruang ganti pria yang letaknya bersebrangan dengan ruang ganti wanita.

Alwi tersenyum saat melihat kekasihnya keluar dari ruang ganti, mereka pun berjalan bersama dan menunggu bus untuk menuju tempat yang mereka tuju.

Baik Alwi maupun Bulan sama-sama belum mempunyai kendaraan pribadi, karena mereka belum sanggup untuk membeli kendaraan pribadi seperti motor, hingga keduanya masih menggunakan kendaraan umum bila kemana-mana.

Alwi mengajak Bulan turun di suatu jalan gang, Bulan sempat berfikir dimana ini.

"Alwi? kita mau kemana? " tanya Bulan bingung.

"Kerumah ku dulu" jawab Alwi lembut.

"Hah... kerumah mu? kenapa kau tidak bilang sejak tadi aku belum siap ketemu sama keluarga mu" Bulan panik.

"Sudah nggak apa-apa ayo, santai saja" ucap Alwi meyakinkan Bulan.

Dan dengan langkah yang berat Bulan pun akhirnya melangkah mengikuti langkah Alwi menuju rumahnya.

Ketika di sepanjang lorong gang kecil itu ada sekelompok anak-anak muda yang semuanya adalah anak laki-laki, menegur Alwi dan Alwi pun menyahuti mereka.

"Wi... baru pulang kerja? " tanya anak laki-laki seusia Alwi.

"Iya... " jawab Alwi singkat.

"Itu siapa Wi? " tanya satu pemuda lagi.

"Oh... ini pacar gue"jawab Alwi santai.

Dan wajah para pemuda yang sedang berkumpul di sebuah warung kopi itu pun langsung terlihat terkejut.

" Pacar serius elu pacaran? "tanya salah satu pemuda yang memakai kaca mata.

" Iya serius"jawab Alwi santai.

"Udah ya... yuk " Alwi pamit pada pemuda-pemuda tersebut dan mengajak Bulan berjalan kembali menuju rumahnya.

Bulan pun hanya tersenyum ramah pada sekelompok pemuda tersebut, saat mengikuti langkah Alwi.

Dan ketika sampai di depan rumahnya, ada seorang anak perempuan berusia kisaran 6tahun sedang bermain di depan rumahnya.

"Kenapa? " tanya Alwi tiba-tiba.

"Tadi jatuh" ucap anak perempuan itu.

Bulan mencium bau minyak urut dari badan anak itu dan seperti nya Alwi menyadari terjadi sesuatu pada anak itu hingga dia langsung bertanya padanya.

"Lain kali hati-hati" ucap Alwi lembut dan dia pun mengajak Bulan masuk kedalam rumahnya.

Sesampainya di dalam jantung Bulan berdegub kencang dia gugup. karena pertama kalinya datang kerumah seseorang yang di sukai bahkan kali ini tanpa persiapan.

Senyum canggung ditunjukkan oleh Bulan saat bertemu dengan seseorang wanita paruh baya dan wanita tua.

"Mah.... itu Cila kenapa? " tanya Alwi.

"Jatuh tadi waktu main sama teman-temannya" jawab wanita paruh baya itu.

"Oh... " jawab Alwi yang langsung berjalan ke dalam rumah dan masuk ke sebuah kamar di ujung lorong rumah tersebut.

Apa itu kamarnya.

Bati Bulan.

Dan tak lama Alwi keluar dari kamar tersebut dan dia sudah berganti pakaiannya, yang tadinya dia menggunakan kemeja saat ini dia menggunakan kaos santai berwana merah dan celana jeans.

Tampan.

Batin Bulan.

Alwi menyediakan segelas air minum untuk Bulan dan dia pun duduk di samping Bulan sambil memakan tempe goreng.

"Kamu mau makan dulu? " tanya Alwi.

"Nggak usah" jawab Bulan pelan dia malu-malu.

Dan akhirnya mereka pun pamit pada ibu dan nenek Alwi yang ada di rumah tersebut dan keluar dari rumah mereka dan menuju tempat tujuan utama mereka.

Saat di depan gang menunggu bus, Alwi menjelaskan kalau orang-orang yang dia temui tadi adalah teman-temannya, dan anak kecil tadi adalah adiknya, dan kedua wanita yang ada dirumah tersebut adalah nenek dan ibunya.

"Sebenarnya ada tiga lagi adik ku, hanya saja mereka saat ini sedang tidak dirumah" jelas Alwi.

"Ooo Alwi anak tertua? " tanya Bulan.

"Iya" jawabannya sambil tersenyum.

Dan tak lama bus pun datang dan mereka pun menaiki bus tersebut dan menuju tempat tujuan mereka.

Sore ini adalah sore yang membahagiakan bagi Bulan untuk pertama kalinya dirinya jalan dengan pacar dan cinta pertama nya, untuk pertama kalinya dirinya langsung di ajak ke rumah sangat kekasih, entah kenapa saat ini hatinya seolah hanya terisi oleh sebuah nama yaitu Alwi.

Bahkan saat pulang pun Alwi mengantarkan Bulan pulang tapi tak sampai di rumah Bulan hanya meminta di antar sampai ujung gang saja padahal rumahnya sudah tak jauh dari gang, dia tak ingin bibinya berkata pedas saat melihat nya berjalan dengan seorang laki-laki.

Tapi Bulan salah saat Alwi mengantarkannya, sang bibi yang sedang di luar rumah melihat itu.

"Dia sekarang sudah berani pacaran rupanya" gumam bibinya dia tak suka melihat Bulan mempunyai pacar sedangkan anaknya belum punya pacar.

Saat tiba di rumah Bulan langsung di sambut dengan pandangan sinis oleh bibinya itu, namun Bulan tak mau ambil. pusing dia langsung masuk ke dalam kamarnya.

Perasaannya sedang senang hari ini dirinya tak ingin membuat good moodnya berubah menjadi badan mood karena harus bertengkar dengan ibu tirinya itu.

Dan saat malam tiba,saat Bulan keluar dari kamarnya tiba-tiba ayahnya yang baru saja pulang dari toko kelontong miliknya menegurnya.

"Bulan... apa kamu sudah punya pacar? " tanya Ayahnya.

"Iya ayah" jawab Bulan pelan.

Pasti wanita tua ini deh yang bilang sama ayah, dia pasti lihat aku pulang di antara oleh Alwi tadi.

Batin Bulan saat melihat bibinya yang sedang duduk di samping ayahnya.

"Kalau pacaran jangan di luar bawa kerumah" ucapan ayah sungguh di luar dugaan bahkan bukan itu yang di inginkan bibinya.

Bibinya ingin nya Bulan di suruh jangan pacaran oleh ayahnya, tapi kenapa malah ayahnya menyuruh Bulan mengajak pacarnya datang kerumah.

Bukan begini maksud ku mas... kenapa malah kamu mendukung anak mu pacaran sih...

Bibinya geram di dalam hatinya.

Bulan tersenyum karena ini pertanda baik untuk hubungan nya dengan Alwi walau dia sadari keduanya masih sangat muda untuk ke jenjang yang lebih serius.

Nggak bisa di didiemin nih aku harus bertindak, aku nggak mau dia laku duluan, sedangkan anak ku belum.

Batinnya sudah berniat busuk.

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!