Rasa kebas di kepala membangunkan Andre, sekarang dia berada di dalam ruangan penuh obat-obatan, dengan selang infus di tangannya, dan perban yang melilit kepalanya.
Dia mencoba melihat sekeliling, tidak ia temukan keberadaan Anita maupun Aluna dalam ruangan tersebut. Andre mencoba meraih tombol merah di sisi ranjang, hingga berhasil menandakan ke perawat bahwa pasien membutuhkan bantuan.
Jelang beberapa saat, perawat dengan tergopoh-gopoh datang ke sisi Andre.
"Akhirnya bapak sadar juga" Ujar perawat dengan tulisan Riska di papan pengenalnya. "Sudah berapa lama saya disini sus?"
"Bapak sudah koma selama kurang lebih dua minggu pak. "
Jawaban Riska membuat perasaan Andre terguncang, dia tidak menyangka sudah terbaring disini sekian lama.
Terakhir ia ingat hanya melihat preman yang menyerangnya menggendong Aluna kearahnya. Selebihnya ia sudah tidak ingat apapun lagi.
"Lalu, bagaimana keadaan istri dan anak saya sus?"
"Anak bapak baru saja pulang bersama istri bapak. Sedangkan perempuan yang menolong bapak pasca dalam kecelakaan mobil sedang kritis di UGD, gadis itu terluka parah".
"Suster bilang tadi, istri saya?"
"Iya istri bapak" jelas suster
Apa yang sebenarnya terjadi.
Andre masih bingung dengan semua yang telah menimpa ia saat ini. Lamunan Andre di hentikan oleh pertanyaan dari Riska.
"Bapak membutuhkan apa? biar saya sediakan,
sebelum istri bapak pergi dia sudah berpesan untuk menjaga bapak disini dengan baik. "
"Dahlia?" Tanyaku
"Bukan pak, tapi ibu Anita. "
Aku semakin bingung di buatnya. Tatapan suster Riska juga nampak bingung, bagaimana mungkin seseorang menyebut nama lain sebagai istrinya.
Pastilah dia bertanya-tanya sendiri dalam benaknya.
"Bukankah yang kritis bersama ku itu Anita?" Ujar Andre ingin memastikan.
"Bukan pak, tapi seorang gadis muda yang bernama Naya."
"Haaa, Naya Anastasya?" Tanya Andre dengan wajah cemas.
"Iya pak, itu nama gadis yang menolong bapak."
"Dia siapanya bapak?" tanya Riska sembari menambahkan obat kedalam infus."
"Naya Anastasya itu adik ipar saya sus" jawab Andre dengan suata bergetar.
"Jika sudah tidak ada, saya akan kembali nanti pak, bersama dokter untuk memeriksa keadaan bapak lebih lanjut, silahkan istirahat dulu." Suster Riska pun berlalu di balik pintu setelah berpamitan singkat.
Teka-teki menari di kepala Andre tentang bagaimana bisa Naya bersamanya di malam penyerangan geng motor tersebut, kemana geng motor itu? Dan apa yang sebenarnya terjadi malam itu setelah dia pingsan.
Hal ini berhasil membuat Andre menanggung beban fikiran ekstra dan memilih untuk tidur saja untuk menenangkan fikirannya saat ini.
Beberapa jam kemudian, terdengar samar suara dari balik pintu.
"Ayah" teriak seorang gadis mungil yang tidak lain adalah Aluna. Suara panggilan gadis kecil ini membangunkan Andre.
Belum sempat Andre menjawab, Aluna telah berhambur ke pelukan ayahnya itu dengan setengah terisak.
"Aluna udah lama nunggu ayah bangun."
"Iya sayang, nih ayah udah bangun." sembari mengelus kepala putrinya itu.
Anita pun turut masuk keruangan, setelah sempat mengurus administrasi.
"Mas, udah enakan badannya?" Ujar Anita.
"Iya anita, ini udah mendingan.
Anita hanya bisa menatap lurus ke arah Andre sebab tidak biasanya dia memanggil dia dengan namanya. Biasanya sayang. Namun Anita hanya diam, dan tersenyum tipis.
"Syukurlah jika demikian Mas."
Andre sekarang menyimpan kecurigaan cukup besar terhadap Anita, sehingga dia mulai mengacuhkannya.
"Ayah kok pulang duluan, saat kita makan malam dulu?" Tanya Aluna yang masih berada dalam pelukan ayahnya itu. Wajah polos Aluna berhasil membuat Andre syok.
"Kenapa mas? Kok kaget gitu mukanya."
"Kami heran loh mas, mas tiba-tiba buru-buru pergi, kita pulangnya terpaksa naik taksi" huuu gerutu Anita mengingat moment itu.
"Bukannya kita bareng-bareng ya nit, terus di kejar geng motor, aku luka parah, dan akhirnya pingsan, kamu juga yang mangku kepala aku ketika berdarah, Aluna juga pingsan malam itu di Wisata melati, masa kamu lupa sih nit. " Sambung Andre dengan nada kecewa.
"Kata dokter, Skizofrenia kamu kambuh Mas. Halusinasi yang berlebihan kamu waktu itu, yang menarik kamu melajukan mobil dengan kecepatan penuh ditengah hujan, untung saja Naya melihat kamu dan mengikuti mu dari belakang."
"Ketika di poros Wisata melati Naya menemukanmu terbaring dengan penuh luka Mas. Ia akhirnya membawamu pulang, tapi sayang sekali, kalian kecelakaan di simpang jalan karena jalanan yang licin dan lampu jalan yang mati." cerita Anita sembari menarik nafas panjang.
Andre masih berusaha mencerna penjelasan Anita. Masuk akal juga, mungkin aku yang terlalu berhalusinasi karena mengingat terus kejadian Dahlia mengancamku hari itu. Bisik kecil hati Andre.
"Mas, malam itu ingat tidak mas berhalusinasi tentang apa? Kenapa sampai jauh ke Wisata melati berkendara sedangkan hujan begitu lebat, aku sampai panik setengah mati."
"Mas berhalusinasi kok sampai separah itu sih, bikin aku takut terus kalau gini. Pokoknya setelah luka mas sembuh, mas harus segera ke berobat lagi ke dokter David, supaya ga terjadi hal-hal kayak gini lagi ya." Keluh Anita sembari menatap lekat lelaki yang sangat ingin ia nikahi itu.
Namun terhalang restu dari Dahlia yang masih berstatus sebagai istri sah Andre.
"Iya sayang, aku akan mengatur jadwal lagi dengan dokter David setelah keluar dari rumah sakit" tutur Andre, yang saat ini suasana hatinya sudah kembali hangat kepada Anita, karena menyadari dia yang salah menilai.
"Bagaimana kondisi Naya sayang?" Tanya Andre karena ingin mengetahui keadaan adik iparnya yang masih berstatus siswa menengah atas itu.
Mau bagaimana pun Naya adalah orang yang telah menyelamatkan nyawa Andre di malam tragedi halusinasi di Wisata melati sebelumnya.
Anita hanya menghela nafas panjang, senyumnya yang sedari tadi mengembang kini berubah sinis, mendengar kekhawatiran Andre pada adik iparnya itu.
Jelas sekali dari Raut wajahnya betapa ia tidak menyukai Naya. Tepatnya keluarga Dahlia.
"Sayang?"
"Anita hanya bisa terpaksa menjawab dengan malas, dia sudah melewati masa kritis mas, hanya saja belum sadarkan diri. "
"Semoga ia lekas membaik, harap Andre."
"Kabulkan doa ayah ya tuhan" gubris Aluna yang sedari tadi sibuk dengan ponsel ditangannya.
Anita hanya nampak diam dan tidak menanggapi mereka berdua.
Disisi lain, Andre sangat ingin melihat keadaan Naya, tapi takut akan menganggu kenyamanan Anita yang saat ini ada di sisinya.
"Nanti sajalah aku jenguk Naya, kalau Anita sudah pulang. " Kalau minta di antarkan oleh nya sudah pasti akan ditolak bahkan aku akan dilarang menemui Naya.
Andre sudah cukup hafal dengan tabiat Anita yang cukup tegas dan keras kepala, namun dibalik itu semua Andre mengetahui sisi lain Anita yaitu dia perempuan yang sangat perhatian dan pandai memasak, hal inilah yang membuat Andre terpikat olehnya sampai rela meninggalkan Dahlia yang tengah hamil besar.
Benar saja, begitu kuat pesona Anita di mata Andre. Baginya Anita adalah satu-satunya perempuan yang paling nyaman sebagai rumah. Bukan siapapun apalagi Dahlia.
Dua hari kemudian, Andre sudah di izinkan pulang oleh dokter, ia pun dengan ditemani oleh Anita dan Aluna dia sampai di apartemen miliknya.
"Mas, aku keluar dulu untuk membeli makan siang ya" ujar Anita sembari meraih kunci mobil.
"Maaa, mau ikut" kejar Aluna.
"Hati-hati di jalan ya sayang" tegur Andre
Tak sempat menjawab, Anita dan Aluna telah hilang di balik pintu.
Selepas keduanya pergi, Andre mencoba berkeliling sampai akhirnya mata nya tertuju pada kamar Aluna yang setengah terbuka. Ia berniat menutupnya kembali.
Namun, baru saja Andre meraih gagang pintu, sorot matanya langsung tertuju kepada benda putih diatas meja rias kecil berwarna kuning milik Aluna, Disana ada penjepit rambut patah dan noda merah disampingnya, seperti darah yang sudah mengering.
Andre langsung ingat jepitan rambut patah milik Aluna yang diberikan oleh preman kepada Anita, dimalam insiden menimpanya terjadi.
Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Andre kembali menaruh curiga kepada istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments