Bab 20

Sania masih terlihat cuek kepada suaminya.Saat Adit ingin memeluk sang istri dari belakang,Sania malah menghindarinya.Dia melangkahkan kakinya dan pergi ke kamar.

"Aku ingin ganti baju dulu...!"pamit Sania seraya pergi ke kamar.Semenjak Adit berubah sikap,Sania hanya memanggil namanya saja.

Adit hanya bisa pasrah dengan perlakuan istrinya ia menatap kepergian sang istri seraya menghela nafas panjang.Setelah melihat-lihat sekeliling rumahnya Adit memutuskan menyusul sang istri ke kamar.

Adit memeluk istrinya yang sudah tertidur karena kelelahan,perlahan dia mendekatkan bibirnya dan mencium kening istrinya,lalu ikut masuk ke dalam selimut memeluk istrinya dari belakang.

Saat tengah malam tiba-tiba Sania terbangun,ia menoleh ke samping ternyata tangannya berada digenggaman tangan suaminya.

Sania melepaskan tangan suaminya dengan perlahan lalu turun dengan hati-hati supaya tidak membangunkan suaminya.

Dia mengusap lengannya bergantian dan memeluk tubuhnya karena udara semakin dingin menusuk kulit.

Dia berjalan mendekati jendela kamarnya.Matanya menatap lurus hutan yang berada tepat didepan rumahnya.Ada perasaan berbeda yang Sania rasakan ketika melihat hutan itu.

Tiba-tiba ada cahaya yang masuk dari luar melalui celah kecil,karena ada sedikit Lubang di dekat jendela.Sania menatap lubang itu dengan seksama.

Keningnya mengkerut berpikir dari mana cahaya itu berasal.Sania mencoba menutupinya dengan jari telunjuknya hingga cahaya itu tidak bisa masuk kedalam kamarnya.

Beberapa kali Sania bermain dengan lubang di jendela itu dengan menutup lalu membuka lagi lubang yang ia tutupi dengan telunjuknya.

Sania tersenyum lalu menyelipkan rambutnya dibelakang telinganya.

"Aaaaaaaaaaa......"

Tiba-tiba saja jantung Sania berdegup kencang.Dia terkejut karena mendengar suara jeritan wanita yang sangat memilukan, suara itu berasal dari hutan didepan sana.

Sania memberanikan diri membuka pintu rumahnya.Walaupun tangannya gemetar ketakutan Sania tidak perduli karena dia sangat penasaran dengan suara itu.Rasa penasaran lebih dominan daripada ketakutannya.

Perlahan ia berjalan menuju ke hutan depan sana dengan memeluk tubuhnya sendiri karena dingin.

Sesampainya didekat pintu gerbang ia berhenti sejenak.

"Aaaaaaaaaaa...."

Terdengar sangat memilukan jeritan itu tetapi juga merinding jika ada orang yang mendengarnya.Sania sungguh takut.Ia menoleh ke kanan dan kiri mencari sumber suara itu.

"Siapa itu?"teriak Sania berulang kali dengan perasaan gugup,karena suara jeritan itu terdengar berkali-kali.

Bukanya kembali masuk rumah Sania malah berjalan keluar gerbang dengan wajahnya yang ketakutan tubuhnya pun gemetaran.

Dia tetap melangkahkan kakinya ke tengah-tengah hutan mencari sumber suara yang didengarnya.

Sementara didalam kamar Adit terbangun dan menoleh kesamping.Melihat sang istri tidak ada disebelahnya ia turun dan mencari Sania.

Melihat pintu depan terbuka ,Adit memutuskan keluar dan mencari istrinya ke hutan,karena pintu gerbang pun juga terbuka.

Suara jeritan itu semakin dekat,Sania tetap melangkahkan kakinya takut-takut,hingga akhirnya Adit menepuk bahunya dari belakang.

"Aaa.....aaa...."teriak Sania seraya berjingkat.

Sania terkejut lalu ia menoleh Adit yang dibelakangnya.Nafasnya sampai tersengal -sengal dan hampir menangis.

"Kenapa Sania? Hey lihat,ini aku suamimu ....!"ucap Adit seraya memeluk istrinya agar tenang.

"Ayo kita masuk disini sangat dingin,"ajak Adit.

Adit menyuruh Sania duduk di sofa ruang tamu tak lupa ia juga menyelimuti tubuh sang istri yang terlihat kedinginan.

Kemudian berjalan ke dapur dan membuatkan Sania teh hangat.Setelah selesai ia kembali menghampiri sang istri.