Bab 9

Sementara di Rumah sakit Sania sedang ditangani oleh Dokter.Tidak terjadi apa-apa pada Sania, hanya syok saja.

Dokter mengatakan ini adalah sebuah keajaiban.Mengingat betapa mengerikannya kecelakaan itu.

Aditya dan Papanya sampai juga di Rumah sakit.Mereka pergi ke ruangan dimana istrinya dirawat, setelah tadi bertanya pada resepsionis.

Mama Adit juga sudah sampai disana dan segera menemui suami dan putranya.

Aditya terlihat mondar-mandir didepan ruangan istrinya.

Kemudian dia duduk kembali menunggu Dokter selesai menangani istrinya.

Adit mengacak rambutnya frustasi, menyesal karena telah membiarkan istrinya mengendarai mobil dengan perasaan marah.

Adit menunggu dengan harap-harap cemas.wajahnya terlihat sangat kacau.

Setelah beberapa waktu akhirnya Dokter keluar.Adit berdiri menghampiri sang Dokter.

"Bagaimana kondisi istri saya Dok?"

"Istri anda tidak apa-apa Tuan."kata Dokter menjelaskan.

"Anda harus bersyukur karena ini adalah sebuah keajaiban.Mengingat... betapa dahsyatnya kecelakaan itu Tuan."

Adit menghela nafasnya dengan lega.Mengucap syukur dalam hatinya karena sang istri baik-baik saja.

Papa dan Mama Adit lega mendengar perkataan sang Dokter.Mamapun memeluk Papa karena merasa Bersyukur.

Kemudian ikut menghampiri Dokter.

"Mengapa Sania pergi sendirian?"tanya Papa pada Adit.Karena sejak tadi Adit diam saja dan tidak menjelaskan apa-apa.

"Sebenarnya ada masalah apa?"Adit hanya diam menunduk.Takut Papa dan Mama memarahinya karena perbuatannya kepada Sania hingga berujung kecelakaan.

Dokter yang masih berdiri disana juga memberi saran untuk Adit.Karena sewaktu memeriksa Sania, ternyata wanita itu telah lama meminum obat penenang.

"Tuan Aditya, sesudah ini jagalah istri anda agar dia bisa berhati-hati dan menjaga diri dengan baik...!"kata Dokter memberi saran.

"Jangan biarkan dia meminum obat tidur."Adit hanya bisa menunduk matanya berkaca-kaca mendengar penjelasan dari Dokter.

"Tuan berikanlah banyak perhatian kepada istri anda.Bersyukur Tuhan telah menyelamatkannya,jika tidak anda mungkin sudah kehilangan seorang istri."Adit semakin merasa sesak mendengar nasehat Dokter.

Adit tidak bisa berkata-kata kemudian dia berpamitan kepada semua untuk masuk keruangan istrinya.

Papa dan Mama Adit mempersilahkan karena ingin memberi Adit waktu berdua.

Ceklek.......

Adit masuk setelah membuka pintu ruangan istrinya.Berjalan seraya menatap Sania dengan sendu.

Dia merasa bersalah, seandainya dia tidak bertengkar mungkin kecelakaan ini tidak akan terjadi.

Sania masih belum sadar karena pengaruh obat.Aditya memandang wajah istrinya dengan seksama ternyata tidak ada luka sedikitpun diwajahnya.Dia tetap cantik walaupun dalam keadaan tidur.

Aditya duduk seraya mengenggam tangan Sania dan mengecup punggung tangannya.

"Sayang , maafkan semua kesalahanku..!"Adit menatap Sania dengan mata berkaca-kaca.

"Jika kamu bangun aku janji akan menuruti semua keinginanmu."Walaupun Sania tidak mendengar Adit tetap mengatakannya.

Adit berdiri dan mencium kening istrinya begitu dalam.Kemudian duduk kembali dengan menyatukan kembali tangan mereka.

Adit tidur dengan keadaan duduk lalu tangannya ia letakkan diperut istrinya dan kepalanya disisi lengan istrinya.

Pagipun datang, Sania yang perutnya terasa tertimpa beban berat seketika menoleh kesamping dan mendapati Adit tidur disampingnya.

Tangannya mengusap lembut rambut Adit,karena gerakan Sania Adit terusik lalu mengerjapkan matanya berulang-ulang mengumpulkan kesadarannya.

Adit menatap Sania dengan mata berbinar.

"Sayang,kamu sudah bangun?"tanya Adit dengan wajah bahagianya.

Baru saja Adit berdiri untuk memanggilkan Dokter,Sania menahannya lalu Adit duduk kembali.

"Aku tidak apa-apa Adit!"

Adit berdiri dan mencium kening istrinya."Apa tidak ada yang sakit?"tanyanya lagi.