Rapat Perusahaan

Sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti di depan loby sebuah perusahaan terkenal, Pradipta Abadi.

Itu mobil Ardi, sang pemimpin perusahaan. Dia tampil gagah dengan balutan jas warna hitamnya, kemeja putih, dan celana hitam. Sederhana, tapi entah kenapa kalau Ardi yang pakai itu terasa mewah.

Ardi tidak keluar dari mobil sendirian, dia bersama Tiara. Tiara memakai kemeja warna putih juga sama seperti papahnya dan celana bahan berwarna hitam. Memang benar, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, mereka sama-sama sederhana. Mereka benar-benar berkharisma.

Tiara hanya membuntuti papahnya sedari awal masuk. Jika papahnya berhenti, dia berhenti. Jika berjalan, dia juga akan berjalan. Jika papahnya senyum, dia juga senyum.

"Anaknya hanya mengikuti ayahnya," begitu salah satu bisikan yang secara tak sengaja terdengar oleh Tiara.

"Dia tidak tahu kantor. Baru keluar kandang." Bisikan lain menambahi. Tiara pun menunduk.

"Ayo cepat masuk ruangan, Pah. Kumohon." Bisik Tiara kepada Papahnya yang sedang mengobrol santai dengan karyawannya. Ardi menengok, dia melihat Tiara menunduk dengan wajah yang lesu.

Ardi melihat ke sekeliling. Para karyawan yang tadi mengobrol dan berbisik langsung duduk di kursinya atau melakukan aktivitasnya yang sempat terhenti hanya untuk melihat Ardi dan Tiara.

"Iya. Baiklah." Ardi menggandeng tangan Tiara dan membawanya ke ruangannya.

Di dalam ruangan yang cukup besar, Tiara duduk termenung. Dirinya sekarang hanya melamun dan melamun. Bukan baru, tapi sudah lama. Semenjak dia sering merasa sakit, sakit yang ringan, tetapi terus terusan terjadi dan terasa mendadak.

"Apa yang kamu pikirkan, Nak?" Ardi memecahkan semua lamunan Tiara.

"Tidak. Aku hanya grogi. Ini pertama kalinya aku kembali ke kantor." Jawab Tiara bohong.

"Pertama kali? Bukannya kamu terkadang bolak balik?" Tanya Ardi menginterogasi.

"Mm.. Maksudku, aku sekarang akan mulai bekerja di kantor lebih sering daripada di rumah." Tiara kembali mengelak. Bukan itu yang jadi pikirannya tadi, bukan itu. Tapi pastinya Ardi, papahnya tahu kalau putrinya berbohong.

Tok...Tok...

Suara ketukan pintu memotong pembicaraan Ardi dan Tiara.

"Silahkan, masuk." Perintah Ardi dengan tegas.

Seorang wanita yang memakai rok hitam selutut masuk dengan sebuah berkas di tangannya. Dia tersenyum dengan lebar. Senyumannya melengkapi wajahnya menjadi lebih cantik.

"Permisi, Pak Ardi dan Bu Tiara. Rapat perusahaan akan segera dimulai. Pihak dari Celeste Group sudah ada yang menunggu di dalam ruang rapat." Jelas wanita itu dengan detail. Dia sekretaris baru Tiara. Sekretaris sebelumnya mengundurkan diri dengan alasan yang aneh. Katanya, anaknya sedang sakit dan tidak ingin terkena penyakit lagi.

Aku cemburu melihat dia yang bisa berjalan dengan senyuman yang lebar. Hati Tiara menggetar. Aku cemburu.

"Apa Pak Arsen juga sudah hadir?" Tanya Ardi. Wanita itu menggelengkan kepalanya. "Belum, Pak. Hanya sekretaris nya saja yang baru datang."

***

Ruang rapat telah dipersiapkan dengan baik. Segala perabotan di dalamnya sudah tertata dengan rapi, tidak ada debu yang menempel di dalamnya.

Tiara dan Ardi memasuki ruangan rapat. Saat masuk, dia melihat seorang lelaki dengan pakaian yang rapi, membawa berkas rapat juga, dan dia tersenyum dengan lebar.

"Selamat pagi, Pak Ardi dan Bu Tiara. Saya dari Celeste Group, sekretaris Bapak Raefal Max Celeste. Pak Raefal akan tiba sesaat lagi. Masih dalam perjalanan." Lelaki yang merupakan sekretaris dari Bapak Raefal Max Celeste itu menjelaskan. Tunggu, Raefal? Dia lagi?

"Kenapa saat keluar, selalu bertemu Raefal?" Gumam Tiara. Ardi menatap Tiara.

"Kamu bicara apa?" Tanya Ardi sembari memegang pundak anaknya. Tiara langsung sadar dari lamunannya.

"Enggak. Aku gak ngomong apa-apa." Tiara mengelak.

"Selamat pagi, Pak Ardi. Saya harap, kamu dari Celeste Group tidak terlambat untuk rapat hari ini." Suara bass seorang laki-laki cukup membuat Tiara kaget.

"Raefal?" Tanyanya dengan nada spontan.

