Setelah melakukan perenungan yang cukup panjang, aku menyemangati diri sendiri untuk berpikir se-positif mungkin. Lagipula aku tidak punya pilihan lain. Satu-satunya pilihanku adalah berpikir positif.
Aku menyimpulkan bahwa pria itu tidak mungkin berpikir sempit yang suka menyimpan dendam karena insiden sepele bahkan berniat untuk membalaskan dendam. Iya kan? Earnest Lee adalah pria berkelas dengan pemikiran yang dewasa. Ku ulang-ulang semua definisi baik tentang Earnest Lee dalam benakku.
Perlahan, aku merasa agak damai. Ya iya lah, aku sedang menghadapi pria hebat yang sudah berhasil berkecimpung di dunia hiburan dan bisnis. Dia pasti memiliki kebajikan yang dia pegang dalam hidup yang telah membawanya ke posisi setinggi itu. Iya nggak sih? Nah, jadi kamu bisa merasa nyaman Jade. seruputlah kopimu.
Aku mendesah panjang. Ku hempas nafasku.
Tetap tidak bisa. Lagipula aku masih kenyang karena separuh sandwhich dan hot tea yang ku konsumsi sejam yang lalu. Dan ditinjau dari sudut mana pun, mau lapar atau kenyang, aku tidak akan bisa menelan jenis makanan apa pun. Jadi diam saja, menunggu sampai pria baik hati sejagat raya itu tiba. Sejujurnya, aku masih sangat gugup!
Aku mendengar pintu terbuka. Aku sontak berdiri dan berjalan ke arah pintu. Noel masuk membawa koper dan tas tangan. Seseorang muncul di belakangnya. Kami bertemu mata dan dia tercengang. Sama, aku juga shock. Tapi berjuang untuk tampil tenang, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa di antara kami, agar dia tidak curiga bahwa aku sudah sengaja membuatnya kesal beberapa waktu lalu. Ku harap itu bisa membantu untuk membangun image baru, yang cukup baik tentang diriku. Aku menunggu sampai Noel memperkenalkan kami.
"Dari Gaia Wear mr.Lee, ms.Jade Moon." Noel memperkenalkan kami setelah menaruh semua barang yang ada di tangannya. Aku merespon dengan cepat. Membungkukkan badanku dan menyapa dengan sopan.
"Hallo mr.Earnest Lee, saya Jade Moon." Aku memberi senyum termanis, mendekat ke arahnya dan mengulurkan tanganku untuk berjabat tangan. Dia menatapku dengan ekspresi yang tidak bisa ku tebak. Tapi aku memilih untuk tidak berpikir macam-macam. Aku sangat berharap itu adalah sebuah ekspresi elegan yang diberikan oleh seorang pria hebat, bijaksana dan baik hati. Aku konsisten berharap begitu.
Dia meraih tanganku dan menjawab dengan sopan.
“Oh, hai ms.Jade Moon.” Aku bingung harus lega atau bagaimana. Dia besikap seolah-olah kami tidak pernah mengalami insiden yang tidak menyenangkan sebelumnya. Aku benar-benar gugup.
Kemudian dia melambaikan tangan menyuruh Noel berlalu dari ruangan itu. Dia berjalan menuju mini bar, mengambil dua botol air mineral dari kulkas, berjalan kembali ke arahku dan menyodorkan satu botol ke arahku. Ku sambut. Aku memang butuh air.
"Silakan duduk ms.Moon. Bagaimana, sudah sarapan?" Dia berkata dengan santai sambil membuka botol minumnya dan meneguk airnya sampai habis setengahnya.
"Saya sudah sarapan mr.Lee, terima kasih." Dia duduk di sofa dan aku mengikutinya. Aku yakin dia bisa melihat betapa gugupnya aku. Haruskah aku meminta maaf dulu? Tapi aku salah apa? Salah Jade, kejadian di pesawat tadi memang agak berlebihan. Nggak ah, begitulah caraku menyikapi orang asing. Nggak ada yang salah. setelah adu argumen sendiri dalam hati, aku mencapai kesimpulan, aku tidak melakukan kesalahan apa pun. Ku simpulkan begitu, untuk menenangkan badai yang berkecamuk di kepalaku. Kemudian Noel masuk membawa menu sarapan satu porsi lagi, sama seperti punyaku.
"Ayo ms.Moon. Kamu harus makan, maksud saya, ayo kita sarapan bersama." Dia mengajak dengan ramah. Aku menatapnya dan mata kami bertemu, dia membuat gerakan mata, memberi isyarat untuk menikmati makanan yang terhidang di atas meja. Haruskah aku ikut saja dan makan? Tapi aku sama sekali tidak selera. Tapi aku harus kan? Aku harus sopan. Jaga sikap adalah tugas utama selama sisa waktuku di sana.
