"Ya Tuhan apa yang sebenarnya terjadi" sembari memegang kepalanya yang saat ini di buat pusing karena fikirannya sendiri. Andre kemudian merasakan semua di sekitarnya menjadi gelap.
Setelah satu jam kemudian, Anita dan Aluna telah kembali kerumah.
"Mas, kamu di mana?" Anita mulai gusar karena tak menemukan lelaki yang ia cintai itu dimanapun.
"Ayah, ayah dimana" Aluna ikut mencari
Setelah mencari ke berbagai sudut, akhirnya Aluna melihat ayahnya terkapar di kamarnya.
"Maaa, ayah disini" teriak Aluna
Anita langsung berlari kecil ke sumber suara Aluna.
"Mas, mas bangun mas" suara serak Anita menggoyang-goyangkan tubuh Andre namun tetap tidak ada respon apapun darinya.
Dengan tenaga seadanya dan bantuan dari Aluna, Anita berhasil membaringkan tubuh Andre diatas kasur. Sembari itu, Anita langsung memberikan minyak kayu putih ke area hidung Andre, harap-harap ia bisa segera bangun dari pingsannya.
Aluna terus menggenggam tangan ayahnya itu, penuh cemas. Nampak jelas raut wajah yang mendung dari wajah mungilnya.
Anita langsung melihat jepit rambut Aluna yang saat ini berada di lantai, dia hanya menyeringai kecil lalu menyimpannya dengan hati-hati.
Andre pun akhirnya berangsur mendapatkan kesadarannya kembali. Tidak ada Aluna ataupun Anita disampingnya, ia hanya melihat jepit rambut yang tidak patah ataupun noda darah tidak ada disana.
Andre hanya bisa menghela nafas dengan sedikit linglung. Otaknya terpaksa kelelahan karena terlalu banyak beban disana. Ia akhirnya ingat belum sempat menjenguk Naya karena Anita yang tidak pernah beranjak dari sisinya.
Ia mengacak rambutnya kesal, sebab ia bingung entah halusinasi lagi yang ia alami atau sebenarnya kenyataan. Semuanya nampak begitu berantakan untuk di jawab.
Andre menyeret kakinya dengan berat kearah meja makan, nampak Anita tersenyum ringan. "Akhirnya mas bangun juga" tutur Anita.
"Aku memangnya kenapa tadi sayang?" Tanya Andre heran.
"Kamu tadi bilang mau tidur sayang, sebelum aku ke pasar" tambah Anita dengan sedikit anggukan oleh Aluna.
Situasi ini benar-benar menambah cemas bagi Andre, bagaimana tidak ia ingat betul ia merasakan pusing yang teramat di kepalanya, lalu tidak sadarkan diri.
Mengapa Anita tega membohonginya, bahkan Aluna gadis kecil
ini juga pandai berbohong. Lantas, siapa yang sebenarnya berbohong disini?.
Andre menatap lekat ke arah Anita, ekspresi wajahnya begitu tenang, tidak ada ketakutan ataupun keraguan disana, ia bahkan tersenyum gemes saat melihat Aluna menggaruk punggungnya tapi tangan kecilnya tidak mampu menggapainya.
Andre lalu berkata pelan "sayang, aku ingin ke kantor mengecek keadaan disana."
"Memangnya kamu sudah enakan badannya mas? aku ga mau loh ya, mas sampai kelelahan terus pusingnya kambuh lagi."
"Aku udah baik-baik saja kok sayang, kamu ga perlu khawatir. "
"Aku temani ya mas ke kantornya. "
"Ga perlu sayang, aku juga sudah hubungi Riki untuk mengantarku ke kantor" kata Andre meyakinkan.
Riki adalah asisten pribadi Andre di kantor, ia sangat sigap dan merupakan pekerja yang sangat handal, olehnya Andre selalu mengandalkan dia dalam banyak situasi, termasuk mengurus perusahaan ketika Andre sedang sibuk.
Makanan sudah siap dengan sempurna diatas meja, Anita memasak cumi balado kesukaan Andre, tumis cah kangkung, lele goreng, dan sup ayam.
"Mas, makan dulu yuk" Anita segera mengambilkan piring dan nasi di hadapan lelaki yang sangat ingin ia nikahi itu.
"Terima kasih sayang, ujar Andre dengan senyuman hangat.
"Aluna mau makan apa, sayang"?.
"Mau sup ma, ambilin" rengek Aluna.
Melihat kelembutan Anita, Andre menjadi sangat bahagia dihatinya, sebab dulu Anita hanya akan menyuruh Aluna mengurus dirinya sendiri. Tapi sekarang Anita nampak berdeba, sepertinya dia ingin menjadi ibu yang baik Sekarang, terka Andre.
