Dia membuka mata perlahan. Mengedipkan matanya berkali-kali. Kemudian mata kami bertemu, dia bangkit dan mengambil posisi duduk sambil menatapku heran. Dia melihat sekeliling, tersentak ketika melihat jam di dinding. Aku hanya bisa tersenyum melihat tingkahnya. Ekspresi wajahnya lucu. Iya betul, sudah jam 1 siang. Meeting untuk presentasi yang harus dilakukannya telah berlalu 4 jam yang lalu. Kemudian Ditatapnya aku dengan rasa bersalah. Mencoba menyampaikan sesuatu. Dan aku menunggu dia akan bilang apa. Aku penasaran alasan apa yang akan diajukannya saat itu.
Tapi dia tidak mengatakan apa-apa dan mulai menangis sambil menggigit bibirnya. Aku tertegun dan merasa geli dalam hati. Sikapnya benar-benar di luar dugaan. Pegawai profesional mana yang akan menangis karena telah melupakan suatu proyek penting? Harusnya kan memohon maaf dan mengajukan permohonan untuk perbaikan. Di mana Jade yang dulu yang rela melakukan apa pun demi suksesnya tugas yang sedang diembannya?
Aku menggigit bibir menahan tawa. Kemudian ku peluk dia, mengusap punggungnya, mencoba menenangkannya. Perlahan dia mengakhiri tangisnya dan terisak. Ku biarkan diriku menikmati momen itu. Rasanya sangat senang karena bisa memeluknya. Aku bisa melakukan itu selamanya, untuknya.
"Kenapa menangis?" Aku berbisik sambil tetap menenangkannya.
"Aku ketiduran, waktu meetingnya sudah lewat. Apa yang harus ku lakukan?" Dia berkata di sela isak yang tertahan. Aku menahan tawa. Ingin ku telan dia hidup-hidup saat itu juga, ternyata dia se-menggemaskan itu. Ku lepas pelukanku. Menyodorkan kotak tisu. Dia ambil beberapa, lalu menyeka wajahnya. Matanya sedikit bengkak, karena habis tidur panjang terus langsung menangis. Ku bantu membersihkan wajahnya dari beberapa helai rambut dan menyelipkannya di belakang telinganya. Senyum di wajahku masih bertahan. Aku tidak bisa menahan luapan bahagia yang ku rasakan. Dan dia menatapku dengan ekspresi kesal.
"Kami sudah mengadakan rapat itu dan sudah selesai. Semuanya sudah diatur. Jangan khawatir." Aku mencoba mengurangi rasa sedihnya.
"Kok bisa? Aku kan sedang tidur?" Dia bingung.
"Gaia sudah mengirim semua file yang kau siapkan kemarin. Dia forward semua email yang kau kirim ke dia ke alamat emailku. Jadi aku tau. Dan itu cukup untuk memulai koordinasi yang harus dilakukan hari ini. Jadi, tugasmu hari ini sudah selesai. Kita tinggal menyusun notulen rapat untuk kau bawa pulang dan laporkan pada Gaia. Jadi, jangan khawatir..." Ekspresinya berubah, perlahan hidungnya berkerut dan tersenyum. Wajahnya sumringah. Kecantikannya bertambah berkali lipat. Aku terpana.
"Beneran? Boleh begitu? Nggak apa-apa?" Dia berubah jadi Jade yang berbeda, belum pernah ku lihat sebelumnya. Aku masih terkejut. Pekerjaan itu tampaknya sangat penting untuknya. Hanya karena itu sudah selesai, dia bisa berubah menjadi seperti bukan dirinya. sepertinya aku punya banyak PR untuk menyingkapkan sisi dirinya yang masih banyak tersembunyi.
"Hei Jade. Secepat itu?" Aku bahkan mendapat pelukan. Dia sangat bahagia.
"Tolong aku, jaga rahasia ini, dari Gaia…" Dia memohon. Dengan senang hati. Apa pun akan ku lakukan. Aku menyukai setiap gerak dan ekspresi yang dia sajikan.
"Aku tahu… Akan ku rahasiakan." Jawabku. Dan pelukannya semakin erat. Benar-benar mengejutkan. Aku ingin terbang melayang namun tiba-tiba sadar, dia kan memelukku hanya karena aku sudah menolong mengerjakan tugasnya. Sadar Earnest, jangan terlalu Ge-er. Aku menghela nafas. Setelah beberapa saat dia melepaskan diri dariku. Ku tatap matanya dengan serius.
"Hei, Jade… tidakkah kau sadar bahwa kau terus memberiku kejutan. Aku ini pria normal. Bisakah kita membicarakan ini?" Dia tersadar dan agak malu-malu. Dengan cepat kembali ke sikap sopan. Aku tergelak melihat tingkahnya. Aku semakin jatuh cinta.
"Lapar?" Dia mengangguk.
"Makan siang sudah siap..."
"Terima kasih…" Dia menjawab dengan mata berbinar-binar. Dia merespon dengan cepat.
"Ayo..." Aku bangkit dari dudukku, mengajaknya menuju meja makan.
"Buat dirimu nyaman Jade. Maksudku, kamu bisa berpakaian seperti di rumah sendiri. Maksudku… Mantelmu, kamu tahu di mana harus menggantungnya. Dan kamu bisa menggunakan kamar mandi untuk menyegarkan diri, atau apa saja. Lakukan apa yang kau mau. Seperti di rumah sendiri..." Aku mencoba membuatnya merasa nyaman.
Dia patuh. Dia menggantung mantelnya di stand gantungan yang terbuat dari kayu untuk mantel dekat rak sepatu di lorong dekat pintu masuk. Dia mengenakan dress kemeja panjang one piece warna putih ciri khas dari Gaia Wear. Aku hampir yakin bahwa semua koleksi bajunya harus dari Gaia. Aku cemburu. Aku harus segera mengubah koleksi itu secepatnya. Beberapa koleksi Earnest fashion mungkin cocok. Atau brand lainnya, asalkan bukan dari Gaia.
Dress yang dia pakai terlihat sederhana namun berkelas. Tidak norak. Itu membikin panampilannya kelihatan elegan. Dan meski dia mencoba menutupi tubuhnya dengan baju yang oversize, aku bisa menelanjangi tubuhnya dalam pikiranku. Pikiranku benar-benar kotor. Hampir mesum. Kau memang mesum Earnest! Aku memaki dalam hati. Sekilas film tentang kejadian setahun lalu, di atas tempat tidur, berputar kembali dalam benakku. Aku menutup mataku dan berusaha membuang pikiran itu jauh-jauh. Aku mengalihkan fokus dengan bergerak di area meja makan dan dapur. Menyiapkan semua peralatan makan di atas meja dan memastikan semua hidangan yang kami perlukan sudah tertata dengan baik.
Dia datang dalam keadaan sudah segar bugar. Sepertinya dia menyempatkan untuk membasuh wajahnya. Dia bahkan jauh lebih cantik meski make upnya sudah luntur. Aku melihat seorang gadis yang benar-benar polos dan murni. Aku kehilangan akal sehat selama beberapa detik. Pikiran kotorku kembali aktif. Dia menatapku dan tersenyum.
"Boleh kita mulai makan?" Dia berkata, menyadarkan aku dari lamunan. Masih tersenyum.
"Ah, iya. Kita harus makan." Dia tertawa cekikikan. Aku terpana lagi. Ternyata dia bisa bertingkah centil begitu. Luar biasa!
"Kok lihatnya begitu? Kenapa?" Dia bertanya. Tapi itu hanya pura-pura. Dia tau kenapa. Aku harus terus terang. Berpura-pura tidak akan menolongku untuk mendapatkannya.
"Kau tau kenapa..." Jawabku.
"Apakah aku secantik itu?" Aku sontak tertawa. Dia bahkan berani sesombong itu.
"Hei, Jade. Kau menunjukkan banyak hal baru tentang dirimu hari ini. Aku tidak tahu kamu bisa begitu terbuka."
"Boleh kan? Haruskah aku berubah menjadi gadis yang tertutup seperti sebelumnya?" Dia menantang, mengubah ekspresi wajahnya menjadi serius. Sepertinya sedang siap-siap beralih seperti yang dia maksud. Ya nggak lah. Aku tidak ingin berhadapan dengan gadis yang tidak bisa ditebak sama sekali isi pikirannya.
"Tidak. Jangan. Begini sudah bagus, maksudku, kamu boleh bersikap sesukamu. Gadis dari setahun yang lalu itu agak… Yah... kau tahu... Berwajah datar, yang… aku tidak tahu bagaimana mengatakannya. Pokoknya Jade yang hari ini jauh lebih baik." Aku menentang dengan tegas.
"Beneran?" Dia memastikan, matanya berbinar.
"Iya. Tunjukkan padaku dirimu yang sebenarnya. Sekarang, kamu adalah Jade. Bukan seorang pegawai yang diutus oleh Gaia Wear. Karena pekerjaanmu sudah selesai untuk hari ini..." Dia menyeringai senang. Hidungnya berkerut. Acara makan siang itu menjadi lebih menyenangkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments