Kerikil Hidup Aluna

Kerikil Hidup Aluna

Penyerangan Tidak Terduga

Hujan begitu deras mengguyur kota Jakarta dengan gaduh dan berisik. Rasa rindu meraup habis seisi kota dengan perasaan masing-masing. Tidak sedikit dari masyarakat yang masih sibuk di malam hari dengan rutinitas tanpa henti.

Jam sekarang menunjukan pukul 9 malam, mobil Andre melaju dengan cepat diatas genangan air.

“Hati-hati Mas, aku takut.” Ujar Anita mengingatkan pria 27 tahun disampingnya itu, sembari mengelus pelan wajah putrinya yang masih tertidur pulas.

Aluna sekarang baru berusia 5 tahun, wajahnya cantik dengan rambut hitam dan kulit putih bersih.

Anita menatap lekat putri semata wayangnya itu yang kini begitu manis dengan mengenakan gaun putih dilengkapi jaket spongebob kesukaannya.

Saat diingatkan Andre malah membanting setir menepi di area Landak baru, wajahnya nampak mendung, jelas sekali rasa cemas bersarang disana.

Andre seketika menarik nafas panjang lalu mengenggam tangan Anita begitu kuat. Menandakan ia akan selalu menjaga Anita dan Aluna putrinya.

“Maaf sayang tapi kita harus buru-buru sekarang jangan sampai anak buah Dahlia menemukan kita. ”

Anita hanya bisa mengangguk setuju, pertanda dia akan menyerahkan sepenuh nyawanya pada keputusan apapun dari laki-laki yang dia cintai.

Dua Jam Lalu di Restorant Grand Mole

Keluarga kecil sedang menikmati makan malam dengan tenang dan sesekali tawa menghiasi wajah mereka. Namun, Andre merasa sosok lain sedang mengawasi mereka dari kejauhan.

Tiba-tiba vibrasi hp Andre menandakan ada Whatsapp masuk yang ternyata dari nomor tidak dikenal, dia mengirimkan foto Dahlia memberikan segepok uang kepada beberapa preman.

Andre menyimpulkan bahwa mereka orang jahat terbukti dari foto salah satu pria yang disakunya terdapat pistol. Pesan ini berhasil merenggut fokus Andre. Namun ia berusaha tetep tenang dan berusaha hangat kepada kedua perempuan manis di hadapannya tersebut.

Setelah menikmati makan malam yang begitu mewah, mereka pun hendak pulang, sampai akhirnya di perjalan pulang. Andre menyadari lewat kaca spion mobilnya mereka sedang di ikuti oleh sekelompok orang. Hingga akhirnya terjadilah bencana diawal cerita.

Kembali ke suasana genting sekarang

“Jadi kita akan kemana sekarang Mas. ” tanya Anita memastikan, yang berhasil mengecoh fikiran Andre.

“Haa iya sayang, kita akan ke kota terpencil untuk bersembunyi sementara, sebab Dahlia pasti tidak berfikir kita akan sampai di daerah tersebut karena aku yang trauma dengan laut." Jawab Andre menenangkan.

Baru saja Andre menghidupkan mesin mobilnya, sekelompok orang bermotor telah mengelilingi mobil keluarga tersebut, orang-orang itu memakai masker dan jas hujan hitam.

Mereka sepertinya adalah geng motor sebab bisa di lihat dari motor mereka yang samua semua Rx King.

Salah satu dari mereka lalu turun menggedor-gedor kaca mobil. Terlihat tiga diantaranya memegang balok kayu cukup besar. Alea langsung terbangun dan menggosok pelan matanya dengan lugu.

Tanpa aba-aba Andre langsung melajukan mobilnya secepat yang ia bisa. Orang-orang tersebut pun mengikuti Ramli tidak kalah cepat.

Hingga sampailah mereka di sebuah jalan menuju daerah wisata berada daerah terpencil yang cukup terkenal.

Namun di malam hari jalanan ini tidak lain hanya Kawasan hutan belantara. Orang-orang tersebut telah semakin dekat dan berhasil memukul kaca mobil.

Anita hanya bisa menundukkan tubuhnya untuk melindungi  Aluna, sedangkan Andre masih berusaha keras dibalik setirnya meskipun tangannya kini sudah penuh beling kaca mobil.