Dia mulai makan dan aku ikut. Aku mengunyah sandwhich seadanya kemudian berhenti. Ku habiskan air mineral yang dia berikan padaku. Aku ragu. Apakah menyisakan makanan termasuk sikap tidak sopan?
"Mr.Lee... Kebetulan tadi saya sarapan dulu sebelum ke sini. Maaf, apakah saya boleh menyudahi makan saya?" Kemudian ku sadari bahwa aku terlalu bodoh. Kenapa untuk hal se-sepele itu pun aku harus minta ijin padanya? Dia tersenyum, sepertinya merasa geli dengan sikapku. Tentu saja. Jangankan dia. Aku pun merasa geli dengan sikapku. Pasti aku kelihatan lucu. Tipikal lucu karena naif atau bodoh. Tapi aku membela diri. Aku tidak melakukan kesalahan kan? Aku memang menyia-nyiakan makanan dan untuk itu aku harus minta maaf.
"Tidak masalah. Mari kita makan dengan menu lengkap untuk makan siang nanti." Dia menjawab. Makan siang? Aku menatap matanya untuk memastikan. Sepertinya dia memahami ekspresi bingungku.
"Maksud saya, saya harus memperhatikan utusan yang dikirim oleh sahabat saya kan? Setidaknya, kamu tidak boleh pulang ke Seoul dengan kelaparan." Ah... Itu maksudnya. Masuk akal. Aku manggut-manggut. Dia tersenyum lebih lebar lagi. Aku pun terpana. Aku harus jujur, dia begitu menggoda. Kenapa dia harus tebar pesona di depanku dengan pamer senyum?
Oh tolong Jade, kamu hanya perlu menjadikan proposal kerjasama ini disetujui. Tolong jangan ada keributan lain. Nggak usah pakai terpesona segala. Nambah-nambah urusan. Aku ngomel dalam hati untuk menyadarkan diri sendiri.
Teleponnya berdering. Dia menjawab panggilan itu, memasang mode speaker dan meletakkannya di atas meja sambil terus makan.
"Halo Gaia…" Ah, Gaia.
"Hai Earnest. Sudah bertemu dengan Jade?" Jawab Gaia dari seberang.
"Iya, dia sedang ada di sini, di depanku..." Jawab Earnest santai sambil mengunyah makanannya.
"Kamu harus memperhatikan utusanku dengan baik Earnest. Kecuali kau tidak ingin berteman lagi denganku seumur hidup." Mereka memang sedekat itu.
"Ow! Jaga ucapanmu ms.Kim. Seolah-olah aku bisa makan orang." Gaia tertawa cekikikan.
"Dan hati-hati, dia milikku." Ucap Gaia.
Earnest berhenti mengunyah makanannya dan menatapku dengan tajam, penuh arti. Entah apa maksudnya. Namun aku menanggapi tatapannya dengan datar. Diletakkannya sandwich di tangannya dan sepertinya berpikir keras tentang apa yang harus dikatakan selanjutnya. Tapi kemudian dia tertawa, sedikit dibuat-buat. Aku agak terkejut melihat sisinya yang itu, sedikit palsu. Kenapa harus begitu?
"Hahaha… Tentu saja. Dia adalah orangnya Gaia Wear, aku harus memperhatikannya dengan hati-hati. Begitu kan maksudmu?" Dia tertawa lagi. Disambut tawa basa basi oleh Gaia dari seberang.
"Betul. Kita sepaham. Aku menantikan kabar baik Earnest. Maksudku, tolong perhatikan presentasinya dengan baik, jika menurutmu bagus, langsung saja setujui. Agar kita bisa launching sesuai rencana."
"Tentu saja. Aku akan melihat bagaimana ms.Moon mempresentasikan proposal yang sudah kalian susun. Soal kerjasama, jangan kuatir. Semua bisa diatur."
"Oke. Jade sudah mempersiapkan segala sesuatu dengan baik. Maaf aku tidak bisa datang ke sana. Sesuatu sedang terjadi di sini dan harus ditangani segera, harus ada aku."
"Tidak masalah ms.Kim." Mereka mengakhiri percakapan itu.
Sepertinya dia menyudahi makanannya meskipun masih tersisa. Dia mengambil sehelai tisu dari kotak di atas nakas kecil di samping tempat duduknya dan menyeka bibirnya. Kemudian dia menyeruput kopi. Dengan khusuk. Seperti sedang memikirkan sesuatu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Nấm 🍄kaka🍄
Author, tolong jangan biarkan saya menunggu terlalu lama, update sekarang juga!
2023-07-15
0