EPISODE 5.

Hari ini, Samy pergi menemui Ibunya yg berada di sebuah panti jompo. Dia sengaja menitipkan Ibunya disana karena mereka sudah tidak memiliki saudara di kota. Setidaknya di panti Ibunya ada yg merawat dan menjaganya.

Samy menuju lantai 2 lalu menghampiri perawat disana, perawat mengajak Samy ke kamar Ibunya. Saat pintu dibuka terlihat seorang wanita paruh baya yg sedang duduk menghadap ke jendela, kulitnya mulai keriput, rambut hampir memutih. Dialah Bu Silvia, Ibunya Samy.

Samy menghampiri Ibunya sedangkan perawat tadi pergi meninggalkan mereka berdua. Samy menepuk bahu Bu Silvia, Bu Silvia menoleh dan terkejut melihat anaknya datang.

"Kamu sudah datang, Nak? " tanya Bu Silvia sambil memegang tangan anaknya.

"Iya bu, baru saja. Maaf ya Samy baru sempat kesini. Ibu baik-baik saja kan? " jawab Samy sambil membungkukkan badannya mencium kepala Bu Silvia.

"Ibu baik-baik saja, kamu gimana? Kerjaan mu lancar kan? " tanya Bu Silvia kembali sambil mengelus kepala Samy.

"Lancar Bu, maafin Samy yg jarang menemui Ibu. Tunggu sebentar lagi ya, Samy akan bawa Ibu pulang" ucap Samy sambil menitikan airmata. Bukan dia tak ingin membawa Ibunya pulang akan tetapi Samy khawatir karena di rumah Ibunya pasti sendirian karena Samy pulang nya tidak bisa setiap hari.

"Kamu tidak usah memikirkan Ibu, Nak. Ibu disini senang ada yg merawat dan menemani Ibu, kamu fokus saja bekerja saja Nak. " ucap Bu Silvia. Samy memeluk tubuh Ibunya lalu menangis, selama ini dia selalu terlihat kuat dan datar di depan Elisa, akan tetapi di hadapan Ibunya dia sangat rapuh seperti seorang anak kecil.

Aku menanti Sedari tadi dengan cemas, sudah 3 jam dia pergi dan tidak mengabariku sama sekali. Aku mondar mandir di ruang kerjaku sambil menggigit ujung jempolku. Ku ambil ponselku dan ku kirimkan pesan kepada nya.

Anggap aja lagi WA an ya🤣

Aku (Samy, kamu dimana?)

Samy (saya masih diluar, Nona)

Aku (cepat kembali, sebentar lagi saya ada meeting harus kamu antar)

Samy (Baik Nona, saya segera kembali)

Selesai membalas pesan, Samy pun berpamitan kepada Bu Silvia. Dia mencium tangan Ibunya dan mencium kening Bu Silvia. Dia terus mengenggam tangan Bu Silvia seakan enggan untuk melepaskan nya. Bu Silvia hanya mengangguk lalu Samy pun melepaskan tangan dan bergegas pergi dari tempat itu.

Aku pun menghembuskan nafas lega karena Samy sudah membalas pesanku,aku penasaran kira-kira dia pergi kemana ya? Apa mungkin dia punya kekasih? Ahh rasanya tak mungkin. Selama ini aku tak pernah melihat dia menelpon seorang wanita ataupun janjian, apalagi dengan sikapnya yg dingin seperti es mana mungkin ada wanita yg mau dengannya, pikirku dalam hati.

Setengah jam kemudian Samy pun tiba di kantor, dia langsung masuk ke dalam, aku yg sedang membaca proposal melirik nya sekilas lalu aku berpura-pura jutek kepadanya.

"Kamu habis darimana? Lama sekali" tanya ku sedikit ketus.

"Apakah Nona penasaran? " ledek nya.

"Tidak! " jawabku makin ketus. Menjengkelkan sekali pikirku.

"Oh saya pikir Nona penasaran, tadinya saya mau ajak Nona juga tapi karena Nona tidak penasaran jadi saya urung kan saja" ujarnya semakin membuatku kesal dan penasaran, akan tetapi aku masih mempertahankan harga diriku.

"Urus saja urusanmu, itu bukan urusanku" jawabku ketus.

Samy tersenyum tipis bahkan hampir tak terlihat. Aku meneruskan membaca proposal tapi pikiran ku sangat tidak fokus, aku terus saja memikirkan ucapan Samy tadi. Jujur aku sangat penasaran tetapi rasa egoku dan penasaran ku sama-sama tinggi. Aku menghembuskan nafas dengan kasar lalu meminum kopi latte yg ada di atas meja sambil menatap Samy tajam.

Samy diam tidak berkutik sambil berdiri di sampingku.ingin rasanya ku pukul dia tapi aku menyadari dia tak melakukan kesalahan apapun, aku di buat uring-uringan karenanya. Samy hanya tersenyum melihat tingkahku.