Dia berhenti dan menatap mataku. Seolah hendak menemukan sesuatu di sana. Mungkin dia bisa menemukan, bahwa meskipun aku suka dengan ciuman itu, ada amarah di sana.
"Keluarkan semua makian dan serapah yang ada di pikiranmu sekarang." Dia menantangku. Dengan senang hati ku lakukan.
"Kau brengsek!" Ucapku dengan mata berapi-api.
"Lagi..." Dia menantang dengan menggebu-gebu.
"Bajingan! Kurang ajar!"
"Cukup. Jadi kau sibuk mengutukku dalam pikiranmu sedari tadi?"
"Iya, karena aku harus tetap bersikap baik meski tidak suka. Aku harus membuatmu merasa nyaman meskipun aku tidak merasa nyaman. Tidak bisakah aku mengutukmu dalam pikiranku saja?"
"Kenapa? Kau tersinggung dengan tes barusan?"
"Jika kamu berada di posisiku, apakah kau tidak akan marah?"
"Tidak akan. Karena pria itu Earnest Lee." Aku menyeringai dan mendengus sinis. Dia benar-benar seorang narsis.
"Jade. Cukup. Bersikap lah baik. Jangan memprovokasiku. Aku bisa bertindak lebih jauh."
"Apakah kau pikir boleh menginjak-injak martabat orang lain hanya karena kau adalah Earnest Lee? Kau tidak berbeda dengan bajingan yang sering aku temukan di luar sana!" Aku mengumpat dengan tajam. Dia tampak putus asa.
"Maafkan aku. Tapi setidaknya. Katakan padaku, apakah kau tidak merasakan apa-apa saat aku menciummu?" Dia masih mengunci tubuhku di dinding. Tangannya melingkar di pinggangku. Oh, aku lupa, harusnya aku memaki dia sebagai pria mesum.
"Menjijikkan!" Aku mengumpat. Dia sontak melakukannya lagi. Mencium bibirku lebih buas, memelukku erat, hingga aku tak bisa bergerak sedikitpun. Dia bahkan melakukannya lebih jauh, ke leherku kemudian kembali ke bibirku. Dia berhenti dan memeriksa wajahku.
"Bagaimana perasaanmu sekarang?" Mataku berkaca-kaca. Tapi berusaha untuk tidak mengeluarkan air mata. Dia sedang menginjak-injak harga diriku. Apa yang dia harapkan untuk ku katakan? Aku bertanya-tanya.
"Jangan teteskan air mata itu dulu, kita sedang ujian sekarang. Jawab aku, bagaimana perasaanmu?"
"Menjijikkan!" Aku mendesis tajam. Dilakukannya lagi. Namun lebih jauh, tangannya ikut bekerja menggerayangi tubuhku, dia berusaha tetap mengunci tubuhku sambil meremas setiap bagian yang bisa dia sentuh. Lalu dia berhenti.
"Jade. Aku ingin kau patuh, jangan mencoba melawan gerakanku. Tenang saja...'' Dia benar-benar iblis. Aku pun menyerah.
Aku mengendurkan tubuh dan pasrah. Perlahan dia melepaskan tangannya dari pinggangku, menyentuh leherku dengan lembut dan memainkan bibirku lebih lembut. Jade, kenapa kamu tidak ikuti saja gerakannya?
Ku ikuti instingku. Mengalir mengikuti gerakannya. Aku mengerang perlahan. Sentuhannya membuatku melayang. Kupu-kupu beterbangan di perutku. Jadi kenapa tidak? Dia terkejut melihat responku tapi kemudian melanjutkan lagi. Dia membungkukkan badannya dan aku mencapai lehernya, membelai kulit lehernya hingga ke kepalanya. Perlahan dilepasnya jaket yang masih ku pakai. Dress v-neck yang ku pakai agak longgar dan pasti memperlihatkan belahan dadaku. Dia turun ke sana dan memainkan bibirnya.
Lalu dia berhenti. Membingkai wajahku dengan tangannya. Memandangku dengan ekspresi aneh. Apakah itu cinta?
"Jade… Aku menginginkanmu…" Dia berbisik. Aku terkejut dan takut pada saat yang sama. Jika ku lakukan, apa bedanya aku dengan orang yang menjual diri demi uang di luar sana? Aku tidak mau. Aku masih berpikir positif bahwa dia tidak akan melakukan sejauh itu. Hal yang menakutkan seperti itu sering terjadi, salah satu sisi gelap dari bidang pekerjaanku, dan akan segera terjadi --jika dia nekat-- setelah berkali-kali aku berhasil melarikan diri dari TKP yang serupa. Air mataku pecah. Karena takut. Dia mungkin pria paling tampan di dunia, tapi aku tidak ingin hal pertamaku dengan pria terjadi dengan cara yang seperti itu.
"Maaf..." Dia menyeka air mataku.
"Dengar, aku sangat menyesal. Tapi aku jujur ketika aku bilang bahwa aku menginginkanmu. Itu benar." Dia berusaha membela diri. Dan itu kelihatan sangat menakutkan di mataku.
“Ku rasa aku jatuh cinta padamu sejak kita di ruang tunggu airport tadi. Kau tidak tahu betapa bahagianya aku saat kau duduk di sampingku di dalam pesawat. Tapi memang aku tersinggung karena kau acuh tak acuh. Ku pikir, setidaknya, aku bisa menggunakan namaku yang tenar untuk mendapatkan perhatianmu. Tapi, kau lihat kan? Kau masih acuh tak acuh sampai sekarang. Makanya aku kesal. Sepertinya aku benar-benar jatuh cinta padamu. Maafkan aku Jade..." Oh, itu cinta. Aku mencoba mencerna apa maksudnya.
Dia memperbaiki dressku yang sudah turun memperlihatkan hampir seluruh bagian dadaku dan membersihkan beberapa helai rambut di wajahku.
"Maafkan aku..." Katanya lagi.
"Aku harus bilang apa? 'Oke, aku maafkan', begitu?!" Aku memberinya tatapan paling garang yang aku miliki. Dia tampak gelisah, memainkan bibirnya, menjilat dan menggigit.
"Haruskah aku mengatakan bahwa aku merasa enak? Aku juga menginginkanmu? Aku juga jatuh cinta padamu? Kau mau yang mana? Aku akan katakan..."
"Jadi bukan begitu faktanya?" Dia mencari-cari di mataku.
"Mengapa kau bertanya? Apa yang kau mau?"
"Kebenaran."
"Aku sudah mengatakan yang sebenarnya. Ini menjijikkan!" Tandasku. Dia menahan emosi, rahangnya gemerutuk. Tapi dia tidak berdaya.
"Jadi, kamu benar-benar memiliki perasaan terhadap Gaia?"
"Lupakan tentang perasaan mr.Lee. Hal-hal yang begitu hanya untuk orang-orang seperti kalian, yang bisa dengan bebas memiliki dan menghargai perasaan. Aku lahir tanpa perasaan. Jadi berhenti bertanya tentang hal yang sama yang aku tidak tau jawabnya. Tapi Gaia adalah penyelamat hidupku. Dia adalah dewa bagi ku. Dialah yang mengambil aku dari duniaku yang gembel. Kau masih bertanya? Untuk dia, aku bisa melakukan apa pun yang dia minta. Kau harusnya mengerti apa maksudku." Dia melepaskan genggamannya dari tubuhku. Mengambil jaketku dari lantai dan mengenakannya kembali padaku.
"Apakah itu berarti aku tidak punya kesempatan?" Dia bertanya, sambil membereskan jaket yang ku dipakaikannya di tubuhku.
"Kesempatan untuk apa?"
"Untuk memilikimu"
"Aku bukan objek. Tidak ada yang berhak memilikiku. Aku milikku sendiri."
"Jade. Ayo serius lah. Tolong jangan main tanya jawab lagi. Aku jatuh cinta padamu. Aku menyukaimu. Aku menginginkanmu. Aku ingin memastikan bahwa kau jujur soal perasaanmu. Maaf, aku sudah salah langkah. Terlalu terbawa emosi. Tapi setidaknya jawab aku, bagaimana perasaanmu ketika kita melakukan itu… Tapi tidak, jangan jawab. Aku jelas jelas merasakan bahwa kau merasakan sesuatu yang sama denganku. Benar kan?" Dia memeriksa ekspresiku.
"Kau benar-benar brengsek! Aku membencimu mulai hari ini!"
"Jangan. Jangan membenci ku. Aku bahkan belum memulai perjuanganku untuk mengambil hatimu dan kau sudah membenciku?"
"Ya, aku membencimu..." Aku memastikan dengan tegas. Dia tertawa, sarkasme, mungkin sedang menertawakan dirinya sendiri.
"Jadi, Earnest Lee ini, pria yang kamu katakan adalah impian setiap wanita, tidak menarik bagimu?"
"Kamu perlu memperbaiki masalah mental yang satu itu. Mungkin kau kelihatan menarik bagi banyak orang. Tapi sejak saat ini, tidak bagiku. Mengapa aku harus menganggapmu menarik?"
"Woah. Ini baru bagiku Jade. Apa kau tahu berapa banyak wanita yang jatuh ke pelukanku karena mereka tidak bisa menolakku?"
"Bagaimana aku tahu? Dan untuk apa? Aku tidak peduli." Tandasku lagi. Dan itu membuatnya terdiam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments