Bab 7

Hingga waktu terus berlalu dan tak terasa Bulan dan Alwi sudah lulus dari sekolah, Alwi lulus setahun lebih dahulu dari Bulan.

Setelah lulus Bulan mencoba melamar kerja, ke setiap pabrik yang dekat dengan daerah rumah nya. Bulan pernah bekerja beberapa minggu saja di pabrik Garment yang besar tapi hanya sebagai tenaga borongan saja, hingga suatu pagi saat Bulan melintasi sebuah kawasan pabrik, Bulan melewati sebuah pabrik otomotif yang besar dan sangat terlihat bonafit.

Andai aku bisa bekerja disini.

Batin Bulan.

Dan doanya seolah di dengar oleh sang Pencipta satu bulan kemudian Bulan melayangkan lamaran ke pabrik tersebut dirinya pun mendapatkan panggilan untuk bekerja disana, betapa senangnya dirinya mendapatkan pekerjaan disana di tempat impiannya.

Dan pagi ini dirinya yang bersemangat di hari pertama nya bekerja, ada beberapa orang teman seusianya sepertinya juga mendapatkan panggilan bekerja disana.

Seorang pria paruh baya yang berkumis tebal dan berbadan kecil membawa Bulan dan tiga orang anak baru juga ke lantai dua dimana disna adalah tempat bagian produksi.

Tiga meja kompayer berjajar di setiap Line, Line yang terdiri dari tiga line tersebut dan sepertinya akan dibuat line baru lagi untuk anak-anak baru yang hari ini akan masuk, bagian produksi yang kebanyakan wanita sedangkan pria di bagian pengiriman barang dan bagian pengecekan barang.

Dan saat pria paruh baya itu mengarahkan Bulan dan ketiga anak baru itu di line baru, pria paruh baya tersebut yang barundinketahui adalah seorang supervisor, pun memanggil seorang anak laki-laki untuk membantunya mengajari pekerjaan pada anak baru.

Seorang anak laki-laki berumur kisaran 20tahunan, menuju line baru.

"Ya... pak ada apa panggil saya? " tanya anak laki-laki itu.

"Tolong kamu ajarin mereka mengerjakan pekerjaan ini ya mulai dari memasukan barangnya ke kemasan hingga tahap packing" jelas pengawas tersebut.

Dan saat pengawas tersebut memperkenalkan anak laki-laki itu dengan Bulan dan teman-teman barunya, Bulan terkejut saat melihat siapa sosok anak laki-laki tersebut begitu pun sebaliknya anak laki-laki itu pun terkejut melihat Bulan.

"Bulan" gumamnya pelan.

"Alwi" Bulan pun sama dia hanya berbicara dengan suara kecil hingga tak ada yang bisa mendengar nya.

Alwi pun akhirnya mengajakan Bulan dan kawan-kawan nya cara bekerja, memasukkan barang ke plastik kemasan dan mengepresnya di mesin pres, kemudian mengajakan mereka memasukan barang yang sudah di pres ke dalam kardus kemasan dan mengepaknya di kardus dan di susun di paket, hingga batas maximal.

"Mengerti? " tanya Alwi pada kelompok anak baru ini.

"Iya mas ngerti" ucap seseorang anak perempuan yang lain.

Bulan terlihat tersenyum mendengar Alwi di panggil mas, Alwi melihat itu dan dia belagak cuek padahal dirinya kesal karena sebenarnya dia sangat tahu adik kelasnya itu mentertawakan nya.

"Ya sudah kalian kerjakan ini dan kalau tidak mengerti tanya saya, meja saya disana, kalau nggak ada saya kalian bisa tanya pada teman-teman saya" jelas Alwi ramah, dia tak sedingin dan selalu seperti saat masih di sekolah dulu.

Sebenarnya tanpa Bulan sadari Alwi banyak berubah menjadi sosok yang Friendly sejak mengenal dirinya, Alwi yang melihat Bulan itu selalu ceria dan Friendly kepada setiap orang tapi tak membiarkan hatinya untuk sembarang orang seolah menjadi contoh bagi Alwi.

Hingga saat ini Alwi pun mengikuti prinsip Bulan berteman dengan siapa saja, tak usah takut dosa asal kita jaga iman kita, untuk hati kita jaga dan kita buka hanya untuk seseorang yang berarti dan tepat pastinya.

Waktu terus berlalu hngga waktu jam istirahat pun tiba, semua karyawan yang bekerja pun beristirahat begitu pun Bulan dan teman-teman barunya.

Mereka pun beristirahat dan berkumpul bersama para karyawan mengantri di ruangan makan khusus karyawan, karena setiap. pekerja di pabrik ini mendapatkan jatah makan siang baik itu anak lama maupun anak baru.

Saat sudah mendapatkan jatahnya Bulan dan ketiga temannya pun berjalan ke arah meja panjang yang masih kosong, dan tak lama Alwi dan teman-temannya pun ikut bergabung dengan mereka, saat makan ada beberapa obrolan yang mereka bicarakan, antara anak baru dan anak laki-laki yang sudah cukup lama bekerja disana.

Tapi Bulan dan Alwi yang duduk berhadapan hanya terdiam dan memakan makanan mereka dengan hidmat.

Setelah selesai makan Bulan dan Alwi berjalan ke mushola pabrik mereka melakukan shalat dzuhur di tempat berbeda, Bulan di tempat perempuan sedangkan Alwi di tempat laki-laki.

Setelah selesai shalat keduanya pun keluar dari mushola secara berbarengan, Bulan berjalan melewati Alwi tapi langkahnya terhenti ketika Alwi menegurnya.

"Bulan... " sapa Alwi.

Bulan pun menoleh kearah Alwi.

"Ya ada apa? " tanya Bulan pelan.

"Hem... sekarang kau berhijab? " tanyanya.

Bulan hanya mengangguk saja.

"Kenapa memang nya, apa nggak pantas? " tanya Bulan Akhirnya.

"Nggak pantas kok, cuma kamu harus jaga hijab mu, bila sudah berhijab kamu nggak boleh seperti saat di sekolah urakan" singgung Alwi.

"Iya aku tahu" ucap Bulan pelan dan berlalu dari Alwi.

Alwi menyipitkan matanya dia merasa Bulan sudah berubah, Bulan yang dia kenal dulu bila dia singgung seperti itu pasti langsung naik pitam dan langsung berdebat dengannya.

Bulan berjalan ke arah pintu pabrik bagian produksi yang belum di buka, sebenarnya hatinya kesal mendengar ucapan Alwi tadi tapi, dia berfikir lagi semua yang di katakan Alwi memang benar dia harus menjaga hijabnya, bersikap layaknya wanita yang menutupi auratnya bukan hanya bagian tubuh yang tak terlihat tapi cara bicara dan tingkah laku memang harus di jaga.

Bulan yang sedang menunggu pintu di buka melihat Alwi yang mendekat padanya.

"Marah? " tanya Alwi.

"Nggak" jawab Bulan singkat.

"Maaf kalau kata-kata gue nyinggung elu, gue nggak bermaksud jelek" ucap Alwi tanpa melihat ke arah Bulan.

"Nggak gue nggak tersinggung kok,ucapan elu benar dan gue setuju dengan itu" ucap Bulan lembut.

Alwi tersenyum tipis, dia tak menyangka satu tahun tak bertemu Bulan sudah berubah, bukan si Bulan yang urakan lagi.

Tak lama pintu ruangan bagian produksi pun terbuka, semua karyawan yang bener pun akhirnya masuk kedalam ruang produksi, dan mulai bekerja di bagian masing-masing.

Tanpa Bulan sadari saat dirinya sedang bekerja Alwi selalu memperhatikan nya dari mejanya dan mencuri pandang dari kejauhan.

Dia tahu dan sadar ini salah tapi gadis yang dia kenal ini entah kenapa seolah sudah mencuri hatinya saat ini, setahun lalu dia memang mencuri perhatiannya selama dua tahun di sekolah, bahkan Hasnah sampai cemburu pada Bulan karena sebenarnya Hasnah juga menyukai Alwi, tapi Alwi tak pernah menyadari itu apa lagi, saat dirinya mengenal Bulan yang menolak mentah-mentah temennya sang playboy boy sekolah Eysien, membuat Alwi semakin simpati padanya. di tambah lagi pertemuannya saat ini seolah mengobati rasa rindunya pada Bulan yang selalu mencuri perhatian darinya, mencuri perhatian tanpa Bulan sadari dan tanpa Bulan sengaja, kalau setiap tingkah lakunya selalu mencuri perhatian seorang Alwi.

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!