Bab 10

Adit kembali duduk dan mengenggam tangan sang istri,setelah istrinya mengatakan baik-baik saja.

Setelah istrinya sadar Adit tak bosan memandang wajah Sania sembari menciumi punggung tangan istrinya berkali-kali.

"Saat mendengar kabar kecelakaan yang menimpamu,aku begitu terkejut!"Sayang,apa kamu tahu bagaimana perasaanku?"

"Aku takut Sania....Aku sangat takut kehilanganmu!"Adit menatap Sania dengan wajah sendu.Bagaimana kalau terjadi apa-apa padamu?"Aku sungguh tak sanggup membayangkan semua itu.

Sania hanya tersenyum tipis menanggapi perkataan Adit.Karena dia terlanjur kecewa dengan perkataan Adit sebelum kecelakaan.Sebenarnya Sania masih sangat mencintai suaminya.

Adit menyadari hal itu, kesalahannya memang sangat fatal dan tak mudah untuk di maafkan.Kemudian Adit mengarahkan tangannya dan mengusap rambut Sania dengan sayang.

"Sania bicaralah Sayang,jangan diam saja...."

"Apa kamu mau menghukum ku,Hem....?"

Sania memalingkan wajahnya ketika dia akan mulai berbicara, dia tidak sanggup rasanya jika kata-katanya hanya akan menyakiti hati suaminya.

"Adit,kita tidak perlu menipu diri sendiri.....Harusnya kamu senang kalau orang yang kamu anggap mengganggu ini tiada?"

Sania kembali menatap Adit dengan mata berkaca-kaca.

"Sayang jangan berkata begitu..."

"Aku sudah minta maaf bukan?"Adit membalas tatapan Sania dengan wajah menyesal.

"Aku muak Dit,jika harus bertengkar setiap hari denganmu!"Aku capek.....!"

"Daripada kita saling menyakiti lebih baik kita berpisah!"

"Mari bercerai Adit!"ucap Sania dengan tegas.

Deg.....

Adit menatap Sania tak percaya.Kesalahanya memang fatal,tapi haruskah mereka berpisah?Tidak.Adit tidak ingin kehilangan istrinya.Sania adalah segalanya.

Adit mengenggam tangan Sania dan memohon agar dia memberi kesempatan.

"Sayang,maafkan aku atas segala kesalahanku...aku menyesal sayang! Aku mohon...."

"Tidak ada gunanya Dit,kamu bukan Adit yang kukenal dulu,"sahut Sania seraya melepaskan genggaman tangannya.

"Kamu berubah Dit! Mengapa jadi begini.."Sania menggeleng tak percaya.

"Ada jurang diantara kita!"kata Sania menatap lekat suaminya.

"Biar aku yang singkirkan jurang itu....!"balas Adit tak terbantahkan.

"Sayang tolong berikan aku kesempatan,satu kesempatan saja!"Adit kembali memohon dengan mata berkaca-kaca.

"Ayo kita pergi berlibur !"ajak Adit.

"Ketempat yang jauh dari sini, tempat yang hanya ada aku dan kamu.Tanpa pekerjaan, tanpa dering telepon yang mengganggu."

"Bagaimana dengan pekerjaanmu?"respon Sania.

"Aku tidak perduli dengan pekerjaan! Rekan bisnisku bisa menuggu jika dia mau..."

"Aku hanya tak ingin kehilanganmu,aku ingin kita seperti dulu lagi..."

"Aku ingin selalu membuatmu tertawa dan bahagia di sisiku."

Sania meneteskan air matanya merasa terharu dengan ucapan suaminya.Adit yang melihatnya mengulurkan tangan dan menghapus airmata sang istri.

"Kemana kamu ingin pergi sayang?"

"Apa kita keluar Negri saja...London, Hongkong, Paris, Swiss atau kemanapun kamu mau?"Adit bertanya dengan wajah berbinar.

Kita pergi ketempat dimana tiada orang yang menganggu kita.Adit berharap mendapat jawaban Sania.Agar rumah tangganya baik -baik saja.

"Puncak."(di kota S)

Adit yang terlampau senang langsung memeluk erat Sania hingga wanita itu kesulitan bernafas.Sania hanya pasrah dan tidak membalas pelukan Adit.

Setelah pelukan terlepas Adit menatap Sania seraya menitikkan airmatanya.Biarlah dia terlihat rapuh di depan istrinya.

"Sayang terimakasih karena kamu mau memberikan aku kesempatan."

Adit mencium kening Sania,kemudian memandang bibir ranum istrinya .Sebenarnya dia ingin menyatukan bibirnya dengan sang istri,tapi Adit menahannya karena takut Sania berubah pikiran.

Sania tak tau bahwa dengan keinginannya mengajak sang suami kesana akan ada badai besar yang menjadi awal dari musibah yang nanti akan menimpanya.Kisah masa lalu kelam suaminya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***