Sampai akhirnya geng motor tersebut berhasil mencegat mobil Andre lalu menarik paksa Andre keluar mobil, begitupun Anita dan Aluna.

“Apa mau kalian ha? Uang?" Saya bisa ngasih lebih buat kalian dari pada Dahlia. Pria yang memakai masker tengkorak langsung menghujam wajah Andre dengan satu pukulan.

Sedangkan Anita dan Aluna menangis dengan keras, berteriak minta tolong. Mereka hanya bisa tertawa.

“Hei percuma, tidak akan ada yang mendengar suara kalian."

"Hahahahah." tawa mereka serentak yang bersamaan tersebut berhasil memecah keheningan malam.

Lalu Tiga dari geng motor itu, terus-terusan memukuli Andre. Sedangkan dua lainnya menyeret tubuh Anita ke mobil. Tidak heran kecantikan Anita berhasil menggoyahkan iman geng motor beranggotakan 5 orang tersebut.

Anita lalu dibawa ke dalam mobil dan Andre tidak tau apa yang terjadi didalam sana. Sesaat kemudian mereka keluar dengan wajah puas sembari mengacungkan jempol kearah Andre.

Tidak ada rasa bersalah sama sekali dari wajah mereka, hanya ada senyum licik dan tawa keras.

Kemarahan Andre memuncak ia mencoba melawan dengan menendang kaki salah satu preman, namun naas belum juga menendang dia telah lebih dulu dihantam pukulan di perutnya.

Sedangkan disisi lain Anita juga berusaha bangkit, tubuhnya masih sangat nyeri. Lalu merangkak perlahan kearah Andre yang sekarang sudah babak belur tidak karuan.

“Mas Andre, tidak apa-apa?” tangis Anita pecah begitu saja. Di tengah gerimis malam, ia mencoba memangku kepala ramli, yang ternyata darah segar telah memenuhi tangan Anita.

Andre hanya bisa tersenyum tipis, menandakan ia tidak apa-apa. Sejurus kemudian ia menanyakan keberaan Aluna sebab dari tadi Ramli terus-terusan di pukuli. Jadi tidak bisa melihat sekitar lagi. Mendengar percakapan mereka, terlihat para geng motor itu juga terlihat panik. Mampus bisa dimarahi boss kita ini. Ujar salah satu preman yang paling tinggi.

Mereka pun berpencar sedangkan Anita terus-terusan menangis bingung harus berbuat apa. Andre hanya nampak lesu sama halnya dengan Anita, ia juga bingung harus berbuat apa, karena tubuhnya sangat sakit tak mampu berdiri. Ditambah dua orang preman yang tidak jauh dari mereka.

“Kenapa mbak Dahlia begitu tega melakukan semua ini kepada kita, kenapa mas?” Suara Anita menahan gejolak amarah, cemas, dan kesedihan di dadanya. Andre hanya diam tak mampu berkata-kata.

Mau bagaimana pun Dahlia masih istri sahnya, wanita lembut yang ia nikahi selama 17 tahun itulah yang telah melakukan semua ini kepada mereka. Tapi dia merasa aneh karena tidak melihat air mata setetes pun yang lolos ke pipi Anita sedangkan dia sedari tadi histeris.

Tiga preman pun kembali ke sisi mereka, dan nampak dari kejauhan pria bertubuh kurus membopong tubuh Aluna yang sudah tidak sadarkan diri.

Wajahnya pucat dengan luka goresan di wajahnya. Aluna tidak apa-apa, ujar preman kurus itu kearah Anita dengan takut, dia langsung memberikan jepit rambut Aluna yang patah dengan sopan kepada Anita. Ramli sekilas menangkap tatapan aneh di balik mata Anita.

Andre yang sedari tadi sudah tidak berdaya, hanya melihat kejadian itu dengan heran. Ia pun lantas menaruh curiga kepada perempuan yang dia cintai 5 tahun belakangan ini. Sebab bagaimana bisa preman itu menaruh rasa hormat kepada Anita.

Andre masih dibuat linglung dengan perasaanya sendiri, sampai akhirnya karena kekurangan darah ia pun pingsan tak berdaya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!