"Baiklah ms.Moon, bisa kita mulai presentasinya sekarang?" Dia berkata tiba-tiba dan aku bingung.
"Di sini?" Aku bertanya. Bukankah seharusnya kami berada di sebuah ruang rapat, lengkap dengan peralatan untuk presentasi dan bersama beberapa orang lainnya?
"Benar. Di sini. Tunjukkan saja file yang sudah kamu siapkan dari gadgetmu, saya akan melihatnya sendiri dan bertanya jika tidak mengerti. Oke?" Aku masih heran. Tapi dia kan yang punya andil dalam membuat keputusan kerjasama itu? Ya sudah, ikuti saja apa maunya. Aku berusaha mencerna keadaan dalam waktu yang singkat dan berusaha maklum. Tapi kok aneh rasanya?
"Baiklah. Aku hanya… Tidak apa-apa." Aku memutuskan untuk menyederhanakan segala sesuatu. Ku ambil iPad dari tas, membuka file yang sudah ku siapkan dan sudah ku latih berulang-ulang --dengan bibir manyun, sia-sia rasanya-- dan menyerahkan iPad itu padanya. Dia menerima dan mulai fokus ke layar iPad. Dalam keadaan serius begitu, dia malah kelihatan semakin tampan. Sesaat aku lupa kalau aku baru saja kesal.
"Saya sudah bicara dengan Gaia ketika bertemu di Seoul, baru kemarin. Kami sudah diskusi sampai kepada hal-hal yang detail. Kami setuju untuk memulai proyek kerjasama ini. Tentu saja, karena ide ini tercetus di antara kami berdua. Tapi Gaia Wear tetap harus melakukan hal-hal formal seperti menyampaikan ini dengan lugas di depan semua pengurus perusahaan pagi ini. Tapi ya begitu, selalu ada hal yang perlu ditangani secara mendadak. Mereka harus berangkat ke kantor cabang di New York dan satu cabang lain di Paris menangani kasus yang sedang terjadi di sana. Berhubung karena saya adalah yang paling dekat untuk mencapai kantor ini, mereka mempercayakan ini semua kepada saya. Begitu nona Moon." Dia menjelaskan untuk menjawab kebingunganku sambil terus menatap layar.
"Jadi ini hanya untuk formalitas." Dia menyimpulkan penjelasannya. Sesuai dengan tebakanku. Seolah dia bisa membaca pikiranku.
"Tapi meski hanya formalitas, ini sangat penting. Mereka tetap perlu mendengar bahwa perwakilan dari Gaia Wear datang ke kantor pusat membawa proposal kerjasama ini. Omong-omong, kamu membuat file pt ini sendiri?"
“Benar. Saya menggabungkan semua data yang ada dari semua divisi yang berkaitan dengan proyek ini.”
"Sangat bagus! Bisa dimengerti dan menarik untuk membacanya dari awal sampai akhir. Akhirnya saya menemukan satu alasan yang masuk akal kenapa kamu ada di sini sekarang. Tadinya saya menduga bahwa kamu ada di posisi ini karena alasan lain..." Ucapannya bernada sarkas. Aku tidak bisa tidak berpikir negatif. Ku peras otakku selama beberapa detik, mencari petunjuk. Apa maksudnya? Bagaimana aku harus merespon ucapan itu? Aku tidak ingin berespon sesuai dengan yang aku inginkan, karena itu akan merusak suasana pertemuan itu. Jika mengikuti kata hatiku, ingin rasanya aku berkata sesuka hatiku dan kami akan masuk dalam diskusi konyol lagi. Ujung-ujungnya bisa merugikan pihakku.
“Maaf Tuan Lee, saya kurang mengerti, apa yang Anda maksud dengan sesuatu yang lain?” Dia menatap mataku tajam, seolah menguliti semua isi kepalaku. Aku mendapat kesan, bahwa dia bukan pria baik seperti yang sudah ku tanamkan dalam benakku sebelumnya. Dia menyimpan dendam. Tapi aku masih berharap bahwa aku salah.
“Mari bicara masalah pribadi sejenak. Coba katakan dengan jujur, apakah kamu mengenal saya?"
Deg! Jantungku hampir berhenti. Aku sudah tidak bisa menahan, namun semua hal negatif yang sempat ku hempaskan tadi mulai datang satu per satu mengerubungi isi kepalaku, aku sudah tidak bisa merasa damai. Mungkin dia sudah mulai bisa membaca melalui ekspresiku.
"Maksud saya... Saya terkenal, mari kita akui itu. Saat kita berada di dalam pesawat. Saya penasaran, ketika kamu melihat saya, apakah kamu tahu siapa saya? Apalagi jika tujuan kamu adalah datang ke kantor ini.”
Seharusnya aku merendah, mengaku bersalah dan memohon maaf. Aku tau. Tapi entah kenapa, ada sebuah dorongan yang sangat kuat untuk bersikap sebagaimana seorang Jade. Aku mulai benci percakapan itu. Bukankah seharusnya kami fokus pada presentasi saja? Aku menggerutu dalam hati. Tidak bisa ku sembunyikan perasaan itu, aku kesal. Tapi justru, dia terlihat lebih kesal melihat perubahan air mukaku.
“Wah, lihat itu. Apakah pertanyaan saya agak menyinggung? Padahal itu adalah pertanyaan sederhana, apa ada yang salah? Apa maksud ekspresi wajah itu?” Dia mulai terang-terangan.
“Maaf mr.Lee, apakah pertanyaan itu ada kaitannya dengan apa yang saya lakukan sekarang? Maksud saya, tidak bisakah kita fokus pada topik tentang proposal kerjasama ini saja? Untuk itu lah saya di sini sekarang.” Aku mencoba meluruskan tujuan kami sebelum melenceng ke hal-hal yang tidak masuk akal. Aku sudah terlalu sering deal dengan orang-orang punya kuasa seperti dia, aku menduga-duga, kami akan berakhir pada dua hal dan aku harus memililh. Melakukan hal kotor namun aku berhasil. Atau bersikap seperti diriku sendiri, melawan dan menyebabkan kegagalan kerjasama bisnis bernilai jutaan bahkan mungkin miliaran won.
“Yup, sangat berhubungan. Selama saya merasa tidak nyaman, merasa tidak enak, kita tidak akan pernah bisa melanjutkan ke kesepakatan apa pun. Tugas kamu saat ini adalah membuat saya merasa nyaman. Saya pikir kamu harusnya tahu. Maksud saya, ini bukan pertama kalinya kamu berurusan dengan orang penting, kan?” Nah, betul. Dia hanya salah satu dari mereka yang masuk dalam lingkaran orang-orang sulit yang sering kami temui ketika berurusan masalah bisnis. Aku mendesah pelan. Jade, sebaiknya kamu profesional, kamu harus membawa pulang propsal yang sudah ditanda tangani. Sekarang bukan saatnya melawan. Aku bicara dalam hati.
Aku memejamkan mata, menarik dan menghembuskan napas perlahan. Aku mengubah suasana hati dan bertransformasi menjadi orang yang dia inginkan, untuk menjadi penghibur yang membuat dia merasa nyaman. Ku buka mataku dan tersenyum dengan sangat manis. Ada kesan terkejut ketika dia mengedipkan matanya. Atau mungkin dia terpana? Aku tidak peduli.
“Baiklah mr.Lee, karena Anda membutuhkan seseorang yang akan membuat Anda merasa baik, saya akan mematuhinya. Jika ini adalah bagian dari pekerjaan saya, mengapa tidak? Jangan ragu untuk bertanya kepada saya pertanyaan apa pun. Saya pasti menjawab. Haruskah saya mulai dengan menjawab pertanyaan yang tadi?” Dia masih bengong. Tidak lama kemudian, dia melanjutkan aksi sarkasnya dengan mengejek saya, bertepuk tangan dan tertawa terbahak-bahak.
“Woah, nona Moon, kamu harus jadi seorang aktris. Pernahkah kamu mencoba melakukan casting untuk drama atau film? Kamu benar-benar berbakat...” Aku tau, itu adalah sindirian.
"Tidak pernah mr.Lee, itu bukan tujuan saya. Dan saya terlalu sibuk untuk bertahan hidup, jadi tidak pernah berpikir untuk melakukan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan saya." Dia manggut-manggut sambil mengelus dagunya seolah-olah paham dengan apa yang ku maksud. Tapi entah kenapa, di mataku, itu hanya sikap pendukung dari skenario sarkasme terhadapku. Aku penasaran sampai berapa lama dia akan bertahan untuk menghukumku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
PetrolBomb – Họ sẽ tiễn bạn dưới ngọn lửa.
Cepat update, jangan biarkan kami menunggu terlalu lama!
2023-07-15
0
Alexander_666
Cepat update dong, seru banget ni ceritanya! 🤩
2023-07-15
0