"Permisi… "
"Iya?" Akhirnya! Dia merespon dengan cepat. Yesss! Aku berpikir selama beberapa detik.
"Saya butuh bantuan. Jika Anda tidak keberatan?" Aku bertanya dengan sopan.
"Jika saya bisa bantu, boleh, kenapa tidak?" Wow, oke! Dia merespon dengan baik.
"Nama kamu?" Nama?! Aku memaki diriku sendiri dalam hati. Itu murahan Earnest! Apa hubungan bantuan dengan nama? Dia menatap mataku untuk memastikan. Tapi, iya, aku serius. Aku sangat ingin tau namanya.
""Nama saya?" Dia menatapku heran.
"Iya, nama kamu..."
"Kenapa saya harus memberitahu anda nama saya?" Aku sedikit terkejut. Sama sekali tidak menduga akan menerima respon sejenis itu. Bukankah harusnya bisa dikatakan dengan mudah saja? Apa sulitnya membagi siapa namanya? Aku memutar otak. Bagaimana cara mengatakan bahwa aku sangat ingin tau namanya tanpa mengatakan bahwa aku sangat ingin tau?Tapi masa bodo lah. Lanjtu saja. Sudah terlanjur basah.
"Kamu bilang akan membantu saya..."
"Iya, saya akan lakukan. Tapi tidak ada hubungannya dengan nama saya." Dia berkata dengan tegas. Aku kepalang malu, masih berusaha kelihatan cool dengan manggut-manggut dan mengelus-elus daguku. Memang ada benarnya. Harus ku akui, dia tidak hanya cantik, tapi juga pintar. Aku menambah satu alasan lagi untuk semakin jatuh cinta dan terus mengejarnya.
"Kamu benar. Tapi bantuan yang saya inginkan adalah, saya ingin tahu nama kamu." Dia tampak terkejut. Kena kau!
"Ah... Begitu. Mengetahui nama saya akan membantu anda dalam sesuatu... Apakah begitu maksudnya?"
"Betul. Itulah mengapa mengetahui nama kamu adalah hal yang sangat penting." Lah, kenapa jadi begini? Tapi ya sudahlah, aku harus melanjutkan percakapan konyol itu. Pertama kalinya dalam hidup, aku membiarkan diriku terlihat bodoh.
"Bolehkah saya bertanya? Karena ini tentang nama saya, sejauh mana nama itu bisa berguna untuk menolong anda?" Aku tidak bisa menahan senyum, dan sedikit malu. Astaga! Aku kalah dalam permainan kata itu. Tapi lebih baik kalah tapi mendapatkan sesuatu darinya.
"Well... Untuk membantu saya merasa damai selama sisa hari ini. Kamu tahu kan? Ketika seseorang kehilangan rasa damainya, tidak akan baik untuk kesehatannya. Secara fisik mau pun mental..." Aku benar-benar pasrah mengobral diri dengan diskon 100%, aku berharap dia memberiku belas kasihan dan menjawab. Kalau tidak, mau ditaruh di mana mukaku?
"Ah, iya juga. Ini memang tidak baik. Jika nama saya menimbulkan efek negatif pada anda. Dan sebagai sesama manusia, saya harus berbaik hati untuk membantu kan?" Itu adalah serangan telak lainnya, aku kalah lagi. Dia benar-benar berada di atas angin.
"Nah. Itu maksud saya. Wow! Saya bertemu dengan seorang wanita yang sangat baik tepat di samping saya. Saya sangat beruntung hari ini..." Ku ikuti maunya.
"Kalau begitu, senang bisa membantu anda. Nama saya adalah Jade Moon. Saya sangat berharap anda akan memiliki rasa damai sepanjang sisa hari ini." Aku diam terpana. Perasaanku tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, sangat senang akhirnya mendapatkan namanya, Jade Moon! Namanya bagus, sama seperti orangnya. Tapi kemudian aku berpikir, apa selanjutnya? Wanita itu benar-benar sesuatu. Dia bisa membuatku kelihatan bodoh. Aku mulai menurunkan tingkat kesombonganku untuk kepentinganku. Misi berubah Earnest, anggap saja bahwa kau memang bukan selebriti yang terkenal itu, mari mengemis dan dapatkan lebih banyak. Ayo lanjutkan!
"Oh, begitu. Terima kasih nona Jade Moon. Tapi tunggu, haruskah saya menyebutnya Jade seperti yang tertulis dalam huruf J-A-D-E atau /Jeid/ yang artinya adalah batu mulia?" Aku mencoba memperluas cakupan dari percakapan itu untuk melanjutkan interaksi.
"Yang kedua, /Jeid/, batu mulia."
"Oh begitu..." Aku manggut-manggut. Seolah-olah informasi yang ku dengar adalah sebuah ilmu pengetahuan yang sangat penting.
"Terima kasih nona Jade Moon. Dan dari nama belakang kamu, apakah kamu adalah orang Korea?" Aku ingin memastikan.
"Apakah masih ada kaitannya dengan rasa damai dan kesehatan fisik mental yang anda sebutkan sebelumnya?" Tandasnya dengan ekspresi tidak senang. Aku terkejut, dia benar-benar membuatku bertekuk lutut. Belum pernah ada perempuan cantik, sepanjang sejarah karirku sebagai pria tampan dan baik hati, memperlakukan aku semenyakitkan itu. Tapi anehnya, aku bahkan semakin menginginkannya untukku.
"Ya betul. Saya kira begitu. Maksud saya begini. Ketika kita makan, biasanya kita tidak hanya memiliki 1 jenis hidangan. Maksud saya, untuk membuat sebuah jamuan makan menjadi sempurna, kita perlu memiliki satu paket hidangan lengkap yang terdiri dari beberapa jenis makanan. Benar?" Logika macam apa ini Earnest? Entahlah, kalimat-kalimat itu muncul begitu saja dan meluncur dengan leluasa dari mulutku. Mungkin itu lah yang disebut dengan the power of kepepet.
"Masuk akal. Kalau begitu, berdasarkan alasan itu, sepertinya saya harus tetap berbaik hati, menambahkan satu hidangan lagi ke seluruh paket hidangan ini kan? Iya, saya adalah orang Korea." Dia menjawab! Aku kembali manggut-manggut agar kelihatan tetap berwibawa di tengah-tengah harga diri yang sudah hancur berantakan.
Aku memutar otak lagi, apa selanjutnya? Ah iya, biasanya orang akan saling menanyakan nama kan? Tapi dia tidak terlihat tertarik sama sekali. Tidak ada tanda-tanda bahwa dia akan bertanya balik siapa namaku? Atau mungkinkah dia mengenalku? Jika iya, kenapa dia bersikap seperti itu? Apa mungkin aku se-tidak-menarik itu di matanya? Ku tepis pikiran jelek itu. Bukan saatnya merendahkan diri lebih rendah lagi Earnest!
"Terima kasih Nona Jade Moon, atas kebaikan Anda. Tapi, apakah Anda tidak ingin tahu nama saya juga? Maksud saya, orang biasanya suka berbagi. Anda membagikan nama Anda dan saya akan membagikan nama saya pada anda? Bagaimana menurut Anda?" Ku putuskan untuk menawarkan diri. Harus kuakui, itu adalah tindakan bodoh. Benar-benar obral habis-habisan. Tapi aku berterima kasih pada nyaliku, setidaknya aku masih bisa menemukan alasan bodoh itu.
“Iya. Biasanya begitu. Tapi untuk saat ini, saya memilih untuk berbagi tanpa menerima imbalan apa pun. Hidup tidak selalu tentang memberi dan menerima, bukan? Terkadang, kita perlu berbagi apa yang orang lain butuhkan dari kita tanpa mengambil sesuatu sebagai balasan. Saya pikir kita cukup bijaksana untuk memahami hal ini. Bukan begitu?" Itu adalah sebuah pukulan telak. Setelah berkali-kali kalah, akhirnya aku tidak menemukan celah lagi. Tapi aku masih perlu mempertahankan citra baikku kan?
"Wah, saya sangat beruntung. Saya duduk di samping seorang wanita yang baik hati dan bijaksana. Saya tidak inginkan apa pun lagi. Saya benar-benar beruntung. Terima kasih nona Jade Moon, atas kebijaksanaan anda. Saya belajar sesuatu hari ini..." Ku berikan sebuah pidato penutup yang kedengaran bijaksana.
"Dengan senang hati." Jawabnya pendek dan dia kembali ke posisi semula, duduk tegak.
Aku menyimpulkan, sebaris kalimat pendek itu adalah akhir dari percakapan kami. Alih-alih berada dalam suasana hati yang baik setelah tau siapa namanya, aku malah merasa geram dan marah. Belum pernah sebelumnya aku memohon sesuatu dengan cara merendah sekaligus terlihat sebodoh itu. Dan apa? Tanpa hasil? Ada Earnest, kau mendapatkan namanya. Oh iya, nama. Tapi untuk apa? Aku memaki diriku sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments