Halaktyka
Seorang gadis masih mematut diri didepan cermin, memperhatikan penampilannya. Dia masih asyik berdiri didepan cermin kamarnya yang bernuansa luar angkasa dengan lukisan gugusan bintang di dinding. Senyumnya mengembang ketika sudah merasa puas dengan penampilannya kali ini. Walau ia masih mengenakan seragam putih birunya, ia merasa jika dirinya kini sudah beranjak menuju dimana masa yang akan sangat menyenangkan. Lamunannya buyar saat seseorang memanggilnya untuk segera turun.
“Selamat pagi, Ayah.” Sapanya ceria ketika melihat Pak Wijoyo duduk santai di meja makan.
“Ayo sarapan, hari ini semangat sekali ya?”
“Iya dong. Kan, harus semangat. Akhirnya Zeta jadi anak SMA.”
Ya, gadis itu adalah Zeta. Si gadis polos dan selalu ceria. Dia adalah anak tunggal dari keluarga Wijoyo. Kini Zeta hanya tinggal berdua bersama sang Ayah, karena Bundanya sudah pergi meninggalkan mereka ketika Zeta berumur lima tahun. Bunda pergi untuk selamanya, karena sebuah penyakit yang dideritanya.
“Ah iya, besok Ayah akan ditugaskan ke Yogyakarta tiga hari. Nanti Ayah akan meminta Vernon untuk menginap disini selama Ayah pergi.” Kata Pak Wijoyo disela sarapan mereka.
“Beneran, Yah? Tapi, bukannya Kak Vernon masih banyak tugas kampus?”
“Kan, bisa dikerjakan di rumah. Makanya kamu jangan ajak keluar Vernon. Kebiasaan kamu kalo ada temannya suka diajak begadang diatas genteng.”
Zeta mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan Pak Wijoyo barusan. Tapi memang benar sih, setiap Vernon atau sepupu yang lain menginap, Zeta pasti mengajak mereka untuk menemaninya memotret keindahan langit malam. Namun yang paling sering menemaninya adalah Vernon, sepupu tertuanya yang kini tengah kuliah disalah satu universitas. Alasan mengapa Vernon yang sering menemani Zeta, karena rumah Vernon yang paling dekat.
“Oh, Vernon?” panggil Pak Wijoyo ketika melihat pria itu memasuki ruang makan.
“Iya, Om.”
“Ayo, sarapan!”
“Ah, Vernon sudah sarapan Om.”
🪐🪐🪐🪐🪐
Zeta duduk dibelakang motor Vernon yang tengah melaju membelah keramaian jalan. Di saat seperti ini pasti banyak juga yang akan berangkat ke kantor atau sekolah. Beberapa menit kemudian mereka sampai didepan gerbang sebuah SMA yang sudah ramai dengan beberapa siswa dan guru yang baru berangkat. Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah liburan selama dua minggu. Ya, hari ini hari pertama Zeta menjalani masa orientasi.
“Nanti malam Kak Vernon nginap di rumah?” tanya Zeta sembari dirinya turun dari motor Vernon.
“Iya, tadi malam Om Wijoyo udah nge-chat Kakak.” Jawab Vernon membuka kaca helmnya.
Zeta tersenyum senang, nanti malam ia tidak akan sendiri di rumah. “Kalau gitu Zeta masuk dulu ya?”
“Iya, belajar yang bener ya? Oh iya, nanti Kakak nggak bisa jemput.” Ucap Vernon memberitahu, Zeta hanya mengangguk patuh. “Itu rambutnya dibenerin dulu. Sini Kakak bantuin.”
Zeta mendekat kearah Vernon dan membiarkan Vernon untuk merapikan rambutnya. Tanpa mereka sadari banyak anak- anak yang memperhatikan. Setelah selesai dengan rambutnya, Zeta bergegas masuk karena sebentar lagi bel berbunyi. Zeta terlebih dulu menitipkan helm yang tadi dipakainya.
Kini Zeta sudah memasuki kelasnya, ia duduk bersama gadis cantik bernama Meli. Tadi mereka saling mengenal ketika sedang apel di lapangan. Pengurus OSIS memutuskan untuk melakukan kegiatan di dalam ruangan karena cuaca yang sedang tidak mendukung. Diluar sangat panas, sehingga menyebabkan banyak siswa yang pingsan saat tadi apel.
“Sudah masuk ke kelas semua?” tanya salah satu kakak OSIS yang akan menjadi pembimbing selama dua hari ke depan.
“Sudah, kak.” Koor anak- anak.
“Oke, hmm. Enaknya kita ngapain ya? Kak, kita ngapain nih? Biar nggak bosan.” Tanya kakak pembimbing berambut sepinggang.
“Apa ya? Perkenalan dulu aja ya?” jawab kakak yang lain.
“Oke, setuju ya jika kita kenalan dulu. Kan ada pepatah tuh, tak kenal maka tak sayang.” Ucap kakak itu. “Ayo mulai dari kamu! Sebutkan nama, asal dari sekolah mana, dan cita- citanya apa.”
Seorang anak yang tadi ditunjuk oleh kakak OSIS itu segera berdiri dan mulai memperkenalkan nama. Begitu seterusnya sampai giliran Zeta, dia berdiri dan menarik nafasnya sebelum sebuah senyuman manis menghias wajahnya.
“Nama saya Zeta Orionis Wijoyo, saya dari SMP Cendekia Bangsa. Ehm, cita- cita saya… saya ingin melihat aurora di Greenland.” Ucap Zeta mantap.
Jika kebanyakan anak akan menjawab cita- cita apa yang ingin dicapai, seperti bercita- cita ingin menjadi dokter, guru, atau lain sebagainya. Berbeda dengan Zeta, sedari kelas lima sekolah dasar dirinya sudah memiliki cita- citanya sendiri. Ia sangat ingin mengunjungi Greenland untuk melihat fenomena alam yang sangat indah, yaitu aurora.
Semenjak perkenalan Zeta yang tergolong unik, dirinya cepat dikenal oleh teman- temannya. Bukan pandangan aneh yang ditujukan teman- temannya, melainkan pandangan takjub. Zeta juga memutuskan untuk memilih ekskul fotografi, acara dihari kedua masa orientasi adalah demo ekskul. Zeta dan Meli berada di kantin, tadi Zeta membawa kameranya karena Meli penasaran dengan hasil bidikan Zeta. Meli berdecak kagum melihat bidikan Zeta yang sangat bagus.
“Lo kok bisa jago banget sih?” kagum Meli. Zeta hanya tersenyum menanggapi semua pujian Meli. “Lo dapet tempat dimana deh?”
“Kapan- kapan mau ikut aku? Kadang ada hujan meteor yang bisa kita lihat pakai mata telanjang, tanpa teleskop.”
“Beneran? Kapan- kapan lo ajak gue.”
“Boleh, nanti kita ke Bromo. Disana bisa lihat Milky way.”
“Lo paling suka galaksi apa? Setahu gue ada banyak nama, dikamera lo kebanyakan galaksi bima sakti.” Ucap Meli masih mengutak- atik kamera Zeta.
“Aku suka Galaksi…”
“Jadi lo suka gue?” potong sebuah suara dibelakangnya.
Zeta menoleh ke sumber suara dan mengernyitkan dahi, tanda jika dirinya bingung. Begitu juga dengan Meli, teman baru Zeta di SMA 20 ini.
“Oke, mulai sekarang lo jadi pacar gue.” lanjutnya dan pergi meninggalkan kantin, dimana Zeta dan temannya berada.
“Tadi siapa, Mel?” tanya Zeta pada Meli.
“Nggak tau.” Jawab Meli menggelengkan kepalanya bingung. “Emang dia siapa sih?” tanya Meli menggaruk ujung hidungnya.
🪐🪐🪐🪐🪐
Sementara anak yang bernama Galaksi tadi kini tengah berada didalam kelas, saat ini suasana kelasnya sangat berisik dikarenakan tidak ada guru yang masuk. Kelas 11 IPS 3, kelas yang berisikan anak- anak bandel yang selalu membuat para guru penyakitan. Galaksi memejamkan matanya dengan telinga tersumpal earphone dan kaki naik keatas meja. Namun baru saja ia merasakan ketenangan, seseorang datang mengganggunya.
“Woy! Lo gila ya?” ucap seorang anak menggebrak meja.
“Emang Galaksi ngapain, Le? Kok tadi kayaknya kantin heboh.”
“Lo tau, Go. Dia nembak cewek tadi dikantin!” ucap Leo salah satu sobat Galaksi dengan suara lantang membuat kelas yang tadi ramai mengalahkan pasar mendadak sunyi.
“Sumpah lo?!” kini Virgo yang berteriak histeris.
“Ckck, lo berdua bisa diam nggak sih?!” bentak Galaksi yang merasa sangat terganggu dengan kehadiran dua orang itu.
“Lo kesambet apaan? Bisa- bisanya baru juga masuk udah gaet anak orang lo.” Kata Virgo yang diangguki Leo.
“Ckck, orang dianya ngaku kalo suka gue…”
Bel nyaring menghentikan obrolan mereka, kelas kembali ricuh. Lalu dalam sekejap kelas kembali hening dan hanya menyisakan tiga orang didalam kelas. Bel tadi menandakan jika pembelajaran hari ini diakhiri dan semua anak diperbolehkan pulang.
“Yok, cabut!” ajak Leo.
Galaksi, Virgo, dan Leo berjalan bersama menuju tempat parkir. Banyak pasang mata yang terus memperhatikan ketiganya. Padahal ketiga orang itu tidak ada yang enak dipandang. Penampilan ketiganya sangat urakan, tapi yang paling parah Galaksi. Dandanan Galaksi sudah tidak seperti siswa SMA pada umumnya. Rambut berantakan, seragam yang keluar masuk, dan celana jeans bewarna biru keabuan seperti warna celana seragam SMA.
“Gue jadi penasaran sama cewek yang lo tembak tadi. Siapa namanya?” tanya Virgo.
“Gue nggak tau nama dia.” Jawab Galaksi tak acuh.
Namun tiba- tiba manik hitamnya menangkap sosok gadis yang tengah berdiri didepan gerbang. Walau dari belakang Galaksi seperti pernah melihat sosok itu.
“Noh! Orangnya berdiri didepan gerbang yang rambutnya kek ekor.” Tunjuk Galaksi.
Serempak kedua temannya mengikuti arah yang ditunjuk Galaksi. “Gila lo! Pinter lo milih cewek. Manis gitu.” Kagum Leo.
Mendengar pujian dari Leo, Galaksi hanya menampilkan smirknya. Tiba- tiba sifat sombongnya keluar tanpa diperintah. Namun semua itu hanya sekejap saat Virgo kembali histeris.
“Dia udah punya cowok, ****! Lo mau jadi PHO?!”
Pandangan Galaksi kembali kearah gadis yang tadi berdiri didepan gerbang, dia sedang bersama seorang cowok. Wajahnya terlihat berseri- seri, tentu senyumnya tak pernah lepas. Gadis dan cowok itu pergi meninggalkan area sekolah.
“Bodo amat dia udah punya cowok atau belum.” Ucap Galaksi dengan wajah datarnya dan pergi meninggalkan kedua temannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
aidaaira
aq mampir disini jg kak
2021-02-19
2
onewaytosee
eaaa..idenya beda niih @hanafujiwara...lucu..kiyut...
biasanya peran utama ganteng, rapi...kali ini..😁 saya klik suka, fav, 🥰
2020-12-10
1
Erlina Khopiani
bom like
2020-10-12
1