Raefal melirik Tiara, dia mengerutkan keningnya. Kenapa dia seperti itu? Kenapa dia merasa kebingungan?

"Kamu ternyata sudah mencari tahu tentang Raefal?" Ardi bertanya dengan senyuman lebar. "Kamu ternyata penuh persiapan." Lanjut Ardi sambil menepuk pundak anaknya perlahan.

"Kamu sangat perfeksionis." Raefal menambahkan.

Tiara ikut kebingungan. Apa kepalanya terbentur? Baru kemarin, kamu bertemu, dia sudah lupa? Apa dia punya kembaran? Banyak pertanyaan yang muncul di otaknya. Akan dia tanyakan nanti, dia akan bertanya langsung pada Raefal.

***

"Ya, saya setuju dengan rencana pembangunan ini. Ini sangat menguntungkan bagi perusahaan kita dan warga yang tinggal di sekitarnya. Gedung sosial yang kita bangun bersama ini pasti akan sukses besar." Ucap seorang Raefal Max Celeste saat menjadi seorang direktur perusahaan.

"Ya, ya. Pasti sukses. Tiara kamu yang harus menentukan apakah kerjasama antara kedua perusahaan ini dapat terjalin atau tidak?" Arka menyadarkan Tiara yang sedari tadi diam dan melamun. "Kamu mendengar pembicaraan kita kan?"

"Iya. Saya Elina Tiara selaku direktur menerima dan akan bekerjasama dengan Celeste Group." Jawab Tiara tersenyum dan lalu berjabat tangan dengan Raefal. Raefal membalas senyumannya.

Ini untuk perusahaan, Raefal. Hanya sampai itu.

***

"Tunggu." Teriak Tiara sembari berlari kecil menghampiri rombongan dari Celeste Group yang akan pergi. "Saya ingin bicara dengan Pak Raefal untuk kerjasama kita, ada yang belum sempat dikatakan tadi."

Raefal mengangguk. "Kalian kembalilah ke kantor." Perintah Raefal.

Tiara mengajak Raefal untuk pergi duduk ke kantin kantor. Banyak pegawai yang melihat mereka, terutama pegawai wanita. Tapi, sepertinya lebih tepatnya memperhatikan Raefal.

Mereka duduk di meja untuk dua orang yang terletak di pojok kantin dekat pot tanaman.

"Hai!" Sapa Raefal dengan melambaikan tangannya. Tiara berpikir, kenapa Raefal tiba-tiba langsung berubah santai?

"Hai juga! Kamu kenapa?" Tiara melayangkan pertanyaan aneh.

"Ha? Aku tak apa-apa. Aku mencoba untuk lebih akrab kita akan kerjasama kan? Aku bicara seperti tadi di depan pegawai dan ayahmu saja supaya lebih wibawa. Kita sekarang santai saja ngomongnya." Ucap Raefal panjang lebar.

"Iya. Kamu tidak mengenalku? Bagaimana mungkin kamu lupa dalam semalam?" Tiara kembali bertanya. Raefal hanya tersenyum. Tapi, senyumannya terkesan seperti kebingungan dan heran.

"Aku tidak mengenalmu. Lupa apa? Apa yang dilupakan? Kita pernah bertemu, ya?" Banyak pertanyaan yang Raefal lontarkan.

"Tidak apa-apa. Kamu memang tidak mengenalmu. Kita tidak punya urusan. Tapi, aku ada urusan dengan adikmu, Ryder. Ryder adikmu, kan?"

"Lupakan urusanmu dengan Ryder. Dia hanya orang yang suka bermain dengan wanita. Dia tidak akan mau melakukan apa yang kamu suruh. Urusanmu denganku saat ini, ingat itu." Raefal berbicara lebih tegas sekarang.

"Kita kan tidak pernah bertemu. Kenapa kamu berpikir akan menyuruhnya berbuat sesuatu?" Tiara mulai bertanya dengan nada seperti orang yang menginterogasi seseorang.

Raefal gelagapan, "Aku hanya menebak. Setiap wanita ingin bertemu dengannya dan menyuruhnya sesuatu."

"Oooh. Oke. Tapi, ingat! Aku juga punya urusan dengan adikmu, Ryder. Aku harus bertemu dengannya untuk menyelesaikan urusan itu, tetapi aku belum bertemu dengannya lagi."

"Aku ada urusan denganmu dalam bisnis. Setelah ini, tidak ada lagi. Kita juga sudah bertemu, tapi aku belum bertemu dengannya." Tiara terus berbicara hingga tanpa dia sadari Raefal ternyata memejamkan matanya.

Dia tidur?

"Maaf. Aku hanya ingin bicara itu. Maaf, membuatmu mengantuk. Saya permisi." Seketika Raefal membuka matanya. Tiara langsung bangkit dari kursinya dan pergi.

"Aku memang belum mengenalmu, Tiara. Sudah kubilang, aku ingin mengenalmu. Apa mungkin lewat Ryder, aku bisa mengenalmu?" Raefal menghembuskan nafasnya pasrah, lalu meninggalkan kantin kantor.

Episodes
Episodes

Updated 75 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!