Hari Minggu telah tiba. Pukul Sembilan pagi dirinya sudah berada di rumah Zeta. Zeta tengah bersiap, sementara Galaksi menunggu ditemani Pak Wijoyo. Semenjak percakapan mereka beberapa hari lalu membuat keduanya akrab. Tidak lama kemudian Zeta keluar dengan pakaian snatainya dan sebuah sling bag dibahunya.
“Yah, Zeta berangkat dulu.” Pamit Zeta.
“Iya, ingat pesan Ayah ya?” jawab Pak Wijoyo. “Kamu juga Galaksi, ingat ya?”
“Siap, Om.” Jawab Galaksi memberi hormat.
Zeta naik ke motor Galaksi dan Galaksi segera melajukan motornya menjauh dari rumah Zeta. Namun tiba- tiba Galaksi menghentikan laju motornya, bahkan mereka masih dekat dengan rumah Zeta.
“Kenapa, Kak?” tanya Zeta heran.
“Lo mau kemana? Ato gue yang tentuin tempatnya?”
Zeta terdiam, ternyata sikap baik Galaksi tadi hanya akting didepan ayahnya. Zeta menghembuskan nafasnya, sepertinya ia harus banyak bersabar menghadapi kakak kelasnya ini.
“Ke Dufan yuk?” ajak Zeta.
Tidak ada jawaban dari Galaksi, tapi motor kembali melaju. Zeta hanya pasrah, setidaknya dia sudah menyebut suatu tempat untuk mereka kunjungi.
Zeta membulatkan matanya melihat kini mereka benar- benar ke Dufan. Tadi Zeta pikir Galaksi tidak setuju dengan tempat pilihannya, karena Galaksi hanya diam. Belum ada percakapan lagi sejak tadi, kini Galaksi tengah membeli tiket masuk untuk mereka.
“Ayo!” ajak Galaksi.
Zeta menahan lengan Galaksi, membuat cowok itu menghentikan langkahnya. Lalu ditatapnya Zeta dengan ekspresi bertanya.
“Ke… kemarin Kak Galaksi beneran ngomong ke ayah? Atau Kak Galaksi cuma bohong?” tanya Zeta memberanikan diri.
“Kenapa? Emang penting buat lo?”
“Tentu aja! Ki… kita pacaran, kan? Jadi aku mau pastiin…”
“Lo bilang gue salah paham, kan? Jadi…”
“Kak Galaksi sendiri yang bilang kalo aku pacar kakak.”
“Jangan- jangan lo suka beneran sama gue?” tanya Galaksi, ia menggeleng tak percaya mendengar ucapan Zeta tadi.
Lagipula mengapa gadis itu sangat bersikeras menyatakan bahwa mereka pacaran? Galaksi mengernyit karena tidak mendengar jawaban dari Zeta, gadis itu hanya menunduk dengan rona merah diwajah.
‘Oh, shit!’ umpat Galaksi dalam hati.
“Iya! Aku suka Kak Galaksi!” aku Zeta menatap mata Galaksi.
Setelah pengakuan Zeta tadi, gadis itu kembali terlihat ceria. Ia aktif mengajak Galaksi memainkan beberapa wahana di taman bermain ini. Galaksi tertawa tak percaya. Ternyata Zeta benar- benar polos dan tak tahu apa- apa. Galaksi kembali tertawa tak percaya.
“Kak Galaksi mau naik apa lagi?” tanya Zeta.
“Terserah lo.”
“Nggak, sekarang kakak yang pilih.”
Galaksi terdiam nampak berpikir, ia memperhatikan beberapa wahana disekitarnya. Lalu pandangannya tertuju pada satu tempat yang terlihat ramai dengan antrean beberapa pengunjung.
“Ayo naik itu!” tunjuk Galaksi.
Zeta memandang arah telunjuk Galaksi. Ia membulatkan matanya melihat wahana apa yang dimaksud cowok itu.
“Serius naik itu, Kak?” tanya Zeta ragu.
Namun anggukan Galaksi membuat Zeta khawatir. Wahana yang dimaksud Galaksi adalah roller coaster. Zeta memang takut naik wahana itu, sebenarnya wahana- wahana yang menguji adrenalin selalu Zeta hindari sejak tadi. Zeta menyesal memperbolehkan Galaksi memilih wahana yang akan dinaiki selanjutnya.
Wajah Zeta sudah tegang dan pucat pasi, ia mencengkeram pengaman pada kursinya. Jantungnya pun sudah berdebar kencang, ini pengalaman pertamanya menaiki roller coaster. Galaksi menoleh kesampingnya memperhatikan wajah pucat Zeta, ia mengernyitkan dahi.
“Lo takut?” tanya Galaksi setengah meledek.
“Iya, aku turun ya? Kak Galaksi naik sendiri…”
“Nggak bisa, sebentar lagi juga wahananya mau mulai.”
“Bisa! Aku bisa ngomong sama petugaAAAA….”
Belum sempat Zeta menyelesaikan ucapannya, wahana itu sudah meluncur. Tak hanya Zeta yang berteriak, penumpang lain pun berteriak. Zeta sudah menjerit- jerit ketakutan, bahkan air matanya sudah meluncur keluar. Berbeda dengan Galaksi yang malah terlihat bahagia. Tawanya membahana di wahana ini. Tidak ada raut ketakutan diwajahnya. Ia sangat menikmati roller coaster ini.
Zeta benar- benar lemas, ia segera mencari kursi. Gadis itu tengah mengatur nafasnya, nyawanya masih terasa terombang- ambing di wahana itu. Galaksi masih mentertawakan Zeta yang ternyata penakut, ia duduk disebelah gadis itu. Ia merasa sangat terhibur hari ini.
“Ayo naik itu!” tunjuk Galaksi semangat.
“Nggak, Kak. Aku mau cari minum dulu. Kalo Kak Galaksi mau naik, naik sendiri aja.”
Zeta bangkit dan berjalan pelan meninggalkan Galaksi. Akhirnya mau tak mau Galaksi mengikuti Zeta. Café lah tempat tujuan Zeta saat ini, ia ingin mengistirahatkan diri terlebih dulu. Ketika sedang menunggu pesanan mereka, tiba- tiba ponsel Zeta berdering.
“Halo?”
Sementara Galaksi hanya memperhatikan Zeta yang tengah berbicara di telepon. Ia menaikkan satu alisnya ketika melihat raut wajah Zeta berubah ceria seperti sediakala. Zeta mengakhiri obrolannya masih dengan senyum mengembang. Dia menyedot milkfloatnya yang baru saja tiba, Zeta tak merasakan jika sedaritadi ada yang memperhatikan.
“Siapa?” tanya Galaksi akhirnya.
“Dari Kak Sion.” Jawab Zeta masih dengan senyum bahagianya.
“Sion? Cowok lo?”
“Uhuk…”
Tentu setelah mendengar ucapan Galaksi barusan Zeta langsung tersedak. Entah apa yang ada dipikiran Galaksi, kemarin dia mengira Vernon pacar Zeta. Kini mengira Sion….
“Ah, bukan. Kak Sion sepupu aku.” Jelas Zeta setelah sedikit meredakan batuknya. Ia lupa jika Galaksi belum mengenal semua sepupunya.
“Sepupu lo cowok semua ya.” Ucap Galaksi meminum minuman yang tadi dipesannya.
Zeta menggelengkan kepala. “Nggak kok, ada juga yang cewek. Kak Sean kembarannya Kak Sion cewek, terus Kak Venus adiknya Kak Vernon juga cewek.”
Akhirnya Zeta bercerita tentang para sepupunya itu dan Galaksi hanya mendengarkan atau kadang berkomentar yang membuat Zeta mencebik sebal. Sepertinya mood Zeta sudah kembali membaik, dia memang selalu bersemangat jika menceritakan semua anggota keluarganya. Mereka sangat menyayangi Zeta, begitu juga dengan Zeta yang menyayangi semua keluarganya.
“Nggak kerasa udah sore. Ayo kak pulang.” ajak Zeta.
“Bentar lagi, masih jam segini juga.”
“Nggak! Nanti Ayah marah.”
Galaksi berdehem pelan ketika mendengar Zeta menyebut tentang Pak Wijoyo. Benar juga, dirinya masih harus menjaga image- nya didepan Pak Wijoyo setelah obrolan nekatnya kemarin.
“Ya udah, ayo.” Ucap Galaksi dan berjalan mendahului Zeta.
🪐🪐🪐🪐🪐
Zeta turun dari motor Galaksi dan melepas helmnya. Mulut Galaksi yang hendak terbuka untuk berbicara pada Zeta kembali mengatup ketika melihat seorang cowok berlari dari dalam rumah. Cowok itu berdiri disamping Zeta dengan berkacak pinggang. Sementara Zeta terlonjak kaget.
“Dia siapa, Ze?” tanya cowok itu menatap Galaksi.
“Oh kenalin, namanya…”
“Sion! Lo ngapain sih lari- lari kek dikejar setan?” teriak suara dari halaman depan. “Wih, ada cogan.”
“Ck, masuk lo!” tunjuk Sion pada Galaksi.
Galaksi menatap Zeta untuk meminta penjelasan. Sion dan Sean sudah berjalan terlebih dulu dengan Sion yang menarik Sean.
“Maaf, Kak.” Cicit Zeta.
Galaksi mendengus dan mengikuti mereka masuk ke rumah Zeta. Sion menyuruh Galaksi untuk duduk.
“Lo siapa?” tanya Sion.
“Pacar Zeta.” Jawab Zeta cepat, membuat semua yang disana menoleh kearahnya.
“Sejak kapan?”
“Seminggu yang lalu.”
“Dek, Kak Sion nggak tanya kamu. Se, bawa Zeze masuk!”
“Kenapa? Gue mau disini, wajahnya enak dipandang.” Jawab Sean tersenyum.
Galaksi baru boleh pulang setelah Pak Wijoyo muncul dan menyuruh dirinya untuk pulang karena hari sudah gelap. Galaksi tak habis pikir, ternyata sepupu Zeta yang satu itu sangat protektif. Sementara kembarannya membuat Galaksi bergidik ngeri.
“Baru pulang Kang Galak?” sapa seseorang langkah Galaksi terhenti.
“Ngapain lo berdua disini?”
“Gimana kencan lo?” tanya orang itu menaik turunkan alisnya.
“Kencan pala lo peyang!” umpat Galaksi menjitak kepala orang itu.
Galaksi masuk rumah. Dia segera naik ke lantai dua, sementara dua orang dibelakangnya hanya mengikuti.
“Kang Galak, pinjem PS lo dong.” Pinta Leo memasang wajah memelas. Ya, dua orang itu adalah Virgo dan Leo. Seperti biasa mereka datang tanpa diundang.
“Jijik gue.” gidik Galaksi dan masuk ke kamarnya.
Sementara Virgo dan Leo bertos ria, mereka segera melesat menuju depan televisi di ruang tengah.
Untuk Wawasan:
Bintang Rigel mempunyai julukan sebagai Beta Orionis, yang berarti bintang paling terang kedua di rasi bintang Orion.
By. ilmugeografi.com
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Erlina Khopiani
hadir
2020-10-12
1