LOVE & REVENGE
"Eleanor, aku mencintaimu," bisik Dimitri di telingaku.
Hatiku seolah terbang mendengar ucapannya. Ya, aku menyukai Dimitri sejak pertama kali aku menemukannya tersesat di hutan ini.
"Aku juga mencintaimu," bisikku sambil melingkarkan tanganku di lehernya.
Dimitri memelukku dan mendaratkan ciumannya di bibirku. Aku memejamkan mataku menikmati sensasi yang diberikan oleh sentuhan bibir Dimitri yang begitu manis.
Aku merasakan tangan Dimitri berada di belakang leherku seolah tangan itu ingin menahan ku agar aku tidak bergerak menjauh darinya. Bagaimana mungkin aku bisa menjauh darinya. Membayangkannya saja seolah membuat dadaku sesak. Aku mencintai Dimitri dengan seluruh jiwa ragaku.
"Jangan tinggalkan aku," bisikku sambil menatapnya sayu.
"Ya." Ia menjawabnya singkat seolah tak sabar ingin kembali mendaratkan bibirnya di bibirku.
Aku kembali tenggelam dalam gairah cintaku untuknya. Kami saling mengeratkan pelukan. Hanya ada kami berdua di bawah lindungan pepohonan yang menaungi kami. Kami berdua berbaring di tanah dan saling bertaut satu sama lain. Aku merasakan sentuhan-sentuhannya di setiap inchi tubuhku. Dimitri seakan membuatku gila oleh cintanya.
Ia memberikan cinta dan kenikmatan yang selama ini tidak pernah aku rasakan. Sensasi itu seolah menerbangkan diriku ke angkasa. Aku membenamkan jemariku di rambutnya yang tebal sambil menyebut namanya. Seperti inikah rasanya ketika jiwamu melayang oleh kenikmatan?
Kami berdua saling membelit satu sama lain dengan gairah yang sama-sama membuncah. Aku mendengar suara nafas Dimitri yang memburu ketika ia mencapai puncak kenikmatannya. Aku mengimbanginya dengan mencapai puncak ku bersamanya.
Aku merasakan tubuh Dimitri ambruk di atasku ketika ia selesai dengan pelepasannya. Aku menyentuh punggungnya. Aku merasakan tubuhnya kembali merespons sentuhan jemariku di punggungnya. Bagaimana mungkin gairah kami berdua tidak ada habisnya.
Kami kembali mengulangi hal yang sama. Nafas kami berdua sama-sama memburu. Gerakan dan sentuhan seolah membuat kami melupakan semua hal yang ada di sekeliling kami. Di pikiranku hanya ada Dimitri.
Kali ini Dimitri berteriak ketika ia mencapai puncak yang kedua kalinya. Aku pun berteriak bersamanya. Kami berdua ambruk di tanah dengan tubuh bersimbah keringat.
"Kau begitu memabukkan," bisiknya sambil membelai pipiku.
Aku tersenyum mendengarnya. Sesekali aku mendengar suara kicauan burung yang seolah bernyanyi menyenandungkan lagu cinta untukku.
Kami masih saling bertatapan lama sambil menikmati kekaguman satu sama lain. Setelah merasa puas, aku dan Dimitri kembali mengenakan pakaian kami.
Aku mengajaknya untuk berjalan-jalan sambil memperlihatkan kecantikan hutanku padanya. Sinar matahari bersinar cerah hari itu. Aku menengadah menatap sinarnya.
"Eleanor, bukankah namamu berarti 'sinar mentari'?" Dimitri bertanya sambil menatap kagum ke arahku.
"Ya," ujarku seraya mengangguk, "namaku diambil dari bahasa Yunani."
Dimitri menggandeng tanganku. Kami melanjutkan berjalan sambil melihat beberapa bunga cantik yang bermekaran di sepanjang jalan setapak di hutan.
"Dimitri, ... " Aku menyebut namanya seraya menghentikan langkahku.
Ia memandangku.
"Bagaimana jika kau tinggal bersamaku di hutan ini selamanya?" Aku bertanya sambil menatap lekat matanya.
Ia terdiam mendengar pertanyaanku. Aku takut untuk berpisah dengannya. Bagi kami kaum Elf, bercinta adalah suatu ikatan suci yang mengikat jiwa kami. Aku telah menautkan jiwaku dengan Dimitri.
Aku memandangnya. Ia masih terdiam tidak menjawab pertanyaan dariku. Aku merasakan ketakutan menjalari tubuhku. Aku menelan ludah dengan bersusah payah. Bagaimana jika Dimitri meninggalkanku?
"Dimitri, ... " Aku menyebut namanya dengan perasaan khawatir. "Apakah kau tidak mau tinggal bersamaku?"
Ia tiba-tiba tertawa hingga bahunya berguncang. Aku masih berdiri kaku di hadapannya.
"Bagaimana mungkin aku bisa tahan berjauhan darimu!" Ia mengucapkannya sambil tertawa.
Aku tersenyum lega mendengar jawabannya.
Kami berdua melanjutkan perjalanan kami. Tiba-tiba terdengar suara yang memanggilku dari kejauhan.
"Eleanor!" Terdengar suara kakakku, Eldrin, memanggilku. "Cepat pulang!" Teriaknya dari kejauhan.
Aku menatap khawatir ke arah Dimitri. Sampai hari ini tidak ada yang mengetahui tentang hubunganku dengan Dimitri. Hutan kami dilindungi oleh sihir yang tidak bisa dimasuki oleh manusia. Sampai hari ini aku masih belum mengetahui kenapa Dimitri bisa menembus dinding pertahanan hutan ini.
"Aku harus pergi," bisikku pada Dimitri.
Ia menatapku lekat dan mengangguk.
"Besok aku akan kembali menemui mu di sini." Aku mengatakannya sambil mencium bibirnya.
Dimitri membalas ciumanku. Kami saling berciuman selama beberapa detik dan akhirnya kami berpisah dengan perasaan yang begitu berat.
Aku berjalan pergi meninggalkan Dimitri. Aku kembali menoleh padanya seolah berat untuk berpisah dengannya.
"Pergilah," ujarnya sambil tersenyum, "besok aku akan menunggumu di sini." Dia melambaikan tangannya.
Aku tersenyum dan berlari kecil menuju ke arah suara kakakku. Untunglah kakakku berteriak dari tempat yang jauh sehingga dia tidak melihat kebersamaanku dengan Dimitri.
Aku pergi sambil bernyanyi riang. Aku suka sekali bernyanyi. Terkadang aku menyanyikan syair bahasa kuno bersama peri-peri kecil di hutan.
Aku melihat kakakku berdiri di atas batu besar yang ada di puncak hutan. Aku segera menghampirinya.
"Kau berjalan-jalan kemana saja?" Ia bertanya sambil memajukan bibirnya jengkel.
"Aku mencari bunga emas di pinggiran hutan." Aku menjawabnya sambil melangkah pergi berharap ia tidak melihat kebohongan di mataku.
Ia berjalan di sampingku. Kami berdua berjalan ke arah rumah.
"Belakangan ini kau sering sekali pergi meninggalkan rumah," ujarnya.
Aku mengangkat bahuku sambil menoleh ke arahnya.
"Aku ingin mencari udara sejuk," ujarku tanpa menoleh ke arahnya.
"Kau tahu, ayah dan ibu mulai merasa jengkel dengan tingkahmu." Ia mengucapkannya sambil menoleh ke arahku.
Aku mengabaikan perkataannya dan terus berjalan. Di sana, tampaklah istana kerajaan Silvan yang merupakan rumahku. Aku menghela nafas panjang dan meneruskan langkahku.
Sebenarnya aku tidak terlalu menyukai tinggal di dalam istana yang terlalu banyak peraturan. Di sana, aku harus selalu belajar tentang sihir yang menurutku sangat membosankan.
Aku menoleh ke arah kakakku.
"Aku bosan belajar sihir." Aku mengucapkannya seraya memajukan bibirku kesal.
"Kau harus mematuhi aturan istana!" Ia menepuk bahuku.
Satu-satunya hal baik yang aku miliki di dalam istana adalah kakakku. Ia akan selalu membelaku ketika aku akan dihukum atas kesalahanku. Ia seperti malaikat pelindung bagiku.
Tapi hingga saat ini aku masih merahasiakan tentang hubunganku dengan Dimitri dari kakakku. Bagaimana seandainya dia tahu yang sebenarnya? Apakah dia akan marah padaku?
Aku berjalan menuju istana dan masuk ke kamarku. Aku menuju ke arah jendela dan melihat hutan di kejauhan. Di sana, ada Dimitri yang sedang menungguku. Aku tersenyum mengingat percintaanku dengannya.
Aku mendengar suara langkah kaki yang memasuki kamarku. Ibuku terlihat berjalan mendekat ke arahku. Aku tersenyum ke arahnya. Ia adalah makhluk paling cantik yang ada di seluruh kerajaan ini. Ibuku menghampiriku.
"Eleanor, mulai besok kau tidak boleh meninggalkan istana tanpa pengawal." Ibuku mengucapkannya sambil menyentuh bahuku.
Apa? Mataku membelalak mendengar apa yang dikatakan oleh ibuku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Septichan16_Canon
Hai Thor semangat ya
2023-09-03
1
Aimi.。*♡🌸
Kyaa~ Bab 1 udah hot banget, ikut doki2 bacanya
2023-07-31
1