"Andre mengambil cumi balado ke piringnya, tak lupa juga tumis kangkung yang begitu menggoda nafsu makan di hadapannya."
Baru saja satu gigitan mendarat ke dalam mulutnya, ia langsung mengingat Dahlia, benar masakan ini persis masakan yang biasa di masak Dahlia untuknya. Andre tidak mungkin salah, sebab sudah 17 tahun Dahlia memasak cumi balado setiap akhir pekan, sesuai permintaan Andre tentunya.
"Ada apa mas, kok berenti makannya, ga enak ya masakan aku?" Ujar Anita.
"Enak kok sayang, kamu belajar dimana?"
"Belajar di Youtube saja sayang, kan kamu pernah minta aku belajar masak."
"Aku mungkin yang terlalu paranoid dan memikirkan Dahlia" gerutu Andre.
Bagaimana pun Dahlia tetaplah cinta pertamanya. Dia tidak akan sanggup dengan mudah melupakan semua hal tentang Dahlia.
"Makan yang banyak ya sayang."
Senyum cerah mengambang di wajah Anita. Andre pun tidak banyak tanya lagi dan langsung melahap habis makanannya.
Setelah selesai makan, Anita segera bergegas ke kamar Andre, entah apa yang ia lakukan.
"Mas, air hangatnya sudah siap ya, pakaian untuk ke kantor juga sudah aku siapkan, nanti kalau ada apa-apa panggil saja."
Andre menatap Anita dengan kagum, ia
ternyata begitu memahaminya, ia pun bergegas bangkit dan mengecup dahi Anita dengan lembut.
"Aku mandi dulu ya sayang."
Anita pun hanya mengangguk pelan
Setelah mandi dan siap-siap, terdengar ketukan pintu dari luar, ternyata Riki sudah sampai.
"Tunggu saya ambil tas dulu ya Riki."
"Baik pak."
Aluna langsung berlari kecil kearah Riki, kak Riki teriak Aluna. Sejak kapan Aluna mengenal Riki, kapan mereka salin kenal. Fikir Andre menelisik.
"Ohh Riki sudah sampai ya" ujar Anita.
"Kalian sudah kenal sama Riki ya, baru saja aku mau kenalin."
"Iyalah mas, masa ga kenal, orang Riki tiap hari datang pas mas masih di rumah sakit. "
Andre tertegun sejenak, lalu refleks memukul bahu Riki dengan keras.
"Ternyata kamu perhatian juga yah, hahaha".
Riki hanya tertunduk malu, dan mengusap bahunya pelan.
Keraguan Andre pun berangsur-angsur hilang, karena merasa dia yang terlalu paranoid dengan semua hal di sekitarnya.
"Ya sudah kita berangkat sekarang ya, aku pamit dulu sayang" sembari meraih pipi Anita dan Aluna.
Anita hanya tersenyum dan Aluna nampak berlari kecil kembali kedalam kamar.
"Silahkan pak" Riki mempersilahkan Andre masuk lebih dulu ke dalam lift, dan menekan tombol untuknya.
Apartemen Andre memang berada di lantai 7, apartemen ini ia siapkan saat berselingkuh dengan Anita, agar tidak di ketahui oleh siapapun apalagi Dahlia.
5 menit kemudian, mereka sampai di depan dan Riki dengan sigap membukakan pintu untuk bossnya tersebut.
"Kita ke rumah sakit Dua Tujuh dulu ya" ujar Andre.
"Baik pak" Riki tidak banyak tanya, hanya menuruti perintah bossnya tersebut.
Setelah menempuh perjalanan hampir 30 menit, mereka akhirnya sampai di depan rumah sakit megah ditengah kota tersebut.
"Kamu tunggu disini saja."
"Baik pak."
Andre segera berjalan menyusuri koridor, hingga akhirnya sampai di depan ruang VIP nomor 24, ia pun segera masuk.
Andre menemukan gadis 17 tahun itu dengan selang oksigen di hidung nya, lukanya cukup parah sampai membekas di wajahnya. Walaupun terluka sekalipun tidak mengurangi kecantikannya.
Andre pun merasa kasihan dan mengutuk dirinya sendiri, andaikan bukan karena dia, pasti Naya tidak akan terluka separah ini.
Andre lalu coba menghubungi Dahlia untuk mengabarkan keadaan adiknya. Tapi nomor Dahlia tidak dapat di hubungi, begitupun nomor telfon rumah.
Andre pun merasa khawatir dengan keadaan Dahlia sekarang, bagaimana pun Dahlia saat ini sedang mengandung anaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments