Anita Menghilang Misterius

Setelah hari itu, Andre rutin mengunjungi Naya. Perhatiannya berangsur tumbuh dengan istimewa kepada adik iparnya tersebut. Andre akan berkunjung menjenguk Naya sebelum ataupun sepulang ia bekerja.

Sampai akhirnya Naya pun tersadar. Naya membuka matanya perlahan, cahaya matahari dibalik jendela mengusap pelan wajah gadis manis ini. Andre tersenyum sembari menatap wajah Naya. 

Tapi yang tidak disangka oleh Andre adalah adik ipar nya tersebut tidak bisa atau bisa di katakan kehilangan kemampuan untuk mengucapkan sepatah kata apapun. Andre  pun tak kalah paniknya dengan Naya, ia segera memanggil dokter.

Dokter Miftah pun segera tiba dalam ruang perawatan Naya.

“Dokter, kenapa dengan adik saya?”

“Maaf, pak sebelumnya kita belum pernah berbincang sebelumnya.”

“Ada apa ini dok, berbincang apa.”

“Begini pak Andre, adik bapak ini, kerongkongannya telah di tusuk dengan benda tajam oleh seseorang yang mengakibatkan pita suaranya putus, sehingga Naya pun tidak bisa berbicara sekarang ini.”

“Astaga, bagaimana bisa terjadi seperti ini dok.” Wajah Andre berubah mendung

“Maaf pak, tapi kami juga tidak tau pasti tentang bagaimana kronologi kejadian, polisi masih menyelidiki kasus ini. ” Jelas dokter Miftah.

“Apakah adik saya masih bisa sembuh dok?”

“Sampai saat ini belum ada pengobatan untuk pita suara yang rusak sepenuhnya pak” tambah dokter Miftah.

Wajah Naya seketika suram, dia histeris dan menangis sejadi-jadinya tanpa suara. Rasanya hati Naya begitu kesakitan, ia masih belum bisa percaya sepenuhnya bahwa ia akan melewati hari-hari suram kedepannya.

Andre mendekat dan langsung membiarkan tangis Naya tumpah dalam pelukannya.

“Maafkan kakak nay, ini semua terjadi karena salahku” Andre merangkul bahu Naya yang bergetar hebat. Hingga akhirnya gadis itu, terkulai lemas dan pingsan dalam pelukan Andre.

Rasa bersalah membekas dalam hatinya, ia menyalahkan diri sendiri karenanya Naya harus melewati hari-hari sulit kedepannya, padahal dia sedang berada di usia emasnya sebagai seorang remaja.

Setelah membiarkan Naya di urus oleh perawat yang bertugas, Andre segera meraih ponsel di sakunya.

“Segera selidiki siapa yang telah mencelakai saya dan Naya.” Perintah Andre dengan tegas.

“Baik, boss” suara dari sebrang telfon menjawab.

Baru saja Andre mematikan telfon dari anak buahnya. Ponselnya berdering dengan nama Anita di balik layar dan foto profil Aluna yang sedang tersenyum manis.

Namun Andre tak mendengar apapun dari Anita, hanya ada suara Anita yang menangis. Ia terdengar begitu memilukan.

“Halo sayang?”

“Kamu kenapa?”

“Mamamu mana?”

“Alunaa?”

Andre mulai khawatir dengan keadaan yang terjadi di apartemennya. Sampai akhirnya gadis kecilnya mulai berbicara.

“Ayah, Aluna takut sendirian, hukk..huk..

suara polos terdengar mengusik telinga Andre. Dengan hati gusar, Andre segera bergegas kembali ke rumah.

Sesampainya di rumah Aluna memeluk hangat kedatangan Andre disana. Tapi tak ia temukan keberadaan Anita. Aluna tidak lagi menangis, bahkan ia terlihat sangat bahagia.

“Kamu tadi nelfon ayah kenapa nangis sayang?”

“Aluna ga nelfon ayah.” Ujar Aluna menatap ke arah Andre sekilassekilas lalu berlari ke mainannya lagi.

Jika bukan Aluna yang menelfon Andre lalu siapa?

Andre pun kembali menghubungi nomor Anita untuk memastikan apakah hp milik Anita ada dirumah atau tidak ada.

Namun setelah tiga kali Andre menghubungi nomor yang sama, tidak ada jawaban apapun. Tidak ada juga suara dering khas telfon Anita seperti biasanya.

Anita selalu memakai notifikasi lagu dangdut andalannya pandangan pertama. Andre pun mendekati Aluna.

“Mamamu mana, nak”?

“Mama, katanya pergi ke ATM. ” Jawab Aluna polos.

“Oh begitu, kok Aluna ga ikut sih?”

“Mama janjiin beli ice cream. ” Senyum cerah Aluna nampak jelas dari wajah kecilnya itu.

“Ayah bantuin Aluna belajar ya. ” lanjut Aluna

“Oke sayang, tapi Ayah ganti baju dulu ya.”

“Oke Yah.”

Andre segera bergegas berganti pakaian dan menemani Aluna. Namun di hati Andre tetap saja menaruh kebingungan perihal jika bukan Aluna yang menelfonnya lalu siapa?

Jika itu nomor iseng juga tidak mungkin, Karena itu nomor telfon milik Anita. Andre pun tenggelam dengan fikirannya sendiri, dan tidak sadar tertidur disamping Aluna yang sedang bermain diruang tamu.

Tidur Andre begitu nyenyak dan mengalami mimpi menyenangkan. Sampai sore hari akhirnya Andre pun perlahan tebangun, ia menyeka pelan kedua matanya. Lalu melirik jam dinding.

“Sudah jam 6. 13 WITA rupanya. ”

“Anitaaa.... “ Andre memanggil Anita untuk memastikan apakah dia sudah pulang atau belum.

“Apa tidur ya.” Ujar Andre bertanya dan menjawab sendiri.

Ia pun segera mengecek ke berbagai sudut, namun tidak juga ia berhasil menemukan keberadaan perempuan yang ia cintai itu  Anita belum juga kembali. Sedangkan Aluna sekarang sudah tertidur di sofa.

Mata Andre tak sengaja menatap benda hitam kecil di kolom meja. Andre berusaha meraihnya dengan pelan, agar tidak membangunkan Aluna.

Setelah meraih nya tidak lain itu adalah dompet milik Anita. Andre lalu membukanya, masih lengkap disana, bahkan kartu ATM milik Anita juga ada.

“Kemana sebenarnya Anita. ” Andre mulai menduga-duga dengan fikirannya sendiri.

Aluna sudah Andre pindahkan ke dalam kamarnya, agar tidurnya jauh lebih nyenyak. Ia berniat untuk mencari Anita keluar, sebab nomor telepon nya juga tidak aktif. Ada kekhawatiran yang mengusik Andre.

Dia lalu memutuskan untuk menghubungi Riki.

“Halo.”

“Iya pak, ada apa?”

Ada suara orang lain di balik telfon Riki yang persis suara Anita. Tapi mana mungkin.

“Segera kerahkan anggota untuk mencari Anita. ”

“Baik pak, kalau boleh tau, kami mulai mencari dari arah mana?” Tanya Riki memastikan

“Terakhir dia bilang akan ke ATM, segera lacak keberadaannya dengan cctv di area ATM terdekat, segera hubungi saya jika sudah ada perkembangan. ” Tegas Andre.

“Baik Pak.”

Andre masih bersitegang dengan lamunannya sendiri. Sampai benda pipih di sampingnya bergetar, tertulis nama Riki disana.

“Halo Pak.”

“Iya, kamu sudah menemukan Anita?”

“Saya sudah memeriksa hampir semua ATM terdekat pak, tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan ibu Anita. ”

Ingin rasanya Andre segera mencari langsung, tapi sadar bahwa Aluna seorang diri, tidak mungkin juga ia meninggalkan putri kecilnya itu.

“Segera temukan Anita. ” Perintah Andre setengah berteriak.

“Baik pak. ” Ujar Riki. Terdengar suara anggota Riki yang turut berperan mencari Anita malam itu juga.

Aluna menghampiri Andre dengan wajah kusut, dia menggosok matanya pelan, dengan perlahan bertanya.

“Mama, mana yah?”

“Mama, lagi ketemu teman katanya agak lambat baru pulang sayang. ” Jawab Andre untuk mencegah tangis Aluna.

“Aluna, lapar Ayah. ” Ucap Aluna lembut.

“Sekarang Aluna cuci muka dulu ya, Ayah siapakan makanan buat Aluna. "

Kaki kecil itu meninggalkan Andre. Sedari usia 2 tahun, Aluna memang sudah di biakan oleh Anita untuk mandiri. Andre pun bergegas menggorengkan salmon, dan menyiapkan nasi hangat untuk Aluna.

Setelah menyiapkan makanan untuk Aluna, dia segera membuatkan juga susu hangat untuknya, sembari menunggu kabar dari Riki. Sejurus kemudian Aluna berhenti makan, dan ingin bermain.

“Ayah, temani Luna main ya. ”  Tarik Aluna ceria.

“Iya sayang. ”

“Ayah jadi orang jahat, Aluna jadi peri. ”

Andre menurut saja keinginan putrinya itu.

“Ayah jadi geng motor, Brum Brum.”

“Takut.” Aluna lantas menangis histeris.

Andre pun kebingungan dibuatnya.

“Ini cuman main-main sayang, liat coba liat ini Ayah. ”

Aluna menumpahkan tangisnya di pelukan ayahnya.

“Aluna takut Ayah, Aluna takut Ayah di pukul lagi. ”

“Kapan ayah dipukul?” Jangan-jangan kejadian malam itu sungguhan, telisik Andre. Aluna, lalu diam dan menutup mulutnya

“Ayah kan pernah di pukul orang di parkiran.” jawab Aluna.

“Iya sayang, tapi itu kan sudah lama sekali, Ayah sekarang sudah jago bela diri, cah cha.”

Sembari mencontohkan jurus ular ke Aluna. Tangisnya pun mereda dan di gantikan tawa kecil. Andre tak lagi melanjutkan kecurigaan nya, mana mungkin anak sekecil Aluna pandai berbohong.

Andre pun lalu, menggendong Aluna masuk ke kamarnya untuk segera menidurkannya.

“Aluna kan baru bangun Ayah. ” protes Aluna lucu.

“Tapi ini sudah jam 10 malam, nanti kalau begadang di gigit kecoa mau?” Canda Andre.

“Ihh nga mau Ayah. ” Jawab Aluna menekuk dagunya.

“Makanya tidur ya sayang. ” Andre lalu merebahkan tubuh mungil itu, dan membalut tubuh gadis kecil putrinya, dengan selimut Spongebob favoritnya. Tak lupa ia mengecup hangat dahi Aluna, sembari berbisik tidur nyenyak ya sayang.

Telfon di saku celananya pun berdering, menandakan telah ada kabar dari Riki.

“Halo pak, kami sudah menemukan ibu Anita, tapi kondisinya tidak sadarkan diri.”

“Segera bawa kerumah sekarang. ” Jawab Andre dengan suara yang tidak bisa dia sembunyikan kepanikannya.

“Baik Pak.”

Apa yang sebenarnya telah terjadi dengan Anita. Teka-teki hidupnya hampir tidak ada usainya.

40 menit kemudian, terdengar suara ketukan pintu, tidak lain adalah Riki yang membawa Anita yang masih tidak sadarkan diri bersama 3 orang lainnya. Pipi Anita lebam dan terdapat luka ringan di area pelipis. Seperti habis di tampar dengan keras.

“Segera bawa ke dalam kamar, tapi hati-hati karena anak saya sudah tidur. ”

“Baik Pak, Ayo. ” perintah Riki kepada anak buahnya yang tengah mengangkat tubuh Anita.

“Kamu temukan Anita dimana?”

“Ibu Anita kami temukan di depan waduk Pampam Pak. ”

“Kenapa Anita sampai sejauh itu?”

“Tidak ada yang tau pak, kami sudah memeriksa semua cctv diarea tersebut tapi ternyata semuanya sudah dirusak dengan sengaja oleh seseorang. ” Jawab Gibran salah satu bawahan Andre.

“Kalian boleh pulang sekarang, dan selidiki lebih lanjut. ”

“Baik pak, kami permisi. ” Tutur Riki. Meninggalkan Andre dengan kacaunya fikirannya saat ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!